AS Panas Dingin,Korea Utara Eksport Rudal Balistik ke Iran, Kim Jong Un Dapat Hadia sebagai Balasan
Amerika Serikat terus menggalang kekuatan untuk menekan Iran karena negara itu dianggap terus mengembangkan senjata pemusna masal
AS Panas Dingin,Korea Utara Eksport Rudal Balistik ke Iran, Kim Jong Un Dapat Hadia sebagai Balasan
POS KUPANG.COM -- Amerika Serikat terus menggalang kekuatan untuk menekan Iran karena negara itu dianggap terus mengembangkan senjata pemusna masal
Namun, Iran juga secara diam-diam menjalin kerjasama dengan Korea Utara yang juga memusuhi Amerika Serikat
Walau sama-sama bermusuhan dengan Amerika Serikat (AS), namun Iran dan China tidak bisa disebut 'musuh'.
Hanya saja mereka juga tidak bisa disebut 'teman'.
Artinya masing-masing negara punya urusan tersendiri dengan AS dan yakin akan menang dai negara Paman Sam tersebut.
Termasuk soal ini.
Dilansir dari express.co.uk pada Kamis (22/10/2020), Iran dan China dilaporkan akan mengimpor rudal balistik dari Korea Utara saat embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dicabut pada akhir bulan Oktober 2020 mendatang.
Baca juga: Bunga Zainal Dinyinyir Karena Suami Kaya, Istri Sukhdev :Cari Aja Suami yang Tajir Biar Ada Kerjaan
Baca juga: Ini Daftar Aplikasi Bisa Diakses Kuota Internet Gratis Kemendikbud Kian Beragam, Termasuk WhatsApp
Baca juga: Menghilang Usai Dituduh Rebuti Suami Sarita Abdul Mukti, Dawiyah Ungkap Kebahagiaan Jennifer Dunn
Sehingga Iran dan China akan memulainya pada November 2020.
Hal ini diungkapkan oleh OilPrice.com.
Berdasarkan perjanjian tersebut, rudal Korea Utara akan dieksport ke Iran dengan imbalan minyak, sumber yang dekat dengan pemerintah Iran.
Baca Juga: Dukung Joe Biden, Barack Obama Kritik Pedas Donald Trump dengan Menyebutnya 'Paman Gila yang Suka Bohong Setiap Hari'
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Zarif, dan mitranya dari China, Wang Yi, menghadiri serangkaian pertemuan antara 9 dan 10 Oktober 2020 untuk menyelesaikan perincian kesepakatan.
Sebenarnya kesepakatan itu telah dicapai pada tahun 2016 namun telah mereka tidak pernah mempublikasikannya.

Namun, pekan lalu, mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, mengisyaratkan beberapa bagian penting dari kesepakatan yang sebelumnya tidak tersedia untuk umum.