Berita Nasional
UNGKAP Berapa Lama Virus Corona Bertahan di Udara? Berikut Ini Penjelasannya
Hingga kini wabah virus corona atau Covid-19 masih melanda sejumlah wilayah di dunia. Banyak masyarakat bertanya-tanya mengenai apakah
Di antara para ahli, ada pula konsensus yang menyebut bahwa virus kemungkinan bertahan pada tetesan yang lebih atau dikenal sebagai aerosol.
Melalui tetesan itu, virus dapat dibawa pada jarak yang lebih jauh dan berakumulasi di dalam ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk.
Kecurigaan ini muncul setelah adanya penularan di restoran-restoran maupun tempat-tempat lain, di mana orang-orang tetap terpapar virus meskipun menjaga jarak yang cukup dengan orang yang terinfeksi.
Materi genetik virus juga telah dideteksi pada sampel udara dari ruangan berventilasi buruk seperti toilet rumah sakit.
Akan tetapi, belum ada yang menemukan virus infeksius yang hidup di dalam sampel udara tersebut.
"Kami mengetahui, ketika bakteri atau virus terbawa udara dalam tetesan pernapasan, mereka akan cepat mengering dan kehilangan viabilitas"
"Oleh karena itu, menjadi penting untuk memahaminya ketika melihat peran penularan melalui udara pada Covid-19," kata pemimpin dari penelitian baru ini, Prof Jonathan Reid dari University of Bristol.
Lama bertahan virus di udara
Pada penelitian terbaru ini, para peneliti dari University of Bristol telah mengembangkan sebuah mesin untuk menguji berapa lama virus SARS-CoV-2 dapat bertahan dalam partikel airborne kecil.
Suhu, kelembapan, hingga intensitas sinar UV dari udara sekitarnya dikontrol secara ketat dan dapat dimanipulasi untuk meniru berbagai skenario di dunia nyata.
Sebelumnya, melansir Euronews (9/7/220), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa penularan airborne untuk virus corona mungkin terjadi setelah 200 ilmuwan mendesak pihaknya untuk memperhatikan hal itu.
"Beberapa studi menduga kemungkinan itu terutama pada ruang tertutup yang ramai, contohnya seperti selama latihan paduan suara, di restoran atau di kelas-kelas fitness," kata WHO.
Laporan WHO sendiri dirilis setelah publikasi surat terbuka dalam jurnal akademik yang meminta kepada komunitas medis untuk mengakui potensi penularan airborne pada virus corona, yang didukung 239 ahli.
Sementara itu, diberitakan Kompas.com (21/9/2020), CDC juga mencatat bahwa virus corona dapat menyebar melalui tetesan dan partikel di udara yang terbentuk ketika penderita Covid-19 batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, atau bernapas.
"Ada bukti yang berkembang bahwa tetesan dan partikel di udara dapat tetap melayang dan dihirup oleh orang lain, bahkan menempuh jarak lebih dari 2 meter," tulis CDC.