SkolMus Gelar Pameran Arsip Publik dalam Program Merekam Kota
Kegiatan ini akan berlangsung hingga 31 Oktober mendatang di Pabrik Es Minerva, Kelurahan Solor, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
"Kalau memotret dalam bentuk suasana sih bisa hanya kalau motret yang hanya ambil foto - fotonya itu dilarang karena takutnya nanti ada yang reproduksi terus klaim - klaim dan sebagainya" lanjutnya.
Untum mengusut sumber nantinya, kata Frengki, juga pasti akan rumit.
"Nah kita yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan itu pasti punya beban lebih untuk bagaimana menjaga arsip itu tetap aman" ujarnya.
Sementara untuk kepemilikan hak cipta, kata Armin, tetap di pemilik arsip.
"Jadi saat kita pakai, kita sebutkan ini arsip siapa, pemiliknya siapa, makanya jadi penting supaya jangan ada orang lain yang menggunakan arsip itu tanpa sepengetahuan kita dan pemilik arsip" kata Armin.
Frengki menambahkan, pihak SkolMus hanya mereplikasi agar file aslinya tidak rusak.
"Kita hanya membuatnya dalam bentuk digital terus kita cetak ulang untuk dipamerkan" ujarnya.
Setelah dipamerkan, lanjut Frengki, arsip - arsip fisik tersebut rencananya akan dimusnahkan untuk menghindari tindakan tidak bertanggung jawab oknum - oknum tertentu yang bisa merusak arsip - arsip bernilai sejarah tersebut.
"Tapi untuk keberlanjutan kedepan itu kita bicarakan lagi dengan pemilik arsip bagaimana, kalau misalnya mereka mau mengoleksinya kembali berarti dikembalikan tapi dari kita sebaiknya dimusnahkan kecuali pemilik arsipnya minta kembali" ungkap Frengki
Merekam Kota, kata Armin, merupakan program jangka panjang dari SkolMus bahkan akan menjadi program abadi sehingga timnya akan berfokus ke perpustakaan digital.
"Memang kita tidak akan mengoleksi sesuatu yang fisik" tukas Armin.
"Websitenya akan dilaunching saat penutupan nanti, jadi ketika orang mengakses website tersebut orang akan mendapatkan beberapa story yang lebih banyak" tambahnya.
Armin mengungkapkan, salah satu hal yang menjadi kendala adalah ada arsip yang cerita dibaliknya sudah tidak diketahui lagi karena arsip yang ada sudah dari generasi ke generasi.
"Contohnya pabrik es ini, pemiliknya kan Kong Seo, yang saya kontak itu sudah generasi ketujuh. Jadi mau cari arsip tentang pabrik es ini juga susah" ceritanya.
"Jadi tantangan kita sebenarnya ya itu. Kalaupun mereka punya arsip fisik, story atau narasi dibaliknya itu kita harus cari referensi dari buku atau sejarahwan" lanjut Armin.