Berita Sumba Timur Terkini

Perjalanan Partai Golkar Sumba Timur: Ketika Beringin Tua itu Tak Pernah Lengah Bertunas

Pada tahun 2008 tokoh Golkar Sumba Timur, Ir. Umbu Mehang Kunda meninggal. Saat itu menjadi pukulan bagi Golkar di Sumba Timur, karena kehilangan soso

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Hetifah Syaifudian dan rombongan berserta Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Melki Laka Lena disambut Natoni sebelum acara Musda X Partai Golkar NTT di Sahid T-More, Senin (2/3/2020) lalu 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru

POS-KUPANG.COM/WAINGAPU - Usia Partai Golkar sudah setengah abad lebih (1964-2020), tatkala dalam perjalanan dan kiprahnya, partai yang lahir di orde baru ini terus membenahi diri. 56 tahun bukan waktu yang singkat, apalagi bagi partai politik.

Secara umum, berakhirnya rezim orde baru tahun 1998, maka situasi politik Indonesia berubah. Terjadi reformasi politik di tanah air yang juga menembus sampai ke pelosok-pelosok.

Ketegangan politik terjadi juga di NTT. Bermunculan banyak partai politik membuat Golkar semakin teruji pada tantangan tersendiri. Namun, partai berlambang pohon beringin ini bisa melewati tantangan dan tantangan maupun turbulensi politik kala itu hingga eksis sampai saat ini.

Khususnya perjalanan Partai Golkar di Kabupaten Sumba Timur, boleh dibilang diterpa tidak goyah, dijepit pun tidak kempis.

Partai ini mengalami masa kejayaan saat daerah ini dinahkodai oleh Ir. Umbu Mehang Kunda (Alm).
Kita juga tidak menafikan sejumlah tokoh Golkar lainnya di Sumba Timur yang berpengaruh, antara lain, Harumbu Kapita (Alm), M.D Tipa (Alm), Natan Tunggu Djama, Palulu Pabundu Ndima dan lainnya.
Keberlangsungan partai juga teruji dari pemilihan umum (pemilu) ke pemilu.

Pada Pemilu legislatif tahun 1999 Golkar Sumba Timur berhasil meraih 10 kursi di legislatif, kemudian tahun 2004 menjadi 11 kursi.

Pada tahun 2008 tokoh Golkar Sumba Timur, Ir. Umbu Mehang Kunda meninggal. Saat itu menjadi pukulan bagi Golkar di Sumba Timur, karena kehilangan sosok militansi. Tidak dipungkiri juga bahwa ketika Mehang Kunda tiada, terjadi pergeseran perolehan kursi di DPRD Sumba Timur pada pemilu 2009.

Saat itu kursi Partai Golkar yang sebelumnya 11 turun menjadi 9 kursi. Posisi ini rupanya sulit dipahami oleh para elit Golkar Sumba Timur, karena penurunan kursi masih terjadi lagi di pemilu tahun 2014, yakni dari 9 kursi menjadi 8 kursi.

Niscaya delapan kursi ini tetap dipertahankan di pemilu tahun 2019 kemarin.
Melihat grafik perolehan kursi di legislatif, rupanya ketokohan masih menjadi salah satu indikator di Sumba Timur. Namun, Partai Golkar sama sekali tidak menonjolkan figur, tetapi lebih melirik pada pengkaderan.
Tentu jika dilihat bahwa partai ini mengalami kejayaan atau keemasan ditahun 2004-2009.

Ketua Harian DPD Partai Golkar Sumba Timur, Ali Oemar Fadaq yang ditemui, Rabu (14/10/2020) mengatakan, perlu dipahami bahwa Partai Golkar ini adalah partai kader bukan partai figur. "Kami tidak pernah menonjolkan seseorang. Partai ini tanpa pemilik dan kalau ada rotasi kepengurusan tidak mempengaruhi sampai akar rumput," kata Ali Fadaq.

Ali Fadaq sendiri bergabung di Partai Golkar pada tahun 2004 , yang sebelumnya ia bersama Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang saat ini PDIP. Ali Fadaq ada di legislatif dari PDI pada tahun 1997-1999.
Saat masuk di Golkar, Ali Fadaq turut menyumbang satu kursi di legislatif pada tahun 2004 sehingga kursi di DPRD Sumba Timur dari 10 kursi di tahun 1999 naik menjadi 11 kursi di pemilu tahun 2004.

"Kejayaan Golkar terasa karena kita rebut kembali kemenangan di tahun 2004, dengan semangat Mari Bung Rebut kembali. Kita saat itu rapatkan barisan dan menang dengan perolehan kursi dan suara terbanyak. Itulah awal saya bergabung dengan partai berlambang beringin ini," tutur Ali Fadaq.

Bukan tanpa alasan, saat menjadi kader Partai Golkar, Ali Fadaq langsung dipercayakan sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Sumba Timur.

"Di Partai Golkar ini kami dididik agar selalu ada bersama rakyat, sehingga bisa menyuarakan aspirasi rakyat," katanya.

Terkait hasil pemilu legislatif tahun 2019, Ketua DPRD Sumba Timur ini mengatakan, di tengah berbagai tekanan namun Golkar tetap mempertahan posisinya sebagai partai pemenang di Sumba Timur.

"Kami dididik agar selalu ada bersama rakyat, sehingga bisa menyuarakan aspirasi rakyat.
Saya tidak terkecoh saat itu dan justru ada kenaikan perolehan suara pada pemilu 2019," ujarnya.

Dikatakan, pada pemilu tahun 2014 , Partai Golkar Sumba Timur meraih perolehan kursi di DPRD sebanyak 8 kursi dengan akumulasi perolehan suara 25.234. Jika dibandingkan dengan pemilu 2019, walaupun peroleh kursi di DPRD tetap 8 kursi, namun dari sisi perolehan suara terjadi kenaikan, yakni dari 25.234 suara menjadi 29.802.
"Di era kepemimpinan pak Umbu Lili Pekuwali, Partai Golkar tetap mempertahankan gelar sebagai pemenang pemilu.

Pada tahun 2019 kita peroleh 8 kursi dengan ada peningkatan perolehan suara. Kalau kita pakai sistem pembagian kursi seperti pada pemilu tahun 2014, maka kita bisa 10 kursi. Tapi sistem saat itu walaupun suara banyak tapi perolehan kursi hanya 8," ujarnya.

Ketua DPRD Sumba Timur ini menyadari bahwa tekanan juga terjadi ketika menjelang pemilu 2019, yang mana ada pergantian pengurus saat itu.

"Setelah pemilu, kami juga kaget ternyata suara kami naik. Setelah kita evaluasi bahwa apa yang kita kampanyekan itu mendapat tempat di hati rakyat, yakni saat itu kita katakan, jika Partai Golkar menang,maka pak Umbu Lili Pekuwali (ULP) akan jadi calon bupati," katanya.

Dia mengisahkan, ketika Partai Golkar Sumba Timur meraih prestasi itu, maka DPP Partai Golkar langsung menetapkan ULP menjadi calon bupati Sumba Timur dalam pilkada 2020 ini.

Terkait kondisi di legislatif, Ali Fadaq mengatakan, walaupun Golkar sebagai partai pemenang, ada namun tidak pernah merasa berkuasa, walaupun bupati dan wakil bupati itu diusung Partai Golkar.

"Kami tidak merasa kami partai pemerintah, kami tidak menonjolkan diri bahwa berkuasa.
Silakan tanya teman-teman fraksi," ujarnya.

Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Sumba Timur, Ayub Tay Paranda mengatakan, Partai Golkar adalah partai yang bersama rakyat.

"Kenapa sampai saat ini Golkar masih menang,karena perjuangan partai ini bersama rakyat. Kami menang tapi tidak merasa berkuasa," kata Ayub.

Ali Fadaq juga mengatakan, ketika dirinya bergabung bersama Partai Golkar Sumba Timur, langsung dipercayakan sebagai Ketua Fraksi di DPRD.

Partai Golkar, lanjut Ali Fadaq, dahulunya selalu diidentikkan dengan kumpulan orang tua dan para pensiunan PNS.

"Dulu partai orde baru ini identik dengan sebutan partai para pensiun PNS. Saat itu saya ubah dan melibatkan anak muda di dalam partai," katanya.

Bahkan saat ini juga ketua DPD Partai Golkar NTT, Melki Laka Lena selalu menggandeng semua kaum milenial.
Karena itu, saat ini menurut Ali Fadaq, banyak sekali anak muda milenial dan para caleg muda yang diakomodir oleh Partai Golkar. Fakta tersebut menghilangkan anggapan bahwa partai Golkar adalah tempat menampung para pensiunan PNS yang selalu diakomodir menjadi caleg.

"Perjuangan kita ringan karena dilakukan oleh kaum Milenial. Saat ini terbuka tirai bagi milenial. Kita pelopori, kita dukung termasuk Ketua DPD Partai Golkar NTT yang beri ruang besar dan cukup bagi milenial," ujarnya.
Dikatakan, pernah melakukan sebuah pertemuan di Sumba Timur yang melibatkan sekitar 2000 orang milenial.

"Saat itu Pak Ketua DPD Partai Golkar NTT cukup terkejut dan berkata pada kami, dari mana kumpul banyak millenial ini," ujarnya.

Ketua Partai Golkar Kecamatan Pahunga Lodu, Salmon Ke Huru yang ditemui, Jumat (16/10/2020) mengatakan, Partai Golkar adalah partai yang sampai saat ini masih dicintai rakyat Sumba Timur.

Menurut Salmon, di Sumba Timur memiliki rekam jejak dan teruji sehingga masyarakat merasa bagian dari Golkar.

"Jika ditanya ke masyarakat seluruh Sumba Timur ,maka mereka sebut Partai Golkar itu adalah partai mereka," kata Salmon.

Dikatakan, masa lalu Partai Golkar dibenci karena Soeharto , Partai Golkar sadar dan terus membenahi sehingga dari pemilu ke pemilu Golkar masih pada urutan tiga besar.

Menyinggung soal usia Partai Golkar yang sudah mencapai 56 tahun, Salmon mengatakan, usia Golkar terus bertambah dan apabila diibaratkan seorang manusia, maka sudah masuk kategori lanjut usia.
Namun, keberadaan Partai Golkar tetap segar.

"Jadi beringin itu sudah tua tapi tunas-tunas mudanya terus bertumbuh dan mengakar di masyarakat," ujarnya.
Ketika beringin tua itu terus dan tidak pernah lengah mengeluarkan tunas-tunas baru, maka Partai Golkar akan terus memberikan kesejukan dan kesegaran dengan ide-ide baru untuk membangun daerah, Nusa dan bangsa.
Jika kita mendengar dongeng-dongeng nenek tua dahulu kala, bahwa di bawah pohon beringin tua dan yang rindang itu biasanya banyak setan -setan tua, namun di balik itu, saat ini di bawah rindangan pohon beringin dengan tunas-tunas baru terdapat cewek-cewek cantik yang hendak dipersunting pangeran tangguh.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua DPD Partai Golkar Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua DPD Partai Golkar Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali (istimewa)
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Hetifah Syaifudian dan rombongan berserta Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Melki Laka Lena disambut Natoni sebelum acara Musda X Partai Golkar NTT di Sahid T-More, Senin (2/3/2020) lalu
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Hetifah Syaifudian dan rombongan berserta Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Melki Laka Lena disambut Natoni sebelum acara Musda X Partai Golkar NTT di Sahid T-More, Senin (2/3/2020) lalu (POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved