Hari Kesaktian Pancasila

Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober, Sejumlah Faktanya, Bermula dari Tragedi G30S, Sejarah Hari Ini

Sejarah hari ini, 1 Oktober, Hari Kesaktian Pancasila, sejumlah faktanya, bermula dari tragedi G30S atau Gerakan 30 September

Editor: Benny Dasman
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Pengunjung melihat Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu (8/5/2011). Nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pemersatu bangsa saat ini dikhawatirkan semakin pudar seiring dengan makin kurangnya generasi muda mempelajari dan memahami Pancasila serta makin maraknya budaya kekerasan di kehidupan bangsa. 

POS KUPANG, COM - Sejarah hari ini, 1 Oktober, Hari Kesaktian Pancasila, sejumlah faktanya, bermula dari tragedi G30S atau Gerakan 30 September

Hari ini, Kamis 1 Oktober 2020, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Berikut sejumlah fakta Hari Kesaktian Pancasila, yang bermula dari tragedi G30S atau Gerakan 30 September tahun 1965.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila bermula dari Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966 lalu.

Setelah keputusan tersebut keluar, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan, Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia pada tanggal itu mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir saja Pancasila musnah dari Bumi Pertiwi.

Namun, Pancasila selamat dari serangan fisik penganut Marxisme, Leninisme, dan Maoisme.

Karena itu dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber kekuatan moril dan spiritual bangsa ini.

Dalam surat itu dinyatakan, peringatan harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta rakyat.

Pada 1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila pertama kali dilakukan di Lubang Buaya.

Tragedi G30S

Diberitakan harian Kompas 6 Oktober 1965, gerakan tersebut merupakan bagian dari sejarah buruk bangsa Indonesia.

Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal serta satu perwira pertama TNI AD yang menjadi korban.

Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.

Ketujuh korban tersebut juga dianugerahi pahlawan revolusi.

Mereka dibunuh oleh PKI lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved