Flick Tak Tertandingi

KETIKA Hansi Flick ditunjuk menangani Bayern Muenchen pada November 2019, situasi di klub raksasa Jerman ini sedang dalam krisis

Editor: Kanis Jehola
Kompas.com
RAYAKAN GOL - Para pemain Bayern Muenchen merayakan gol Thomas Mueller kontra Barcelona pada laga perempat final Liga Champions di Estadio Da Luz, Lisbon, pada Sabtu (15/8/2020) dini hari WIB.(AFP/MANU FERNANDEZ) 

POS-KUPANG.COM - KETIKA Hansi Flick ditunjuk menangani Bayern Muenchen pada November 2019, situasi di klub raksasa Jerman ini sedang dalam krisis. Kurang dari setahun, pelatih berusia 55 tahun ini berhasil mengubah Die Rotten menjuarai treble: Liga Champions, Bundesliga, dan DFB Pokal. Flick pun menikmati debut terbaik dalam sejarah pelatih sepak bola sepanjang masa .

Bayern seperti tanpa kemudi saat dihancurkan Eintracht Frankfurt 1-5 pada November lalu. Moral para pemain tampak anjlok, sedang lawan yang kualitasnya biasa-biasa saja, tiba-tiba terlihat sangat kuat. Usai timnya dibantai di Venue Deutsche Bank Park pada 2 November tahun lalu, Niko Kovac pun ditendang dari kursi kepelatihan.

Bupati Tahun Makan Bareng Pendemo

Hansi Flick tadinya hanya ditunjuk sebagai pelatih sementara, sebelum Die Rotten menemukan pelatih permanen untuk jangka panjang.

Sebelumnya dia adalah asisten pelatih Kovac, dan juga pernah jadi asisten pelatih timnas Jerman, Joachim Loew selama delapan tahun, termasuk saat mereka juara di Piala Dunia Brasil 2014 lalu.

Tak ada yang membayangkan, pelatih sementara ini ternyata bisa membawa Bayern ke level tertinggi, meraih treble, mengulangi pencapaian pelatih legendaris, Jupp Heynckes pada 2012-2013.

Debora Bulu, Cs Rindukan Dana Bantuan Buat Guru Honorer

Tak pernah ada yang menyangka pula, pelatih sementara ini menorehkan debut terhebat di era sepak bola modern.

Selama sepuluh bulan pertamanya di Die Roten, Flick berhasil mempersembahkan tiga trofi juara. Jalan yang dilaluinya jelas lebih menantang dari treble-nya Pep Guardiola bersama Barcelona (2008-09), dan Luis Enrique bersama Barcelona (2014-15).

Duo pelatih terakhir ini menjalani persiapan jauh lebih matang di musim pertamanya, dengan menjalani pra-msim, dan mendapatkan tambahan pemain yang signifikan.

Dikutip dari tulisan Janek Speight di situs DW, pelatih PSV, Guus Hiddink (1987-88), dan Pelatih Ajax, Stefan Kovacs (1971-72) juga berhasil treble di musim debutnya dalam era sepak bola "konvensional".

Namun, patut digarisbawahi, tak ada satupun dari jejeran pelatih hebat itu yang meraih tiga trofi dalam status saat timnya sedang kritis di pertengahan musim.

Apa yang jadi resep keberhasilan Flick? Tanda-tanda keemasan itu mulai muncul dalam debutnya saat Bayern menggilas rivalnya, Borussia Dortmund 4-0.

Ya, setelah dipermalukan 1-5 oleh Frankfurt, Flick langsung memberikan hiburan baru dengan dua kemenangan beruntun lewat skor identik 4-0. Setelah Dortmund, korban berikutnya adalah Fortuna Duesseldorf.

Memang, setelah itu Bayern sempat kalah beruntun dua kali. Masing-masing ditekuk Leverkusen 1-2, dan Borussia M'Gladbach 1-2 pada 7 Desember 2019.

Setelah itu, tak ada lagi kekalahan. Ya, di berbagai kompetisi Die Rotten terus melaju dengan kemenangan. Hanya sekali mereka tertahan 0-0 oleh Leipzig. Selebihnya menang, dan menang.

Termasuk juga di Liga Champions ini. Kemenangan 1-0 atas Paris Saint Germain lewat gol Kingsley Coman di final Liga Champions kemarin (24/8) menjadi kemenangan ke-11 tanpa putus mereka di panggung terbesar antarklub Eropa musim ini.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved