Maulid Nabi

Pandangan Muhammadiyah Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Benarkah Bid'ah?

Pandangan Muhammadiyah Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Benarkah Bid'ah?

Editor: maria anitoda
Tribunwow
Pandangan Muhammadiyah Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Benarkah Bid'ah? 

Perbuatan yang dilarang di sini, misalnya adalah perbuatan-perbutan bid’ah dan mengandung unsur syirik serta memuja-muja Nabi Muhammad saw secara berlebihan, seperti membaca wirid-wirid atau bacaan-bacaan sejenis yang tidak jelas sumber dan dalilnya.

Gatot Nurmantyo Temui Anak Buah Megawati, Tepis Dicopot karena Perintah Tonton Film G30S/PKI

TERBONGKAR! Pantas Kekayaan Polisi Ini Capai Rp 141,2 Triliun, Ternyata Begini Cara Kumpulkan Harta

3 Shio Paling Beruntung Besok Sabtu 26 September 2020, Shio Kuda Kecipratan Duit Atasan

Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Magrib, Qabliyah dan Ba’diyah, Lengkap Wirid Setelah Salat Maghrib

Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Magrib, Qabliyah dan Ba’diyah, Lengkap Wirid Setelah Salat Maghrib

Nabi Muhammad saw sendiri telah menyatakan dalam sebuah hadis:

عَنْ عُمَرَ يَقُوْلُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
[رواه البخاري ومسلم]

Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ra., ia berkata: Aku mendengar Nabi saw bersabda: Janganlah kamu memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada saya secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani yang telah memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada Isa putra Maryam. Saya hanya seorang hamba Allah, maka katakan saja hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]

Adapun yang dimaksud dengan kemaslahatan di sini, adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang dipandang perlu diselenggarakan tersebut harus mengandung manfaat untuk kepentingan dakwah Islam, meningkatkan iman dan taqwa serta mencintai dan meneladani sifat, perilaku, kepemimpinan dan perjuangan Nabi Muhammad saw.

Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara menyelenggarakan pengajian atau acara lain yang sejenis yang mengandung materi kisah-kisah keteladanan Nabi saw.

Allah SWT telah menegaskan dalam al-Qur’an, bahwa Rasulullah Muhammad saw adalah sebaik-baiknya suri teladan bagi umat manusia. Allah berfirman:

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. al-Ahzab (33): 21]

Wallahu a’lam bish-shawab. *amr)

Sejarah peringatan Hari Raya Maulid Nabi Muhammad SAW

Arti makna dan hikmah maulid nabi besar Muhammad saw menjadi penting untuk dikaji, ditelaah dan diselami agar perayaan dan tradisi untuk memperingati kelahiran baginda Nabi Muhammad tidak sebatas pada seremonial belaka, tetapi mengandung makna yang filosofis-substantif.

Kata maulid sama artinya dengan milad yang diambil dari bahasa Arab dengan arti: “hari lahir”. Peringatan terhadap kelahiran baginda Nabi Muhammad ternyata bukanlah tradisi yang ada ketika rasul hidup.

Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini, Senin 19 November 2018, Taurus Dapat Kabar Baik

Perayaan ini menjadi tradisi dan berkembang luas dalam masyarakat dan kehidupan umat Islam dari berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, jauh sesudah Rasulullah Muhammad saw wafat.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved