Sejarah Nasional

HARI Ini Puluhan Tahun Lalu, Tragedi Berdarah Pecah TUJUH Jenderal Jadi Korban: Soekarno Bersedih!

Tepat pada hari ini tanggal 30 September, diperingati sebagai saat-saat yang kelam. Terjadi banyak peristiwa tragedi berdarah.

Editor: Benny Dasman
Dok
Kisah Di Balik G30S/PKI, Jenderal Ini Selamat dari Bidikan PKI Berkat Soekarno, Sayang Karirnya Berakhir Miris 

POS KUPANG, COM - Tepat pada hari ini tanggal 30 September, diperingati sebagai saat-saat yang kelam.

Terjadi banyak peristiwa tragedi berdarah.

Pada peristiwa 55 tahun yang lalu, ada Jenderal TNI yang menjadi korban.

Tanggal 30 September 2020 hari ini adalah peringatan Gerakan 30 September atau G30S/PKI.

Kala itu Partai Komunis Indonesia (PKI) sangat berkuasa dan sangat kejam.

PKI menciptakan berbagai horor selama berkuasa sehingga banyak peristiwa tragedi berdarah.

Presiden Soekarno Bersedih

Selain tujuh jenderal TNI di atas, PKI juga menghabisi sejumlah anggota TNI dan Polri lain seperti AIP Karel Satsuit Tubun, Kapten Pierre Tendean, dan Kolonel Sugiono.

Bahkan, Putri jenderal TNI AH Nasution, Ade Irma Suryani Nasution juga harus bersimbah darah karena ditembak PKI saat malam G30S/PKI

Gugurnya tujuh jenderal TNI saat gerakan 30 September alias G30S/PKI membuat presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno menjadi bersedih.

 Kesedihan Presiden Soekarno atas gugurnya tujuh jenderal TNI korban G30S/PKI diungkap dalam buku bertajuk 'Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno', Penerbit Buku Kompas 2014.

Maulwi yang merupakan pengawal pribadi Bung Karno, mengatakan kalau presiden Soekarno sangat sedih sekali atas nasib yang menimpa para jenderal TNI yang diculik.

"Presiden sedih sekali atas nasib para jenderal yang diculik, khususnya Jenderal Ahmad Yani, jenderal yang amat disayanginya. Karena nasib para jenderal dan seorang perwira pertama belum diketahui, Presiden memerintahkan saya untuk mencari tahu nasib mereka." tulis Maulwi dalam bukunya.

Pada 2 Oktober 1965, Presiden Soekarno telah memanggil semua Panglima Angkatan Bersenjata bersama Waperdam II Leimena dan para pejabat penting lainnya dengan maksud segera menyelesaikan persoalan apa yang disebut Gerakan 30 September.

Tindakan Bung Karno itu merupakan langkah standar karena dirinya adalah selaku Panglima Tertinggi ABRI.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved