G30S PKI

Kisah Radim, Saksi Pembantaian Pasca G30S / PKI, Ditembak dari Belakang, Lalu Ditendang ke Lubang

Pengakuan Para Pelaku dan Korban Pembantaian Massal Pasca G30S/PKI 1965: Ditembak dari Belakang

Editor: Bebet I Hidayat
Dok
Foto Soeharto saat pecahnya G30S PKI. Kisah Radim, Saksi Pembantaian Pasca G30S / PKI, Ditembak dari Belakang, Lalu Ditendang ke Lubang 

Pasca kejadian itu, terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat yang tertuduh sebagai anggota atau antek-antek PKI. Diperkirakan 500 ribu orang terbunuh lalu dikuburkan secara massal.

BBC News Indonesia pada 3 Juni 2016 mempublikasi cerita tentang para korban dan pelaku pembantaian tahun 1965-1966 itu, berikut ini.

Jenderal Ini Lolos dari Penculikan PKI, Intelijennya Dikenal Hebat, Itulah Sosok Achmad Sukendro

Pemerintah Indonesia melancarkan penyelidikan terhadap salah satu pembantaian terburuk pada abad ke-20.

Beberapa sejarawan memperkirakan bahwa pembunuhan terorganisir pada 1965 telah menewaskan setidaknya setengah juta orang yang diduga simpatisan komunis.

Seperti dilaporkan Rebecca Henschke dan Haryo Wirawan, banyak orang tidak ingin masa lalunya diungkap.

Radim mengatakan, ia dulu terlalu takut untuk mengungkapkan kejadian yang dia saksikan.
Radim mengatakan, ia dulu terlalu takut untuk mengungkapkan kejadian yang dia saksikan. (BBC News Indonesia)

Di tengah hutan jati Alas Jegong, di pinggiran Kota Pati, Jawa Tengah, Radim, seorang pria kurus berusia 70 tahunan, memberitahu saya dengan mata membelalak tentang apa yang dilihatnya terjadi di sini suatu malam pada 1965.

"Mereka datang dengan gerobak yang ditarik oleh sapi," katanya.

"Tangan mereka diikat dengan tali. Mereka kemudian ditembak dari belakang oleh tentara dan menendangnya ke lubang di sini."

Dia menunjuk ke tanah yang kini bersaput dedaunan. Sesekali Radim menengok ke sekitar, terlihat seperti tidak tenang.

Ini kejadian yang dia ingat betul seolah-olah baru terjadi kemarin, namun belum pernah dia berani ungkapkan terbuka sebelumnya.

“Saya sangat bangga, akhirnya saya bisa mengungkapkan kebenaran. Saya tak takut lagi sekarang,” katanya.

Para petugas intel tampak tak nyaman dengan kehadiran awak media di lokasi yang diduga kuburan masal.
Para petugas intel tampak tak nyaman dengan kehadiran awak media di lokasi yang diduga kuburan masal. (BBC News Indonesia)

Di sekeliling kami, sekitar 15 orang berperawakan tegap dan berpakaian preman, berkeliaran.

Mereka memfilmkan setiap yang kami lakukan dengan telepon seluler mereka.

Suasananya sangat menegangkan. Kami cukup jauh dari desa terdekat, dan saya cemas tentang apa yang akan terjadi nanti.

Tiba-tiba muncul tiga orang berpakaian rapi datang bermunculan menerobos pepohonan.

Mereka adalah petugas imigrasi dan meminta saya menunjukkan visa saya. Mereka ingin tahu apa yang saya lakukan dan di mana saya menginap. Ini masalah keamanan nasional, kata mereka.

 38 Tahun Usai G30S/PKI Baru Anak DN Aidit, Ilham Berani Menulis Nama Aidit Di Belakang Namanya

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved