Renungan Harian Katolik

Anak Manusia Membalas Setiap Orang Setimpal dengan Perbuatannya

Salah satu bentuk penyangkalan diri para murid adalah menolak pandangan dunia yang mendewakan tubuh sebagai jalan untuk meraih kesenangan sesaat.

Editor: Agustinus Sape
Dok Maxi Un Bria
RD Maxi Un Bria dengan latar belakang menara Pizza Italia. 

Renungan Harian Katolik, Minggu 30 Agustus 2020

Anak Manusia Membalas Setiap Orang Setimpal dengan Perbuatannya

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Munusia adalah homo viator; makhluk peziarah.

Dalam perjalanan kemanusiaan, iman dan budaya manusia dihadapkan dengan berbagai benturan.

Benturan internal maupun eksternal yang terus menempa dan membantuk manusia menjadi semakin manusiawi, sejauh direfleksikan dan dikaji terus menerus secara spiritual dan rasional untuk mendapatkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup yang relevan dan berkualitas.

Rasul Paulus kepada umat di Roma mengedepankan pentingnnya pembaharuan hidup manusia secara berlanjut oleh budi. Agar manusia mampu membedakan apa yang berkenan dan dikehendaki Allah dan apa yang tidak berkenan kepada Allah.

Kecakapan dan kebeningan nurani untuk membaca dan menangkap apa yang Allah kehendaki bagi hidup kita dapat ditemukan melalui kontemplasi dan dialog dengan Allah melalui doa serta refleksi diri.

Bagi St. Paulus setiap manusia dipanggil untuk berubah dari waktu ke waktu. Perubahan yang sejati lahir dari kesadaran diri yang terus direfleksikan untuk mempersembahan tubuh sebagai persembahan yang hidup.

Mempersembahkan hidup utamanya tubuh dipandang sebagai ibadah sejati. Kesejatian ibadah direfleksikan berkaitan dengan kemurnian dan kesucian dalam relasi personal dengan Allah dan dunia.

Rasul Paulus mengingatkan agar para murid Kristus untuk menegaskan dan mengembangkan sikap iman yang berbeda dengan sikap dan pilihan dunia.

Apa yang disampaikan Rasul Paulus merupakan refleksinya atas ajakan Yesus bagi para murid.

“Setiap orang yang mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya” ( Matius 16 : 21-27 ).

Salah satu bentuk penyangkalan diri para murid adalah menolak pandangan dunia yang mendewakan tubuh sebagai jalan untuk meraih kesenangan sesaat.

Bagi Rasul Paulus, ibadah sejati mesti diikuti dengan pengorbanan diri yang dipersembahkan untuk kemuliaan Allah dan kebaikan sesama.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved