Bupati Don Minta Kades Jangan Terlalu Lama Rapat di Kantor Desa

segera mengambil keputusan dan mengambil tindakan. Apalagi jikalau rapat tersebut tidak menghasilkan apa-apa.

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Dok. Humas Nagekeo
Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco saat bersama warga di Solo Desa Solo Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo, Selasa (29/9/2020). 

Bupati Don Minta Kades Jangan Terlalu Lama Rapat di Kantor Desa

POS-KUPANG.COM | MBAY --Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do meminta semua Kepala Desa (Kades) untuk tidak terlalu lama melaksanakan rapat di kantor desa.

Rapat harus dipersingkat, segera mengambil keputusan dan mengambil tindakan. Apalagi jikalau rapat tersebut tidak menghasilkan apa-apa.

Bupati Don ingin agar kerja cepat, cerdas dan benar dalam melayani masyarakat.

"Saya minta, Rapat di kantor desa, runding jangan lama. Kita mau hasilkan apa, segera putuskan dan ambil tindakan. Kemarin saya di Kelimado. Waktu saya hari ini jangan habis di sini. Ada apa lagi dan ada apa lagi," ujar Bupati Don saat tatap muka bersama Kepala Desa Solo, BPD dan warga Solo di Desa Solo Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo, Selasa (29/9/2020).

Ia meminta kepala desa agar sumber air harus bisa didistribusikan secara merata. Setiap KK bisa memperoleh jatah air sesuai kebutuhan.

"Kelimado sudah terpasang hingga sambungan rumah. Saya contoh. Adik saya, dapat air melimpah, sampai untuk cuci oto. Sementara tetangga sulit air, dengan jerigen 5 liter cari timba air. Ini tidak boleh terjadi," ujarnya.

Ia meminta agar menggunakan meteran terkait air minum bersih sehingga adil dan merata.

"Air terbatas dijatah juga untuk orang lain. Meteran bisa ukur. Kalau air terbatas, kita sepakati, hitung, kita batas pake berapa liter per orang. Pikirkan mereka-mereka yang tidak duduk dengan kita hari ini," ujarnya.

Ia meminta warga agar perlu mempertimbangakan beberapa hal terkait ketersediaan air. Karena akan sangat berdampak pada kehidupan.

"Kemarin saya nyusuri irigasi desa. Ada beberapa tempat yang fasilitas irigasi mengairi kurang dari 10 ha, tapi duit infrastrukturnya besar. Uang rakyat. Yang punya sawah berapa orang. Yang tidak punya sawah masih banyak. Air terbatas. Lalu ada yang masih nekat tanam padi. Ini kurang tepat," ujarnya.

Ia meminta agar melihat potensi lainnya yang bisa dikembangkan. Jangan hanya fokus pada tanaman padi.

"Artinya, fasilitas irigasi desa jangan dipaksakan tanam padi 2 atau 3 kali setahun. Lihat potensi airnya. Saat musim hujan, kita siapkan kolam. Bukan untuk ikan. Tapi kolam untuk alirkan air dari saluran. Dengan mesin, kita naikan air ke bukit. Supaya tanah lahan di lereng bisa manfaatakan tetesan air itu. Bukit lereng kita bisa airi. Selain pisang, juga rumput tumbuh. Bisa untuk penggemukan ternak. Ladang dan lahan kering di luar musim hujan bisa ditanami hortikultura," ujarnya.

Ia menyatakan harus melihat peluang yang bagus dan manfaatkan air secukupnya. Tanaman hortikultura bisa hidup dengan tetesan air yang direkayasa dengan bak air.

"Duit besar, lahan yang diairi kecil. Tidak cetak sawah baru tapi kolam. Sedot air. Naik ke bukit. Buat bak. Distribusi air dengan irigasi tetes. Bukit gersang bisa hijau. Ternak bisa dapat pakan. Padi konsumsi air besar sekali," ujarnya.

Up Date Harga Emas Antam, Emas Batik dan UBS di Pegadaian Hari Ini Rabu 30 September 2020

Kekeringan di Persawahan Wanga Akibat Berkurangnya Debit Air di Sungai Wanga

8 Makanan dan Minuman yang Wajib Dihindari Penderita Diabetes, Apa Saja ?

Ia menyebutkan Daerah irigasi desa kita bagikan jenis padi impari nutrizink. Ada ZN di dalamnya.

"Kalau unsur ini tidak ada, kita bisa stunting, sumbing. Beras bagus, akan dibeli melalui dinas sosial untuk kk miskin," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan).

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved