Berita Timor Leste
Australia Datang Bak Pahlawan Saat Timor Leste Merdeka, Awalnya Dukung Indonesia Gempur Timor Leste
Tanggal 30 Agustus 1999 menjadi hari bersejarah itu. Kemudian hasilnya diumumkan pada 4 September oleh Sekretaris Jenderal PBB
Tidak peduli pelanggaran hak asasi manusia apa pun yang dilakukan oleh rezim yang didominasi militer di Jakarta, merugikan orang-orang Timor Timur kala itu.
Realitas tersebut terungkap dalam dokumen rahasia internal berlatar belakang PBB berbunyi: “... dengan Vietnam yang masih segar di benak mereka, negara-negara Barat, terutama AS, endukung aksi Indonesia,”.
Dikutip dari Irish Times, logika Perang Dingin berarti bahwa baik AS maupun Australia lebih dari sekadar menyetujui invasi Indonesia tahun 1975 - mereka secara efektif memberikan lampu hijau.
Sesaat sebelum invasi diluncurkan, Presiden Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger berada di Jakarta dan memberikan persetujuan diam-diam kepada penyitaan tersebut.
Dikatakan bahwa pesan yang sama datang dari Australia: Perdana Menteri Partai Buruh Gough Whitlam, dalam kunjungannya ke Jakarta lima bulan setelah kudeta di Lisbon, mengatakan kepada Presiden Suharto bahwa hasil terbaik bagi Timor Lorosa'e adalah menjadikannya bagian dari
Indonesia.
Didorong oleh dukungan negara-negara tersebut, Indonesia melancarkan invasi ke Timor Timor, yang sekarang kita kenal sebagai Timor Leste.
Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia tetap menjadi sekutu penting Perang Dingin AS di Asia Tenggara dan dipandang penting bagi stabilitas kawasan setelah kekalahan Vietnam.
AS menjual senjata ke Jakarta dengan muatan kapal, disebut militer Indonesia senang melihat dirinya tumbuh menjadi satu kekuatan regional yang paling kuat, meskipun belum teruji di luar China.
Bagi Australia yang berorientasi Barat, hubungan baik dengan Jakarta merupakan landasan kebijakan luar negeri selama beberapa dekade.
Inti dari kebijakan tersebut adalah ketakutan geo-politik terhadap raksasa yang menguasai wilayah, yang populasinya melebihi jumlah orang Australia dengan faktor 10 banding 1.
Pada tahun 1978, pemerintah Liberal (yaitu konservatif) Malcolm Fraser menjadi satu-satunya negara barat yang mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Leste.
Sikap Australia terhadap Indonesia, disebut mungkin paling baik disimpulkan pada pertengahan 1990-an oleh perdana menteri Partai Buruh Paul Keating.
Dengan istilah yang cenderung blak-blakan, dia mencatat bahwa tidak ada negara yang lebih penting bagi Australia selain Indonesia.
Pemerintah Liberal dan Buruh sama-sama jatuh hati untuk bekerja sama dengan militer Indonesia.
Selain penjualan senjata, ada program pelatihan bersama dan latihan bersama antara pasukan khusus mereka.