HUT TNI

Pernah Jadi Guru, Sosok Jenderal Besar Sudirman, Jadi Panglima Angkatan Bersenjata Usia 29 Tahun

Jenderal Sudirman merupakan Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat diganti namanya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.

Editor: Benny Dasman
istimewa
Jenderal Sudirman 

POS KUPANG, COM -  Sosok Jenderal Besar Sudirman adalah tokoh yang sangat dikenal dalam sejarah Indonesia.

Jenderal Sudirman merupakan Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat diganti namanya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.

Kisah hidupnya pernah sditulis oleh Dr. Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI, dan pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 2009.

Bukan hanya digunakan sebagai nama jalan di berbagai kota, wajahnya juga pernah menghiasi uang kertas dan logam.

Dalam buku pendidikan sejarah semasa Orde Baru, perjuangan gerilya sang Panglima Besar diceritakan "cuma" dalam beberapa halaman saja.

Penggambaran Sudirman umumnya pun hanya satu dimensi: kurus, lugu, berjuang tanpa pamrih, sakit tapi pantang menyerah.

Lihatlah patungnya yang terbuat dari perunggu setinggi 6 m, karya dosen ITB Sunaryo, senilai Rp 6,5 miliar di Jln. Jend. Sudirman Jakarta, yang dibuat pada 2003.

Yang tampak hanya keteguhan tanpa emosi.

Patungnya di depan gedung DPRD Yogyakarta yang dibuat seniman Hendra Gunawan dari Sanggar Pelukis Rakyat tahun 1950-an juga senada, walaupun terkesan agak jelata.

Padahal Sudirman memiliki nuansa lebih dari itu: ia seorang guru dan kepala sekolah yang bisa membuat sajak, pendiri koperasi, pemain sandiwara, dan pesepakbola(bermain sebagai pemain belakang pada Bond Banyumas).

Juga pernah berpolitik dan dimanfaatkan untuk kepentingan politik.

Berkorban jiwa, raga, dan harta

Lahir pada 24 Januari 1916 di Purbalingga dan meninggal di Yogyakarta pada 29 Januari 1950, Sudirman merupakan pejuang yang mati muda (dalam usia 34 tahun).

Pada umur 29 ia sudah menjadi panglima angkatan bersenjata (waktu itu bernama Tentara Keamanan Rakyat - TKR) yang uniknya terpilih secara demokratis di antara para komandan dari berbagai daerah.

Keraguan pimpinan negara terhadap Sudirman sirna ketika ia membuktikan kemampuannya mengusir pasukan Sekutu yang jauh lebih canggih persenjataannya dengan strategi "Supit Urang" yang menjepit musuh dari dua sisi di Ambarawa.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved