G30S PKI
Pindah Agama Demi Rukmini, Akhir Kisah Cinta Pierre Tendean Tragis,Prajurit Tampan Gugur Dibunuh PKI
Pindah Agama Demi Rukmini, Kisah Cinta Pierre Tendean Berakhir Tragis, Prajurit Tampan Gugur di Tangan PKI
Sedikit perjalanan kisah cinta Kapten Pierre Tendean dan Rukmini
Pierre dan Rukmini berkenalan melalui dua sahabat baik Pierre sesama Dan Ton Yonzipur 1/DAM 2 Bukit Barisan, Medan, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi.
• SINOPSIS Lengkap Film G30S PKI, Kisah Pemberontakan 1965, Di Balik Propaganda 1984: 7 Jenderal Tewas
Pierre gerah didesak terus menerus oleh keduanya untuk bertemu gadis yang lebih akrab dipanggil Mimin tersebut.
Justru setelah mengenal sosok Mimin, figur gadis yang masih duduk di bangku SMA pada tahun 1963 ini sangat mencuri perhatian sang perwira muda, sehingga pada kunjungan-kunjungan berikutnya Pierre memutuskan tidak dikawal lagi.
Belum lama bersama, Pierre harus meninggalkan puteri sulung bapak Raden Chamim Rijo Siswopranoto itu, ditugaskan sebagai intelijen dalam rangka Dwikora di perbatasan Kepulauan Riau.

Mereka menjalani LDR. Kadang Pierre curhat pada rekan letingnya yg sesama intel, bahwa ia rindu Rukmini, sampai-sampai Pierre diledeki untuk merekam suaranya saja dikirim ke pujaan hati yang lemah lembut, perfeksionis, lincah dan piawai memasak.
Pierre menyempatkan hadir di pesta ultah sweet 17 Mimin 9 September 1964.

Memasuki tahun 1965, hubungan keduanya semakin serius.
Saat keluarga besar Chamim sedang liburan ke Yogyakarta, Mimin diboyong ke Semarang oleh Pierre untuk diperkenalkan kepada kedua orangtuanya & saudaranya Roos dan Mitzi.
Sebelumnya Pierre telah menulis surat kepada Mitzi, bahwa ia sudah menemukan jodohnya.
Sesaat sebelum dipindahkan ke Jakarta April 1965, mengemban amanat baru sebagai ajudan Menko Hankam Jenderal AH Nasution, Pierre mengakui kepada sahabat RF Soeseno bahwa ia telah mengikat Rukmini.
Foto-foto ini adalah Ibu Rukmini waktu buku Sang Patriot masih dalam proses dan foto2 mudanya di tahun 1960-an. Foto terakhir diambil Maret 2019 saat ia menerima & menikmati membaca.
Rela Pindah Agama Demi Pujaan Hati
Dikutip dari akun resmi penulis Biografi Kapten Pierre Tendean @pierresangpatriot, sesungguhnya hubungan Pierre & Rukmini bukan tanpa aral melintang.
Terdapat perbedaan membentang yaitu agama, Pierre kristen, Rukmini muslim.
Mimin hanya bersedia melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius dengan pemuda berkeyakinan sama.
Untuk syarat ini Pierre telah memutuskan menuruti karena ia sangat mencintai gadis sederhana ini & tak mau berpisah dengannya.
Namun awal-awal ayah ibu Pierre justru meragukan Pierre dapat membiasakan diri dengan keseharian keluarga Mimin yang agamis.
Lampu hijau dirasakan Pierre awal Juli 1965 saat melihat adiknya Roos yang akan menikah dengan seorang muslim direlakan ayah mereka pindah agama.
Sejak itu Pierre selalu membahas peresmian pernikahannya dengan Mimin yang direncanakannya di satu hari bulan Desember 1965, terutama dengan Ibu Sunarti Nasution.
Ia bahkan sudah menyampaikan ke ayah AL Tendean kemantapannya ikut keyakinan Mimin.
Bahkan di sore terakhir hidupnya, sebelum ia diculik & dihabisi dengan keji oleh Gerombolan G30S, ia terus saja semangat membahas rencananya itu dengan adik iparnya, Jusuf Razak.
Pertemuan terakhir Pierre dan Mimin terjadi pada 31 Juli 1965 saat Pierre mendampingi Pak Nas tugas ke Medan.
Pierre masih menerima telegram terakhir dari Mimin pada 30 September 1965 malam.
Tujuh tahun berselang, Mimin menemukan jodohnya kembali tahun 1972, dengan seorang karyawan bank swasta.
Mereka dikaruniai 3 anak dan 5 cucu.
Suami Mimin wafat tahun 2014 dan anak perempuan satu-satunya juga telah mendahului.
Sebelum wafat, Mimin tinggal di Bekasi bersama 3 cucunya.
Rukmini jatuh sakit cukup berat sejak akhir Maret 2019 sebelum akhirnya wafat tahun 2019.
* Sinopsis lengkap Film G30S PKI tentang peristiwa berdarah tahun 1965
Menceritakan sejarah pemberontakan kelompok pembelot bangsa dan negera Republik Indonesia.
Tragedi kelam angkatan bersenjata tanah air, di mana ada sejumlah dewan Jenderal dan prajurit ABRI yang difitnah, disiksa lalu dibunuh kala itu.
Dilansir dari pemberitaan Surya.co.id, film bergenre dokudrama ini berisi propaganda Indonesia tahun 1984.
Film G30S PKI dibuat dengan detail dan meyakinkan berdasarkan sudut pandang tertentu.
Menurut sejarahnya, film ini awalnya berjudul SOB (Sejarah Orde Baru).
Film berdurasi lebih dari 200 menit ini menjadi film terlaris di Jakarta pada 1984 dengan 699.282 penonton menurut data Perfin.
Hingga 1995, jumlah penonton tersebut menjadi rekor tersendiri dan tidak terpecahkan.
Naskah film ini ditulis oleh Arifin C Noer dan Nugroho Notosusanto, diproduksi melalui PPFN (Pusat Produksi Film Negara).
Yakni lembaga yang bertanggung jawab memproduksi film-film propaganda politik rezim Orde Baru.
Bahkan film ini sempat diwajibkan tayang setiap tanggal 30 September malam oleh satu-satunya stasiun televisi Indonesia saat itu, yaitu TVRI.
Berikut Sinopsis Film G30S PKI
Film G30S PKI mengisahkan peristiwa kudeta seputar 30 September 1965 yang dilakukan oleh Kolonel Untung, Komandan Batalyon Cakrabirawa.
Film G30S PKI diceritakan menjadi dua bagian.
Pertama, G30S PKI berlatar belakang peristiwa, rencana kudeta, serta penculikan para jenderal.
Dalam peristiwa ini, 7 jenderal terbunuh, salah satunya adalah Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.
30 September 1965, sekelompok tentara mengepung sebuah rumah di Jalan Hasanuddin 53, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Mereka membawa senjata laras panjang pada pengepungan malam itu.
Sang pemilik rumah, seorang perwira TNI Angkatan Darat yang saat itu sedang berada di sebuah kamar di lantai 2 terlihat tidak panik.
Dengan mengenakan seragam militer lengkap, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan berkaca ke sebuah cermin di lemari besar.
Beberapa kali ia merapikan seragamnya agar tidak terlihat kusut.
Tentara sudah mulai masuk dan menguasai lantai satu rumah.
Tembakan pun dilepaskan.
Beberapa perabot rumah jadi sasaran tembakan.
Istri dan anak DI Pandjaitan yang juga berada di lantai 2 semakin ketakutan.
Seorang asisten rumah tangga melaporkan bahwa 2 keponakan DI Pandjaitan berada di lantai satu, yaitu Albert dan Viktor terkena tembakan.
Namun DI Pandjaitan tetap tenang.
Pandjaitan kemudian turun ke lantai 1 yang dikuasai oleh para tentara dengan langkah perlahan.
Pasukan tentara yang mengepung rumah Pandjaitan disebut berasal dari satuan Cakrabirawa, pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno.
Saat sudah berada di hadapan para tentara, Pandjaitan diminta untuk segera naik ke truk yang akan mengantarkannya ke Istana.
Mereka mengatakan bahwa Jenderal berbintang satu itu dipanggil oleh Presiden Soekarno karena kondisi darurat.
Sebelum itu Pandjaitan menyempatkan diri untuk berdoa yang menyebabkan para tentara semakin marah.
Seorang tentara memukulkan popor sentaja, tapi oleh Pandjaitan ditepis sebelum menghantam wajahnya.
Tentara yang lain marah.
Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat itu ditembak.
DI Pandjaitan pun tewas.
Jenazah Pandjaitan kemudian dimasukkan dalam truk dan dibawa pergi.
Darah dari pria kelahiran Balige, Sumatera Utara itu berceceran di teras rumah.
Penembakan itu disaksikan oleh putri sulungnya, Catherine.
Setelah gerombolan tentara pergi, ia mendatangi tempat ayahnya ditembak.
Catherine memegang darah ayahnya dengan penuh haru dan mengusapkannya ke wajah.
Itulah salah satu adegan dalam film Penumpasan Pengkhiatan G30S PKI.
Bagian kedua film mengisahkan tentang penumpasan pemberontakan.
Daftar pemain Film G-30 S PKI
Bram Adrianto sebagai Kol. Untung (Colonel Untung)
Amoroso Katamsi sebagai Mayjen Soeharto (Mayor Jenderal Soeharto)
Umar Kayam sebagai Presiden Soekarno
Syubah Asa
Ade Irawan
Sofia (Sofia WD)
Dani Marsuni
Yeyet Hasan
Harto Kawel
Charlie Sahetapy
Pramana PMD
Kies Slamet
Wawan Sarwani
Doddy Sukma
Chaidar Djafar
Keke Tumbuan sebagai Ade Irma Suryani (*)
* Detik-detik Evakuasi Pahlawan Revolusi
Dari luar, lubang tersebut ditimbuni dedaunan, sampah kain, dan batang-batang pisang.
Berdasarkan pemberitaan harian Kompas (6/10/1965), proses pengangkatan dimulai hari Minggu, 3 Oktober 1965.
Akan tetapi, karena kendala teknis, pengangkatan jenazah baru dapat dilakukan seluruhnya di hari Senin, 4 Oktober 1965 setelah digunakan tabung zat asam oleh evakuator.
Ya tepatnya 4 Oktober 1965, jenazah 7 orang pahlawan revolusi diangkat dari sumur Lubang Buaya.
Mereka adalah enam jenderal serta satu perwira pertama TNI AD yang menjadi korban.
Yakni Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.
Mereka dibunuh oleh PKI lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.
Melansir pemberitaan Kompas.com (1/10/2019), ketujuh korban tersebut dibunuh oleh PKI karena dituduh akan melakukan makar terhadap Soekarno melalui Dewan Jenderal.
Diberitakan harian Kompas 25 September 2016, penemuan korban peristiwa Gerakan 30 September (G 30 S) tidak lepas dari peran Sukitman, anggota kepolisian, yang pada 1 Oktober 1965 sempat dibawa paksa ke Lubang Buaya oleh kelompok G 30 S, tetapi berhasil meloloskan diri.
Melansir dari Berita Yudha dan siaran radio Jakarta yang diterbitkan Cornell University Press (1966), jenazah para pahlawan revolusi dapat ditemukan seluruhnya tanggal 4 Oktober 1965.
Lokasi jenazah ditemukan oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD) di kawasan hutan karet Lubang Buaya.
Jenazah ditemukan di sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 12 meter.
Taman Makam Pahlawan
Karena kendala teknis, pengangkatan jenazah baru dapat dilakukan seluruhnya di hari Senin, 4 Oktober 1965 setelah digunakan tabung zat asam oleh evakuator.
Kemudian, sekitar pukul 19.00, jenazah-jenazah tersebut ditempatkan di Aula Departemen Angkatan Darat di Jalan Merdeka Utara.
Ketujuh korban kemudian dianugerahi gelar sebagai pahlawan revolusi.
Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-20 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 5 Oktober 1965, ketujuh jenazah pun dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata.
Pemberangkatan jenazah-jenazah tersebut didahului oleh kurang lebih 30 truk yang berisi satuan-satuan RPKAD.
Pemakaman juga dihadiri oleh puluhan ribu warga Kota Jakarta, baik dari kalangan sipil maupun militer.
Mereka hadir untuk memberikan penghormatan yang terakhir bagi para pahlawan revolusi tersebut.
Berikut Daftar Pahlawan Revolusi
Peristiwa G30S/PKI identik dengan gugurnya sembilan perwira TNI AD dan satu polisi.
Mereka gugur pada 30 September 1965 malam hari hingga 1 Oktober 1965 dini hari, di Jakarta dan Yogyakarta.
Para prajurit yang gugur kemudian mendapat gelar Pahlawan Revolusi, karena gugur dalam suatu percobaan kudeta yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September (G30S) atau Gerakan Satu Oktober (Gestok).
Oleh rezim Orde Baru, Partai Komunis Indonesia (PKI) kemudian menjadi tertuduh tunggal sebagai dalang gerakan tersebut.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini daftar nama 10 Pahlawan Revolusi beserta pangkat dan jabatannya saat Gerakan 30 September itu terjadi:
1. Ahmad Yani
Letnan Jenderal TNI
Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi
2. Raden Suprapto
Mayor Jenderal TNI
Deputi II Menteri/Panglima AD Bidang Administrasi
3. Mas Tirtodarmo Haryono
Mayor Jenderal TNI
Deputi III Menteri/Panglima AD Bidang Perencanaan dan Pembinaan
4. Siswondo Parman
Brigadir Jenderal TNI
Asisten I Menteri/Panglima AD Bidang Intelijen
5. Donald Isaac Panjaitan
Brigadir Jenderal TNI
Asisten IV Menteri/Panglima AD Bidang Logistik
6. Sutoyo Siswomiharjo
Brigadir Jenderal TNI
Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat
7. Pierre Andreas Tendean
Letnan Satu Czi.
Ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Abdul Harris Nasution
8. Karel Satsuit Tubun
Brigadir Polisi Kepala
Pengawal Kediaman Resmi Wakil Perdana Menteri III Johannes Leimena
9. Katamso Darmokusumo
Kolonel Inf
Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta
10. Sugiyono Mangunwiyoto
Letnan Kolonel Inf
Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta.
Mereka ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi dan dinaikkan pangkat satu tingkat lebih tinggi secara anumerta.
Hal itu berdasarkan Keputusan Presiden No 111/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1965 (untuk 1-7), No 114/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1965 (untuk 8), dan No. 118/KOTI/1965 tanggal 19 Oktober 1965 (untuk 9-10).
Gelar Pahlawan Revolusi juga diakui sebagai gelar Pahlawan Nasional Indonesia, berdasarkan UU 20/2009 tantang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Polisi Larang Nobar Film G30S/PKI
Polri melarang kegiatan nonton bersama film Gerakan 30 September (G30S/PKI) di tengah pandemi Covid-19.
Larangan dilakukan untuk menghindari penularan Covid-19 di tempat keramaian.
"Yang jelas Polri tidak akan mengeluarkan izin keramaian."
"Ingat, keselamatan jiwa masyarakat itu yang paling utama."
"Dan ini masih dalam masa pandemi Covid-19," kata Karo Penmas Humas Polri Brigjen Awi Setyono di Mabes Polri, Jakarta, Senin (28/9/2020).
Dia meminta masyarakat menonton film G30S/PKI di rumah masing-masing.
"Sekali lagi Polri tidak akan mengeluarkan izin untuk keramaian."
"Kalau mau nonton ya silakan nonton masing-masing," ucapnya. (CC)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Sinopsis Film G-30 S PKI Tayang di SCTV Siang Ini Jam 12.00, Bergenre Dokudrama Propaganda Indonesia, https://surabaya.tribunnews.com/2019/09/29/sinopsis-film-g-30-s-pki-tayang-di-sctv-siang-ini-ja m-1200-bergenre-dokudrama-propaganda-indonesia?page=all
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Kisah Cinta Tragis Pierre Tendean & Rukmini, Prajurit Tampan Itu Rela Masuk Islam, Gugur 1 Oktober