Pembantaian 5 Wartawan Australia di Timor Leste, TNI Dituduh Tapi Pemerintah Australia Diam
Berbagai cerita kekajaman muncul saat invasnu pasukan Indonesia ke Timor Leste yang masih bernama Timor Portugias
Pembantaian 5 Wartawan Australia di Timor Leste, TNI Dituduh Tapi Pemerintah Australia Diam
POS KUPANG.COM -- Berbagai cerita kekajaman muncul saat invasnu pasukan Indonesia ke Timor Leste yang masih bernama Timor Portugis
Kekejaman dilakukan bukan saja sejumlah oknum tentara Indonesia tetapi juga dilakuka oleh kelompok pejuang Timor Leste pada warga dan tentara Indonesia
Kisah kelam dunia jurnalistik adalah tewasnya 5 wartawan Australia yang meliput masuknya tentara Indonesia ke Timor Timur saat itu
Kelma wartawan yag diduga terjebak dalam perang di wilayah Balibo itupun akhirnya tewas. Kelompok munduh TNI sebagai pelaku, namun belum ada investigasi yang membenarkan tuduhan itu
Sebaliknya Pemerintah Australia juga dituduh sengaja mendiamkan kasus itu demi politik dan ekonomi dengan Indonesia
Periode invasi Timor Leste oleh Indonesia rupanya bukan hanya memakan korban penduduk Timor Leste, namun juga para jurnalis dari Australia
Baca juga: Mantan Bintang Film Dewasa Dulunya Terkenal dan Jadi Idola Pria, Kini Hidup Gorong-gorong Bau
Baca juga: Ada Tato di Paha Atas Dekat Derah Intim Gisella Anastasia Tersingkap Bikin Salah Fokus,Natizen:Keren
Baca juga: Sandiaga Uno Bela dan Pasang Badan untuk Prabowo yang Dikecam Pegiat HAM, Sebut Tak Bersalah
Baca juga: RAMALAN ZODIAK CINTA & ASMARA Hari ini,Senin 26 Oktober 2020:Taurus Semangat Tinggi ,Virgo Hari Baik
Sebuah peristiwa pembantaian terhadap lima orang jurnalis Australia terjadi pada masa tersebut.
Bahkan, kasus pembunuhan jurnalis yang dijuluki sebagai 'Babilo Five' itu belum diselesaikan hingga sekarang.
Hanya meninggalkan misteri dan hutang penegakan keadilan bagi para korbannya.
Rahasia kekejaman pembantaian tersebut menghantui Australia, seperti yang diungkapkan Susan Connelly, penyelenggara Forum Keadilan Laut Timor, dalam artikel berjudul 'Empat puluh lima tahun kemudian, rahasia kekejaman Balibo menghantui Australia' di The Sydney Morning Herald.
Melansir smh.com.au (16/10/2020), Empat puluh lima tahun yang lalu, pada 16 Oktober 1975, lima jurnalis yang berbasis di Australia dekat kota Balibo melaporkan invasi Indonesia yang akan datang ke Timor Portugis
Mereka adalah Gary Cunningham , Brian Peters , Malcolm Rennie , Greg Shackleton dan Tony Stewart
Militer Indonesia, khususnya Yunus Yosfiah dan Cristoforo da Silva, membunuh para pemuda ini untuk mencegah mereka menyebarkan informasi tentang invasi tersebut.
Delapan investigasi telah diadakan sejak itu. Yang terakhir adalah pemeriksaan koroner di Sydney pada 2007, dan temuannya diserahkan kepada Polisi Federal Australia.
Namun, tujuh tahun kemudian, pada Oktober 2014, AFP membatalkan penyelidikan, dengan alasan tantangan yurisdiksi dan bukti yang tidak cukup.
Tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban atas pembantaian jurnalis tersebut.
Susan mengatakan bahwa sampai hari ini, dokumen yang relevan ditolak untuk dibuka pada publik Australia, mengabaikan aturan tiga puluh tahun deklasifikasi dokumen yang biasa.
Penolakan tersebut menurutnya menyembunyikan sejauh mana sebenarnya pengetahuan Australia tentang invasi tersebut, dan menghindari menyinggung Indonesia karena takut akan dampak ekonomi atau politik.
Tindakan penolakan tersebut dibuat atas dasar melindungi "keamanan nasional".
Meski begitu, warga Australia dan tetangga regional dengan jelas melihat ketidakpercayaan pemerintah dalam kekejaman Balibo Five dan keterlibatannya dengan pendudukan Timor Timur.
Bahkan, mereka melihat taktik pengganggu terhadap yang lemah dan tunduk pada kepatuhan, kemudian memberanikan pemerintah Australia untuk memata-matai negara baru Timor-Leste yang miskin pada tahun 2004.
Aktivitas mata-mata tersebut untuk kepentingan perusahaan sumber daya dengan kepentingan di Laut Timor, tempat di mana ladang minyak dan gas melimpah berada.
Bahkan, penipuan itu diperparah dengan penuntutan saat ini terhadap orang-orang yang mengatakan kebenaran tentang hal itu, yaitu mantan perwira intelijen Australia, Saksi K dan pengacaranya, Bernard Collaery.
Menurut susan, hal tersebut memperlihatkan pemerintah Australia yang dengan rela menyerahkan komponen penting dari keamanan nasional, kepercayaan.
Seperti halnya episode Balibo Five yang ditutup-tutupi, keamanan nasional yang semestinya dijaga kerahasiaannya sudah digerogoti, katanya.
Menurutnya, penuntutan tersebut bukan untuk keamanan rakyat Australia, tetapi untuk balas dendam pemerintah, dan untuk menjadi peringatan bagi orang lain agar tidak membiarkan hati nurani ditempatkan di hadapan negara.
Seperti halnya Balibo, warga negara Australia tidak aman dari pemerintah mereka sendiri yang bergantung pada kekuatan atau bisnis besar, ungkapnya.*
Sebagian artikel ini sudah tayang di intisari.grid.id dengan judul: Balibo Five, Pembantaian 5 Jurnalis di Timor Leste yang Terus Hantui Australia, Faktanya Disembunyikan Mati-matian https://intisari.grid.id/amp/032398048/balibo-five-pembantaian-5-jurnalis-di-timor-leste-yang-terus-hantui-australia-faktanya-disembunyikan-mati-matian?page=all