News

Ekonom Faisal Basri Sebut Skema Program Biodiesel di Indonesia Mengerikan Sekali, Apa yang Terjadi?

Apa sebenarnya yang terjadi hingga ekonom Faisal Basri sebut skema program Biodiesel di Indonesia mengerikan sekali.

Editor: Adiana Ahmad

Ekonom Faisal Basri Sebut Skema Program Biodiesel di Indonesia Mengerikan Sekali, Apa yang Terjadi?

POS.COM, JAKARTA - Ekonom Senior Faisal Basri menyebut, Skema Program Biodiesel di Indonesia mengerikan. 

Pasalnya, skema dari program itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Berikut hasil pengamatan dan analisa lengkap Faisal Basri:

Faisal Basri menilai tujuan pengembangan biodiesel untuk menekan defisit transaksi berjalan (CAD) tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Faisal menjelaskan, pengembangan biodiesel diharapkan mampu menekan impor minyak, namun berdasarkan perhitungan opportunity cost, justru defisit perdagangan masih terjadi.

WebinarStability in The Storm, Walikota Sampaikan TekadHidupkan KembaliGeliat Ekonomi Pasca Pandemi

"Ini justru mengakibatkan defisit perdagangan pada tahun 2018 itu Rp 85,2 triliun bukan angka yang kecil dan 2019 itu Rp 72,1 triliun," ungkap Faisal dalam diskusi virtual, Sabtu (29/8)

Ia menambahkan, kebijakan ini juga  merugikan para petani sawit. Sementara yang paling diuntungkan dari program ini yaitu para pengusaha biodiesel.

Pengembangan B30 dan B40 oleh pemerintah, menurut Faisal Basri bakal membutuhkan tambahan lahan sekitar 5 juta hektar.

"Akan ada peralihan. Subsidi BBM turun, masuk ke subsidi biodiesel. Ini sudah ada item-nya di APBN kita. Juga tambahan lahan. Mengerikan sekali," kata Faisal.

Tak hanya pengembangan biodiesel, di saat yang sama pemerintah juga masih berencana merampungkan empat proyek Refinery Development Master Pland (RDMP) dan dua kilang baru.

Menkeu Sri Mulyani Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Minus 2 Persen, Resesi Kian Nyata

Menurutnya, pemerintah sebaiknya meninjau kembali rencana tersebut.

Ditambah dengan ambisi mengembangkan kendaraan listrik, Faisal memprediksi bakal terjadi kekacauan jika semuanya diwujudkan pada waktu bersamaan.

Pemerintah juga bakal menanggung ongkos ekonomi yang mahal dari seluruh program tersebut.

"Program gas kota untuk menggantikan LPG melon juga merepotkan. Industri kekurangan gas oleh karena itu sebaiknya didedikasikan sepenuhnya gas untuk industri," pungkas Faisal.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved