Renungan Harian Katolik

Menjadi Martir Kristus dalam Kehidupan Sehari-hari

Pengajaran Yesus memang punya daya tarik yang kuat sehingga banyak orang berkerumun hendak mendengar ajaran-Nya

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
Fr. Giovanni A. L Arum 

Menghujat Roh Kudus berarti dengan tegas menolak cinta Allah. Menolak cinta Allah sama artinya dengan menutup diri dari rahmat Allah yang menyelamatkan. Dengan menghujat Roh Kudus, seseorang dengan tahu dan mau menolak kasih Allah.

Roh Kudus akan menyertai setiap murid Kristus yang berani memberikan kesaksian imannya, meski dihadapi pelbagai bentuk penolakan, bahkan ancaman kematian. Menjadi murid Kristus tidak serta-merta menjadikan diri aman dan kebal dari segala penolakan.

Yesus sendiri bahkan mengalami penolakan yang keji dalam peristiwa salib. Luk. 1:11-12 menunjukkan bahwa para murid akan mengalami penolakan baik dari para pemuka agama maupun penguasa dunia.

Kedua ayat ini juga merekam situasi jemaat perdana yang mengalami banyak penolakan, bahkan ancaman persekusi yang keji. Lukas menggemakan kembali Sabda Yesus yang menguatkan para murid-Nya, bahwa Roh Kudus yang Ia janjikan kepada Gereja-Nya, akan senantiasa menguatkan dan menemani saat-saat kritis di mana murid-murid Kristus mempertahankan imannya tanpa takut terhadap pelbagai ancaman.

Hari ini Gereja memperingati St. Ignasius dari Antiokia, seorang Uskup dan Martir. Pada zaman Ignasius, banyak pengikut Kristus dikejar dan dibunuh oleh kaki tangan Kaisar Trajanus yang menolak Kekristenan. Ignasius sendiri dengan tegas mempertahankan imannya di tengah ancaman kehilangan nyawa.

Ia lebih memilih mati sebagai martir Kristus (martyr Christi) daripada hidup sebagai seorang pengkhianat iman. Ia akhirnya digiring masuk gelanggang binatang buas dan tubuhnya dikoyak oleh singa-singa yang lapar. Ia telah mati sebagai martir yang menang.

Ada beberapa hal yang dapat kita maknai sebagai pelajaran hidup: Yang pertama, hidup beriman bukan soal ikut arus kerumunan. Kita harus masuk dalam model beriman para murid. Untuk itu, yang perlu kita hidupi adalah kesetiaan untuk menjadi murid yang memperjuangkan imannya dalam hidup setiap hari.

Yang kedua, Tuhan tidak pernah menjanjikan pelangi tanpa adanya hujan badai. Menjadi Kristen tidak serta-merta membuat kita dikecualikan dari tantangan dan ancaman hidup. Tetapi, seperti emas yang dimurnikan dalam tanur api, demikian pula kualitas iman kita dimurnikan melalui tantangan dan cobaan hidup yang kita alami.

Yang ketiga, sebagai murid-murid Kristus kita juga mengemban misi kemartiran. Kita adalah martyr Christi (martir Kristus) dalam kehidupan sehari-hari. Kemartiran di sini bukan soal menumpahkan darah, melainkan kerelaan untuk menjadi saksi Kristus dalam hidup setiap hari serta memahkotai hidup kita dengan semangat pengorbanan Kristiani.

Yang terakhir, kita juga belajar dari St. Ignasius dari Anthiokia yang dengan teguh mempertahankan imannya di hadapan ancaman mulut singa. Kita tentu memiliki pelbagai tantangan dalam hidup. Tetapi, ketika kita berani mempertahankan dan bersaksi tentang iman kita kepada Kristus, kita yakin bahwa Roh Kudus akan senantiasa menguatkan kita.

Semoga Tuhan memberkati kita sekalian. Salve!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved