Pasca Merdeka, Timor Leste Bak Neraka, Perempuan Dilecehkan, Disiksa Bahkan Dibunuh Seperti Penjahat

Olehnya, ketika Timor Leste telah merdeka pun, gejolak untuk saling menyerang masih tetap ada sehingga kaum perempuan pun menjadi sasaran amukan.

Editor: Frans Krowin
screenshot newshub.co.nz
Warga Timor Leste mengais sampah 

Pasca Merdeka, Timor Leste Bak Neraka, Perempuan Dilecehkan, Disiksa Bahkan Dibunuh Seperti Penjahat

POS KUPANG.COM -- Gelora kemerdekaan yang dielu-elukan oleh seluruh masyarakat Timor Leste sebelum lepas dari Indonesia, ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Malah setelah merdeka, masyarakat Bumi Lorosae itu ternyata memasuki masa kelam yang baru.

Pasalnya, kemerdekaan yang diharapkan bisa membawa kesejahteraan, ternyata berubah menjadi malapetaka baru.

Bahkan di mata perempuan, kemerdekaan yang menyata di wilayah bekas propinsi ke-27 Indonesia itu, justeru menjelma menjadi neraka. Soalnya, hak hidup mereka diberangus oleh para suami atau keluarga mereka sendiri.

Ini terjadi karena setelah bertahun-tahun mengalami konflik yang kejam dan brutal, perasaan haus darah seakan terus mengalir dalam tubuh para pejuang atau kaum revolusioner saat itu.

Olehnya, ketika Timor Leste telah merdeka pun, gejolak untuk saling menyerang masih tetap ada sehingga kaum perempuan pun menjadi sasaran amukan.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) misalnya, meningkat dalam tahun-tahun awal kemerdekaan. Hal ini diungkapkan oleh Milena Pires (34), seorang pelobi politik Timor yang didanai Institut Katolik untuk Hubungan Internasional.

Disebut bahwa tahun 2000, tercatat sebanyak 169 kasus didokumentasikan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sekarang menjadi kejahatan umum di negara itu, yang merupakan 40% dari semua pelanggaran.

"Mungkin saja perempuan membicarakannya untuk pertama kali - tapi mungkin itu satu-satunya masalah terpenting yang dihadapi perempuan Timor saat ini," kata Pires.

Warga Dili mengantri untuk mendapat pelayanan kesehatan
Warga Dili mengantri untuk mendapat pelayanan kesehatan (tangkap layar youtube)

"Di musim panas kami mengadakan konferensi wanita pertama kami dan itu adalah hal yang muncul berulang kali," katanya.

Dikatakan bahwa masalahnya terletak pada ketegangan yang muncul setelah Timor Leste kembali ke negara merdeka.

Pada musim gugur 1999, kekerasan meletus di seluruh wilayah menyusul kemenangan gerakan kemerdekaan dalam referendum yang diselenggarakan PBB.

Pendukung rezim Indonesia mengamuk dan ratusan dibunuh atau dipaksa masuk ke kamp-kamp di seberang perbatasan di Timor barat.

Pada saat tentara Indonesia pergi, hampir semuanya telah hancur.

Namun, setelah kekerasan mereda, ketegangan yang lebih dalam, lebih langgeng terungkap ketika orang-orang dari tentara pemberontak Timor Timur, Falentil, kembali ke rumah yang tidak mereka lihat sejak 1975.

Ketika Indonesia menyerang, mereka meninggalkan keluarga mereka di kota-kota dan di pertanian, dan menuju pegunungan dan hutan untuk menyusun kekuatan baru.

Lima jam perjalanan dari ibu kota Dili, di lembah Ulimori, pertempuran untuk Timor Leste merdeka dilakukan oleh orang-orang yang bertahan hidup dengan makan rusa, kerbau, monyet, dan buah-buahan.

Kode perilaku sangat ketat, tidak ada seks untuk kaum revolusioner dan satu-satunya wanita yang hadir adalah juru masak.

Di antara laki-laki yang ikut berperang adalah Adtik Lintil, yang mengaku jarang bertemu istri dan anak-anaknya selama 17 tahun bersama Falantil.

"Saya tidak menyesal," katanya. "Kami harus berjuang untuk apa yang benar."

Setelah 24 tahun pendudukan Indonesia, orang-orang seperti Falantil kembali ke rumah, ke dunia yang telah berpindah.

Sementara itu, ketika para pria bersembunyi di pegunungan, para wanita Timor melanjutkan pendidikan mereka di pengasingan atau memegang benteng di rumah, seperti yang dilakukan wanita Inggris selama dua perang dunia.

"Wanita terlibat di setiap tingkatan," kata Pires, yang keluarganya sendiri mengasingkan diri ketika dia berusia sembilan tahun dan kemudian belajar sosiologi dan sastra Inggris di Australia.

"Mereka membantu menjalankan kamp, ​​mengirim perbekalan, menyelundupkan informasi. Dan sekarang, saat para lelaki keluar dari persembunyian, mereka tidak ingin kembali ke peran tradisional mereka."

Salah satu kasus yang menimpa wanita Timor Leste setelah negaranya merdeka, yaitu ketika lima wanita yang mengenakan kaos lengan pendek dilempari batu di pasar sentral Dili karena berpakaian tidak pantas dan berbicara di telepon seluler.

Sudah 20 Tahun Merdeka Timor Leste Tak Sanggung Obati Penyakit Warganya Sampai Minta Bantuan Indonesia
Sudah 20 Tahun Merdeka Timor Leste Tak Sanggung Obati Penyakit Warganya Sampai Minta Bantuan Indonesia (via sosok grid.internatinal.la-croix.com)

Lainnya yaitu kekerasan meletus di pantai keluarga ketika sekelompok pria muda menyerang dua wanita yang mengenakan atasan bikini dan sarung.

"Ini adalah masyarakat Katolik yang sangat tradisional yang telah dibekukan oleh tahun-tahun perang," kata Pires.

"Orang-orang itu mencoba menegaskan kembali otoritas mereka," katanya.

Tingginya tingkat pengangguran juga membuat situasi negara yang baru merdeka tersebut kacau.

Laki-laki dipermalukan karena tidak memiliki pekerjaan di negara di mana orang asing kulit putih tampaknya memiliki segalanya untuk mereka, dan kekecewaan mereka telah mengakibatkan meningkatnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

"Ada banyak kemarahan sekarang," kata Pires, "karena orang-orang melihat bahwa apa yang mereka perjuangkan tidak terjadi. Sekarang mereka hanya ingin PBB pergi," katanya saat itu.

Dikatakan, selama pendudukan Indonesia, perempuan dipisahkan dari suami dan anak laki-lakinya, dilecehkan dan sering dilecehkan.

Di kamp-kamp pengungsian, yang sebagian besar dihuni oleh wanita dan anak-anak, kondisi kehidupan sangat buruk, dengan kekurangan makanan, sanitasi yang buruk, dan penyakit yang merajalela.

Rakyat Timor Leste Puja Puji Presiden Soeharto

Penyerbuan dan pendudukan Timor Leste dilakukan tahun 1975 saat Indonesia masih dipimpin Presiden Soeharto

Tidak saja menginvasi, pemerintahan era Seoharto juga membangu  negara itu agar tidak tertinggal dari provinsi lain di Indoneisa setelah wilayah itu menjadi provinsi termuda dengan nama Timor Timur

Indonesia bukan satu-satunya negara yang pernah menduduki Timor Leste.

Sebelum Indonesia menginvasi Timor Leste di tahun 1975, Portugal lebih dulu menjajah wilayah tersebut bahkan selama ratusan tahun.

Meski begitu, kenangan kelam rakyat Timor Leste terkait invasi Indonesia dan tahun-tahun setelahnya mungkin tidak pernah akan hilang.

Di mata Timor Leste , Indonesia tetap merupakan negara yang memberikan kesengsaraan pada mereka.

Selama 24 tahun pendudukan Timor Leste oleh Indonesia diyakini ribuan orang menjadi korbannya.

Konflik, kelaparan, hingga penyakit merupakan hal yang disebut melatarbelakangi keinginan Timor Leste untuk melepaskan diri dari Indonesia.

Invasi Timor Leste oleh Indonesia sendiri terjadi di masa pemerintahan Presiden ke-2 RI, Soeharto.

Salah satu sudut Kota Dili,Timor Lestedengan latar belakang laut lepas dan patung Cristo Rei atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Kristus Raja.
Salah satu sudut Kota Dili,Timor Lestedengan latar belakang laut lepas dan patung Cristo Rei atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Kristus Raja. ((Kompas.com))

Tindakan Soeharto itu disebut mendapat dukungan dari Amerika Serikat, terungkap melalui dokumen rahasia yang dirilis usai Timor Leste merdeka.

Kekhawatiran bahwa ideologi komunis dapat masuk ke Indonesia melalui Timor Leste setelah terjadi di Vietnam , dirasakan oleh AS maupun pemerintah Indonesia saat itu.

Mendapat dukungan tersebut, tanpa ragu lagi Soeharto melancarkan invasi Timor Leste pada 7 Desember 1975.

Kemudian awal tahun berikutnya, 1976, Timor Leste jatuh ke tangan Indonesia, menjadi provinsi termuda RI.

Timor Leste diinvasi Indonesia di era Soeharto dan menjadi wilayah Indonesia selama 24 tahun selanjutnya, ternyata rakyat Timor Leste tetap memandang Presiden ke-2 RI tersebut berjasa bagi Bumi Lorosae.

Melansir Kompas.com (28/1/2008), seluruh rakyat Timor Timur, yang kini dikenal Timor Leste, kapan saja dan dimana pun berada tidak akan pernah melupakan jasa besar mantan Presiden Soeharto dalam membangun rakyat dan tanah Timor Lorosae selama masa integrasi Timor Timur dengan Indonesia tahun 1976-1999.

Pengakuan itu disampaikan peraih Nobel Perdamaian 1996 dan mantan Administrator Apostolik Dioses Dili, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo SDB di Mogofores , Portugal, Senin (28/1) kepada ANTARA melalui email. "Orang Timor Lorosae tidak akan pernah melupakan jasa besar Pak Harto dalam membangun Timtim di segala bidang kehidupan.

"Kita berharap, walaupun Pak Harto telah meninggal dunia namun para pemimpin bangsa Indonesia yang menggantikannya memiliki semangat membangun seperti Pak Harto dan terus menjalin kerja sama Indonesia dengan Timor Leste demi tercapai perdamaian dan kesejahteraan bersama," kata Belo.

Hal tersebut disampaikan Belo selepas meninggalnya Mantan Presiden Soeharto . Saat itu, Belo juga menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Pak Harto dan Bangsa Indonesia atas wafatnya mantan Presiden Soeharto.

Uskup Belo mengatakan, ketika mendapat berita bahwa Pak Harto meninggal dunia pada Minggu (27/1) Pkl.13.10 WIB, dirinya seakan-akan pulang ke tanah Timor Lorosae memutar kembali film perjalanan Pak Harto di "bumi matahari terbit" itu antara tahun 1976 hingga 1999.

Presiden Soeharto
Presiden Soeharto (kompas.com)

"Kesan saya tentang pribadi Pak Harto, walupun banyak masalah di Timor Timur, tetapi Pak Harto memandang semua itu dengan penuh arif-bijaksana. Beliau adalah Bapa Pembangunan, dan itu benar adanya. Saya bertemu dengan beliau sebanyak tiga kali," kata Uskup Belo.

Saat itu, Uskup Belo juga mengenang pertemuan-pertemuannya dengan Presiden Soeharto.

Pertemuan pertama kali ketika Pak Harto bersama Ibu Tien Soeharto datang ke Dili untuk meresmikan Gereja Katedral Dili.

Pertemuan kedua, ketika Presiden Soeharto meresmikan Patung Kristus Raja di Fatucama, Dili Timur dan perjumpaan ketiga di kediaman Pak Harto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

"Saya sudah lupa tanggal dan hari pertemuan kami dengan Pak Harto itu tetapi seingat saya, ketika itu saya bersama Uskup Basilio do Nascimento datang ke Jakarta untuk silaturahmi dengannya. Kami bertemu pada malam hari, dari jam sembilan malam sampai dengan jam 10 malam waktu Jakarta," kata Uskup Belo.

Ia pun masih mengingat bagaimana Presiden Soeharto menerangkan ideologi Pancasila pada mereka.

"Ketika bertemu, beliau menerima kami dengan senyum seorang bapak yang arif-bijaksana. Ketika itulah Pak Harto secara panjang lebar menerangkan ideologi Pancasila kepada kami berdua selaku Uskup Gereja Katolik di Timor Timur," katanya.

Pak Harto sangat berharap agar dua Uskup dari Timtim ini dapat kembali ke tanah Timor Lorosae dan menjelaskan isi Pancasila itu kepada umat Katolik di sana.

"Sebagai manusia, Pak Harto adalah sosok yang simpatik. Sebagai negarawan, beliau telah memimpin Republik Indonesia secara disiplin," kata Uskup Belo.

Timor Leste Jadi Mata-Mata China

Meskipun kecil dan miskin namun letak Timor Leste yang berhadapan langsung dengan Australia dan Selandia Baru, menjadikan negara itu sebagai incaran China untuk menghadirkan pangkalan militernya di bumi Lorosae.

Kepentingan China adalah bisa menjadi pijakan dan posisi tawar bila negeri Tirai Bambu itu harus berperang dengan negara-negara Eropa an Amerika Serikat

Sementara kehadiran pangkalan milurer China di Timor Leste bakal membuat Australia ketar-ketir sebab, letaknya sangat dekat yang memungkinkan mobilsari militer China akan lebih muda bila harus menyerbu ke daratan Australia

Rencana awal China adalah menempatkan Radar pantai di wilayah negara itu, namun rencana itu mendapat penolakan dari Timor Leste.

Bukan tidak mungkin, tekanan ekonomi yang diberikan China akal memaksa para elit negara itu menyetujui kehadiran militer China di wilayah itu

China mungkin telah melakukan banyak hal di Timor Leste, seperti membantunya dalam pembangunan negara.

Hingga memberikan bantuan untuk memperkuat militer Timor Leste.

Namun, dalam sebuah laporan yang cukup kontroversial, China sempat memberikan tawaran yang cukup keterlaluan pada Timor Leste.

Menukil The Sydney Morning Herald , tahun 2011 silam, China pernah tawarkan untuk membangun pangkalan mata-mata di Timor Leste.

Ilustrasi kapal selam nuklir China
Ilustrasi kapal selam nuklir China (Daily Star)

Hal itu diungkapkan secara rahasia oleh Amerika setelah dokumen tersebut bocor.

Proposal China tersebut menawarkan pengoperasian Radar pengintai ke pantai Timor Leste, untuk dibangun pada tahun 2007.

Tetapi tawaran ini dipandang sangat mencurigakan bagi pejabat Timor Leste, sehingga mereka berkonsultasi pada Australia dan Amerika, kemudian menolaknya.

Tindakan China ini dianggap semena-mena karena, karena inisiatif ini digambarkan sebagai ancaman strategis, terungkap pertama kali setelah bocor di WikiLeaks.

Sementara itu, meski mencoba membangun basis mata-mata di Timor Leste, China berkilah dan menyebut Timor Leste tidak penting secara strategis.

Kedutaan besar AS di Dili melaporkan ke Washington pada bulan Februari 2008 bahwa Wakil Perdana Menteri Jose Guterres telah memanggil duta besar AS saat itu Hans Klemm untuk menasihati China.

Firma-firma pertahanan telah mendekati pemerintah Timor Leste dengan tawaran untuk membangun Radar untuk memantau pelayaran di Selat Wetar yang strategis.

Meskipun Timor Leste sangat ingin mendapatkan bantuan untuk memberantas penangkapan ikan ilegal di perairannya,

Guterres curiga dengan tawaran China untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas Radar secara gratis.

Ilustrasi Timor Leste
Ilustrasi Timor Leste (Grid.ID)

"Satu-satunya kecurigaannya adalah fasilitas itu diawaki oleh teknisi China," kata Guterres kepada kedutaan AS.

Dia khawatir Radar dapat digunakan untuk tujuan selain yang disebut-sebut oleh China.

Mereka malah bisa digunakan untuk memperluas perimeter intelijen berbasis Radar China jauh ke Asia Tenggara.

Selat Wetar memisahkan pantai timur laut Timor Leste dari Pulau Pulua Wetar Indonesia dan dilaporkan digunakan oleh kapal Angkatan Laut AS termasuk kapal selam nuklir yang bergerak di antara samudra Pasifik dan Hindia.

Sumber intelijen pertahanan Australia mengatakan kepada The Age bahwa para pejabat Australia mengetahui proposal China.

Meraka tau hal itu hanyalah bagian lain dari aktivitas intelijen China yang berkembang di Asia dan sekitarnya.

Kabel kedutaan AS yang bocor lainnya berisi referensi untuk memperluas aktivitas intelijen China di Asia Tenggara.

Termasuk kekhawatiran intelijen Filipina bahwa proposal China untuk mendirikan konsulat baru di Filipina dimaksudkan untuk memberikan perlindungan.

Melakukan SIGINT (sinyal intelijen)dan aktivitas pengumpulan lainnya yang menargetkan Kegiatan militer AS dan Taiwan'.

Diplomat AS di Dili melaporkan bahwa Jose Ramos-Horta , Guterres dan Menteri Pertahanan saat itu Julio Pinto berulang kali menegaskan bahwa preferensi kuat Timor Leste.

Adalah bekerja sama dengan mitra demokratisnya Australia, Portugal, AS dan Jepang tentang masalah pertahanan dan keamanan.

(*) 

Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari. Grid.ID dengan judul: Mentang-mentang Timor Leste Hanya Negara Lemah, China Hampir Kadali Timor Leste dengan Tawaran 'Keterlaluan' Ini, Padahal Sempat Sok-sokan Sebut Timor Leste Tak Penting https://intisari.grid.id/amp/032394617/mentang-mentang-timor-leste-hanya-negara-lemah-china-hampir-kadali-timor-leste-dengan-tawaran-keterlaluan-ini-padahal-sempat-sok-sokan-sebut-timor-leste-tak-pen?page=all

Sebagian artikel ini sudah tayang di intisari.grid.id dengan judul: Indonesia Menginvasi Timor Timur di Era Soeharto, Tapi Sosok Ini Pernah Katakan Jasa Presiden ke-2 RI Tidak akan Terlupakan oleh Rakyat Timor Leste https://intisari.grid.id/amp/032387473/indonesia-menginvasi-timor-timur-di-era-soeharto-tapi-sosok-ini-pernah-katakan-jasa-presiden-ke-2-ri-tidak-akan-terlupakan-oleh-rakyat-timor-leste?page=all

Sebagian artikel ini sudah tayang di intisari.grid.id dengan juduL: Negaranya Merdeka Malah Terjerumus dalam 'Neraka', Inilah Kisah Para Perempuan Timor Leste yang Jadi Sasaran Amukan Suami atau Saudara Sendiri https://intisari.grid.id/read/032397039/negaranya-merdeka-malah-terjerumus-dalam-neraka-inilah-kisah-para-perempuan-timor-leste-yang-jadi-sasaran-amukan-suami-atau-saudara-sendiri?page=all

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved