Berita Mbay Hari Ini

Warga Pautola Sulit Pasarkan Kopra

Warga Desa Pautola Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo kesulitan memasarkan kopra

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/GORDI DONOFAN
Warga Pautola saat mengumpulkan Kelapa di Desa Pautola Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo, Sabtu (24/10/2020). 

POS-KUPANG.COM | MBAY - Warga Desa Pautola Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo kesulitan memasarkan kopra.

Sampai saat ini kopra sudah jarang bahkan orang atau pengusaha tidak membeli kopra. Akibatnya kopra dibiarkan begitu saja dan hanya bisa dikonsumi rumah tangga saja.

"Kita mau jual kopra orang sudah tidak beli lagi," ujar Antonius (57) warga Desa Pautola saat dijumpai POS-KUPANG.COM Sabtu (24/10/2020).

Baca juga: Harga Cengkeh Anjlok, Petani: Kami Pasrah

Ia mengungkapkan sebelumnya ada sejumlah pengusaha yang datang membeli kopra. Tapi saat ini sudah tidak ada lagi yang datang membeli.

Ia mengaku harga kopra sangat murah dan memang masyarakat terpaksa harus jual. Jika tidak akan rugi.

Ia mengaku saat ini yang datang membeli itu adalah kelapa biasa bukan kopra karena memang kopra sulit laku dipasaran.

Baca juga: Ngobrol Asyik Pos Kupang, Linus Akui Masyarakat Patuh Protokol Kesehatan

"Kopra tidak ada lagi. Yang biasa sekarang jual kelapa biasa. Kami biasa jual itu harga satu ulu 60.000 rupiah hingga 70.000 rupiah. Satu ulu ada 40 buah. Kalau sekarang sudah tidak ada lagi yang beli kopra," ujarnya.

Ia mengatakan sejak pandemi Covid-19 semua hilang. Biasanya banyak yang datang membeli, namun saat ini kopra di kampung Pautola dan sekitarnya dibiarkan begitu saja.

Warga lain, Jimi (25) mengatakan harga kopra jauh dari harapan. Jika tahun-tahun sebelumnya 5.000 rupiah perbuah, saat ini hanya 2.000 rupiah hingga 2.500 rupiah saja.

"Kalau dulu itu 5.000 rupiah per buah. Kalau per ulu itu sampai 80.000 rupiah. Tapi saat ini susah naik harga, harganya turun sekali," ujarnya.

Ia menerangkan kendala rupanya yang membutuhkan kopra sudah sangat sedikit. Sedangkan hasil kopra petani lumanyan banyak.

"Memang hampir semua orang punya kelapa mengeluh. Orang tidak lagi buar kopra. Mereka datang beli langsung kelapa biasa. Harga per ulu bisa 60.000 rupiah hingga 70.000 rupiah," ujarnya.

Ia mengatakan kebutuhan kelapa masih sangat tinggi karena para tengkulak rajin datang mencari. Seharusnya harga naik, namun mereka tidak menuruti permintaan warga.

"Ya warga pasrah saja. Jual saja kita butuh uang juga. Kalau kopra tidak lagi. Hanya kelapa biasa saja mereka beli," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved