REI NTT Sukseskan Program Rumah Subsidi: Milenial Banyak Nongkrong Kurang Investasi
DEWAN Pimpinan Daerah Real Estate Indonesia Provinsi NTT ( REI NTT) menjadi mitra pemerintah dalam menyukseskan Program Sejuta Rumah
Siapa saja yang berhak tinggal di rumah subsidi?
Ketentuan pemerintah itu rumah bagi orang yang belum memiliki rumah sebelumnya. Jadi, kalau beli harus ditempati, jangan disewakan atau dikontrakkan. Kalau sudah tempati rumah dalam waktu lima tahun, lalu mau jual atau sewa, tidak masalah. Tapi, selama lima tahun dulu ditempati baru dipindahtangankan.
Kalau rumah subsidi ini boleh dipindahtangankan kalau dipindahtugaskan. Contohnya, saya TNI/Polri yang bertugas di Kupang dan beli rumah subsidi. Lalu, enam bulan kemudian saya pindah ke Maumere. Saya boleh jual rumah karena ada surat tugas.
Bagaimana kondisi penjualan rumah subsidi di NTT?
Jumlah penjualan rumah subsidi di NTT pada tahun 2019 adalah 2.854 unit. Sedangkan penjualan rumah subsidi dari Januari hingga Juni 2020 baru sebanyak 984 unit saja dari target 3.500 unit rumah di tahun 2020.
Apakah Bagaimana pengaruh pandemi Covid-19 terharap penjualan rumah?
Pertumbuhan properti di NTT agak melambat tetapi tidak stagnan. Kita ada pergerakan, masih ada penyaluran kredit, tapi melambat. Meski tidak mencapai target, tapi dari DPD REI NTT bekerja sama dengan Bank NTT ciptakan program baru, yaitu Gebyar Hunian KPR Bank NTT.
Program ini untuk mengantisipasi kehabisan kuota FLPP tadi. Jadi, Bank NTT beri subsidi bunga 8,75 persen, lalu REI subsidi 2 persen lagi, sehingga jadi 6,75 persen saja. Ini untuk gerakkan roda ekonomi di NTT.
Apakah menguntungkan membeli rumah saat pandemi Covid-19?
Menurut saya, mengambil rumah tidak perlu waktu yang tepat. Saat ini adalah waktu yang tepat. Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk mengambil rumah. Setiap saat adalah waktu yang tepat. Mau ambil rumah itu harus sekarang, bukan besok atau lusa.
Apa kendala yang dihadapi sehingga kuota tidak terserap?
Sebenarnya bukan tidak terserap. Penyerapan kita justru berlebihan, makanya ada backlog rumah. Kalau ada backlog, maka demandnya ada, supplynya kurang. Supply ini berhubungan dengan dana pemerintah yakni APBN tadi maka ada keterbatasannya.
Kalau pemerintah bilang kuota habis ya habis, tidak terserap. Tapi, penyerapan kita selalu di atas 100 persen, malah over karena kita ada backlog. NTT sendiri ada 340.000 unit rumah backlog. Kebanyakan di NTT ini memang Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Apa harapan Anda?
Untuk investasi rumah, manfaatkan saat ini juga. Karena investasi rumah itu tidak akan pernah rugi. Saya saran, ambil rumah adalah investasi yang tidak pernah merugikan. Karena ini juga akan mengubah pola kita untuk spending money dan berinvestasi jangka panjang.
Untuk itu, kita harus berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah mencanangkan program ini. Saatnya kita para milenial untuk manfaatkan program ini supaya kita bisa mendapatkan benefit dari situ. (intan nuka)