Perempuan NTT Terdampak Covid-19: Lusia Ajak Perempuan Bangkit
BEBAN Perempuan saat pandemi Covid-19 meningkat, dipicu tekanan dari banyak sektor akibat menyebarnya virus Corona
Ia menjelaskan, virus Corona ini akan sangat masif bekerja pada kromosom X. "Laki-laki itu kan hanya punya satu sementara perempuan punya dua kromosom X. Selama ini basis data kita cuma jumlah kasus kontak tracing, tapi apakah kita sudah tracing perempuan dengan segala resiko? Belum," urai Gusti.
Gusti tak memungkiri peran perempuan sebagai garda terdepan dalam membuat masker saat pandemi Covid-19.
"Ketika masker itu susah (didapat) perempuan sebagai garda terdepan. Bayangkan masker yang pabrikan kan sedikit, masker yang jahit kan lebih banyak dan saya yakin hanya satu atau dua persen laki-laki yang menjahit masker. 98 hingga 99 persen adalah perempuan. Mereka menjahit untuk dirinya mereka juga menjahit untuk masyarakat," ujarnya.
Ini merupakan hal kecil. Namun, harus ada kesadaran bahwa meskipun terdampak pandemi paling besar, bebannya paling besar, perempuan itu tangguh dan mampu mencari solusi untuk banyak hal.
Untuk menghadapi pandemi ini, ujar Gusti, media juga punya andil dalam membantu. Tergantung bagaimana produksi informasi yang beredar. Apakah kita memproduksi rasa takut atau membangun rasa empati berbasis human interest.
"Mari menjaga diri sendiri dan berbagi peran secara adil. Laki-laki bisa bersama-sama dengan perempuan, untuk bisa kita hadapi pandemi Covid-19," imbuh Gusti. (michaella uzurasi)