Allahu Akbar, Suara Terakhir Pratu Suparlan Saat Bertempur Sendirian Lawan Fretelin di Timor Leste
Maklum saja tempat tersebut merupakan sarang Fretilin si 'Krebo Hutan', mereka adalah pemberontak yang berjuang untuk kemerdekaan Timor Timur.
Ketika unit kecil patroli pimpinan Letnan Poniman Dasuki memasuki area tersebut, mereka dicegat oleh sekitar 300 ratusan orang Fretilin disana.
Para Fretilin itu bersenjatakan lengkap dengan senapan serbu, mortar dan pelontar granat.
Terjadilah pertempuran sengit ketika dua lawan itu bertemu.
Tembak-menembak seru terjadi antara 300 Fretilin melawan unit kecil Kopassus pimpinan Letnan Poniman.
Posisi para prajurit Kopassus sedang tidak beruntung.
Di bawah hujan deras tembakan musuh, mereka terjepit karena di belakang jurang menganga.
Bahkan satu persatu anggota Kopassus harus gugur diterjang timah panas Fretilin.
Melihat jika hanya bertahan saja mereka bisa dibantai oleh Fretilin maka Letnan Poniman memerintahkan mundur.
Satu-satunya cara agar lolos ialah berlari menuju sebuah celah bukit di sekitar area pertempuran.
Namun peluang para prajurit Kopassus itu sangatlah kecil untuk lolos dengan berlari menuju bukit tersebut.
Hingga seorang prajurit berpangkat Prajurit Satu (Pratu) Suparlan mengajukan diri untuk menahan serangan Fretilin sendirian dan membiarkan teman-temannya untuk meloloskan diri.
Lantas Pratu Suparlan mengambil senapan mesin milik rekannya yang gugur, ia langsung maju sendirian menerjang 300 orang milisi Fretilin.
Fretilin pun tanpa ampun langsung menjadikan Pratu Suparlan sebagai sasaran utama, ia diterjang entah berapa peluru yang bersarang ditubuhnya.
Tembakan Fretilin itu dibalasnya dengan tembakan senapan mesin yang ia bawa hingga Pratu Suparlan sudah tak sanggup lagi berdiri karena luka-lukannya.
Belum selesai sampai disitu, mengetahui Pratu Suparlan sudah hampir tewas, puluhan Fretilin mengerumuninya dan memberikan tembakan di lehernya.