Dokter Nirmalia Husin, M.Ked (Ped), Sp.A: Melayani Anak-anak Indonesia dengan Hati Tulus
Dokter Nirmalia Husin, M.Ked (Ped), Sp.A: Melayani Anak-anak Indonesia dengan Hati Tulus
Setelah anak lahir maka langkah berikut adalah pemenuhan kebutuhan gizi dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Lalu, setelah enam bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI yang bergizi.
Saat pandemi seperti ini kata dia, penting memberikan asupan makanan pada anak dengan komposisi gizi yang tepat baik dari segi jumlah, jenis dan frekuensinya. Sebab dengan memperbaiki status gizi anak maka akan memperkuat benteng imunitas anak sehingga dapat menangkal infeksi.
Selain pemenuhan gizi, hal penting lainnya adalah imunisasi. Imunisasi sejak bayi lahir kemudian dilanjutkan sesuai jadwal program imunisasi pemerintah. Apalagi saat pandemi Covid-19 diharapkan anak-anak tetap mendapat imunisasi sesuai jadwal.
Jangan takut datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi selama mengikuti protokol kesehatan. Jangan sampai karena anak tidak diimunisasi saat pandemi dapat menciptakan epidemi-epidemi penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Pengetahuan pun perlu diberikan kepada ibu-ibu, kaum bapak dan siapa saja. Dokter Irma memandang edukasi sebagai hal yang sungguh penting untuk meningkatkan gizi anak. Jika seandainya makanan ada tapi proses pemberian makan pada anak tidak tepat dapat menjadi penyebab masalah gizi pada anak.
"Yang saya tahu masih banyak gizi kurang dan gizi buruk di NTT. Masalah gizi ini akan berefek pada short stunting dan perkembangan kognitif anak-anak di masa depan," katanya.
Kemudian, nantinya akan berefek pada status ekonomi hingga berdampak pada kesehatan keluarga. Jadi masalah gizi seperti lingkaran setan yang akan saling mempengaruhi.
Masalah gizi pada anak terjadi karena kurangnya asupan zat gizi sebagai dampak dari kemiskinan. Bisa juga karena praktik pemberian makan yang keliru, seperti makan sambil jalan, anak diberi cemilan saat mendekati jam makan atau anak hanya diberi makanan yang dia mau tanpa dikenalkan jenis makanan lain yang memenuhi standar gizi.
Makanan bergizi itu adalah makanan yang mengandung makro dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan anak sesuai usianya. Makronutries antara lain karbohidrat, protein, lemak. Micronutriet, yaitu vitamin dan mineral. Makanan bergizi tak harus mahal. Berikan makanan pada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Misalnya, 0-6 bulan semua kebutuhan gizi cukup dalam ASI. Murah meriah kan?
Lalu, saat pengenalan makanan pendamping (MP-ASI), kenalkan pada anak makanan dengan komposisi gizi seimbang dan beragam. Jadi tidak hanya diberi buah saja atau bubur beras saja tanpa kandungan zat gizi lain. Dan, semua itu tidak harus mahal.
Seperti sumber karbohidrat sendiri bisa didapat dari jagung, singkong atau beras.
Protein bisa dari tempe tahu yang murah tapi bergizi selain ikan. Apalagi di NTT banyak hasil lautnya.
Selain itu juga bisa dari daging dan ayam. Lemak bisa dari santan atau minyak kelapa yang sering digunakan masyarakat di NTT.
Micronutrien bisa dari makanan utama yang dimakan dan ditambah dari sayuran atau buah apa saja yang sanggup dibeli keluarga. Jadi tak harus yang mahal, selama menenuhi semua komponen zat gizi yang dibutuhkan.
Ubah Hal-hal Kecil
Dokter Irma dalam suatu wawancara mengatakan, para dosen dan sahabat selalu memberinya inspirasi. Dalam ikatan batin yang kuat itu mereka saling menyuport terutama dalam mengikuti pendidikan ini.