Kerukunan Antarumat Beragama Nyata di NTT

FGD dimulai dengan arahan Edi Junaedi mengenai fokus dari diskusi, yang meliputi konsep tentang kerukunan, indikator, masalah kerukunan, solusinya

Editor: Agustinus Sape
Foto: Engky/Kanwil Kemenag NTT
Suasana Focus Group Discussion tentang Kerukunan Umat Beragama di aula FKUB NTT, Jl. El Tari Kupang, Jumat (2/10/2020). 

Bahkan di antara mereka banyak yang masih punya hubungan keluarga, baik karena berasal dari satu keturunan maupun karena hubungan kawin-mawin. Adanya penganut agama yang berbeda-beda di dalam satu keluarga bukanlah hal yang baru di NTT.

Kusmanto mengangkat tradisi cium hidung dari Sabu. Semua orang Sabu melakukannya, baik orang Kristen maupun orang Islam. Cium hidung merupakan simbol keakraban, persahabatan. Bahkan konflik sebesar apa pun bisa diselesaikan hanya dengan cium hidung. Tradisi cium hidung itu malah sudah membudaya di Kupang, di rumah ibadah dan di pesta-pesta ketika orang bertemu.

Menurut Oktovianus, kerukunan umat beragama di Sabu bisa terlihat di laut. Di laut ada ikan alhamdulilah, yaitu ikan yang ditangkap nelayan Muslim, dan ada ikan puji Tuhan, yaitu ikan yang ditangkap oleh nelayan Kristen. Tetapi begitu sampai di darat, ikan-ikan itu dikonsumsi oleh siapa pun, tidak melihat agamanya.

Menurut Ahmad Atang, terlepas dari ada mayoritas dan minoritas, kultur NTT adalah kultur aliansi. Ketersinggungan-ketersinggungan yang bersifat agama dan budaya itu ada, sebagaimana juga terjadi di tempat lain ketika agama dan budayanya dinistakan. Tetapi di antara mereka sudah ada kesepakatan-kesepakatan di masa lalu untuk tidak saling mengganggu.

Selain faktor budaya NTT, lembaga-lembaga yang ada di NTT juga turut membangun kultur toleransi antarumat beragama. FKUB misalnya, terus mendorong dialog antaragama, baik dilakukan oleh FKUB sendiri maupun oleh lembaga-lembaga mitra, meneruskan aspirasi masyarakat dan mendorong penyelesaian setiap masalah sampai tuntas.

Menurut Theresia, FKUB NTT juga menyelenggarakan lomba menyanyi tentang kerukunan, lomba cerpen kerukunan dan diskusi terbatas tentang Pancasila.

Menurut Ahmad Atang, Universitas Muhammadiyah Kupang, di mana dia mengabdi, merupakan the real multiculturalism university. 60-an persen mahasiswa di kampus itu beragama non-muslim. Hanya 30-an persen saja mahasiswa muslim. Organisasi mahasiswa non-muslim juga ada di sana. Bahkan jabatan struktural universitas ada yang dipegang oleh beragama non-muslim.

Dari sisi media, peliputan kegiatan-kegiatan keagamaan diberi porsi yang sama, terutama pada hari-hari raya keagamaan. Media selalu menyapa umat beragama lewat tajuk menjelang hari raya dan menyediakan renungan-renungan yang mencerahkan dari tokoh atau pemuka agama.

Diikat oleh etika jurnalistik media-media massa di NTT juga menghindari berita-berita yang memicu konflik SARA. Sebaliknya, berita-berita media berusaha untuk mendinginkan dan memberi solusi jika terjadi atau ada potensi konflik SARA.

Masyarakat NTT juga terbiasa untuk saling membantu dalam membangun rumah ibadah, ikut mempersiapkan dan menyukseskan pelaksanaan perayaan hari-hari keagamaan.

Theresia mengharapkan umat beragama sebanyak mungkin mengetahui ajaran-ajaran agama lain secara benar. Diperlukan juga kehadiran figur-figur yang bisa merangkul semua umat beragama. Umat beragama terus diajak untuk bersama-sama melakukan kegiatan kemanusiaan sebagai warga bumi.

Masyarakat, kata Theresia, perlu terus diberi pemahaman tentang media sosial, baik dalam menyampaikan informasi maupun dalam menanggapi informasi yang diperoleh dari media sosial. Karena konflik agama juga bisa dipicu oleh informasi di media sosial, yang sumbernya tidak hanya datang dari NTT, tetapi juga dari luar NTT.

Edi Junaedi menyampaikan terima kasih atas berbagai informasi menarik dan unik yang telah dibagikan oleh narasumber. Dia informasi-informasi ini menjadi data terpercaya untuk mengukur indeks kerukunan umat beragama tahun 2020 dan pembuatan kebijakan Kementerian Agama Republik Indonesia.*

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved