Marzuki Alie Sorot Baju Adat Tidung Yang Disebut Mirip Pakaian China hingga Yunarto Wijaya Bereaksi

Marzuki Alie rupanya tergelitik untuk ikut berkomentar setelah akun Twitter @mazzini_gsp memposting sebuah berita online yang mengangkat berita tentan

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Kompas.com
Uang Rupiah edisi khusus 75 tahun kemerdekaan Indonesia2 

3. Bukan baju adat China, tapi baju adat Suku Tidung

Masih menyangkut desain, masyarakat beranggapan ada baju adat China di antara 9 orang anak yang mengenakan baju adat di halaman belakang mata uang rupiah khusus.

Kepala Departemen Pengelolaan Uang, Marlison Hakim mengatakan, seorang anak yang digambar paling tengah dalam pecahan Rp 75.000 bukan menggunakan baju adat China. Baju tersebut merupakan baju adat Suku Tidung, Kalimantan Utara.

"Itu adalah pakaian adat dari Kalimantan Utara, baju adat Suku Tidung. Coba carilah di Google, mengenai pakaian adat daerah Suku Tidung, keluar seperti itu," kata Marlison dalam kesempatan yang sama.

Marlison menyebut, Suku Tidung merupakan asli Indonesia.

Dengan digambarnya baju adat Suku Tidung seharusnya membuat masyarakat lebih mengenal keanekaragaman budaya.

"Bukan dari Tiongkok. Ini asli darah Indonesia. Justru (dengan) kita tampilkan 9 daerah itu, kita semua sekarang mencari tahu, oh, ternyata luar biasa kebangsaan Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut dia menuturkan, 9 daerah yang diambil untuk desain rupiah khusus pecahan Rp 75.000 merupakan pakaian adat daerah yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dalam mata uang.

Sembilan daerah mewakili tiap 3 daerah di wilayah barat, tengah dan timur.

Dari barat, ada Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, dan Gorontalo. Dari wilayah tengah disematkan baju adat asal Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Gorontalo.

"Sedangkan yang dari timur ada NTT, maluku dan Papua. Kita tampilkan anak-anak asli dari daerah tersebut, yang ingin kita gambarkan adalah keanekaragaman dari sisi penduduk," sebutnya.

Adapun pemilihan pakaian adat telah melalui proses diskusi yang panjang. Bank Indonesia telah melakukan kordinasi dan group discussion dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah daerah setempat. Koordinasi dilakukan sampai ke level Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Adat di daerah masing-masing.

"Contohnya di Kalimantan Utara dan Gorontalo, kita sampai koordinasi ke Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota tarakan dan UPT Balai Adat. Di Kalimantan Utara ada Balai Adat Tidung, dan di Gorontalo ada Balai adat Gorontalo kalau di gorontalo. Semua kita lakukan verifikasi dan digabungkan dalam desain," jelasnya.

4. Dibanderol harga selangit

Selang sehari penukaran uang edisi khusus dibuka oleh Bank Indonesia, platform belanja online (e-commerce) sudah dipenuhi dengan penjualan uang Rp 75.000 tersebut.

Maklum saja, uang tersebut memang dicetak terbatas.

Bank Indonesia menyatakan, hanya mencetak uang Rp 75.000 sebanyak 75 juta lembar.

Pencetakan edisi khusus Kemerdekaan RI pun hanya dicetak tiap 25 tahun sekali.

Salah satu akun e-commerce yang terlihat memperjualbelikan adalah Shopee.

Harga tiap lembar uang Rp 75.000 dibanderol dengan harga fantastis yang bervariasi.

Beberapa penjual seperti pkrwalet, menjualnya seharga Rp 750.000.

Penjual lainnya membanderol uang edisi khusus ini seharga Rp 1,75 juta hingga Rp 8,8 juta.

Rosmaya menyatakan, masyarakat boleh menjadikan uang tersebut sebagai koleksi atau hal lainnya.

Jika masyarakat menjualnya kembali, BI tidak lagi mengatur ketentuan tersebut.

"Tapi seseorang sudah dapat 1 kemudian buat koleksi, ya bisa. Mangga (silakan). Kemudian ada orang, "Saya beli dong,". Mangga (silakan) saja, masing-masing. Kita tidak lagi mengatur seperti itu," ucap dia.

Kendati demikian, Bank Indonesia telah membuat rambu-rambu agar uang tersebut tidak disalahgunakan maupun dipalsukan.

Tiap 1 Kartu Tanda Penduduk (KTP), hanya memiliki hal untuk menukarkannya 1 kali. Penukaran yang dilakukan di kantor Bank Indonesia pun tidak melebihkan nominal, cukup Rp 75.000.

Dari segi keamanan, pihaknya telah melengkapi desain uang dengan teknologi tinggi sehingga sulit dipalsukan.

"Kita sudah membuat rambu-rambu agar sesuai pedoman, satu KTP punya hak menukar 1 (uang Rp 75.000). Jadi ada mekanismenya. Insya Allah, lah akan sulit dipalsukan. Saya enggak tahu ada niat memalsukan, tapi sangat sulit untuk dipalsukan," ungkap Rosmaya.

5. Sulit dipalsukan

Terbatasnya pencetakan membuat uang rupiah khusus semakin rentan dipalsukan.

Namun, BI telah menyiapkan sejumlah cara untuk menjaga keamanan rupiah asli.

Rupiah cetakan khusus tersebut telah dilengkapi unsur pengaman teknologi tinggi terbaru, dan bahan kertas yang lebih tahan lama.

Inovasi ini ditujukan agar rupiah semakin dikenali ciri keasliannya, nyaman, dan aman digunakan, dan lebih sulit dipalsukan.

Marlison menyatakan, uang telah dilengkapi ciri-ciri yang bisa dikenali masyarakat, kalangan perbankan, maupun ciri-ciri yang hanya bisa dikenali oleh Bank Indonesia.

Masyarakat bisa mengenalinya dengan fitur paling dasar, yakni 3D (dilihat, diraba, dan diterawang).

Untuk memudahkan kalangan tunanetra, BI menambahkan ornamen dalam mata uang yang mudah dikenali.

Adapun ciri lainnya yang dapat dikenali di antaranya, hasil cetak yang terasa agak kasar bila diraba, gambar yang lebih mudah diterawang meski minim cahaya, dan hasil cetak yang memendar bila dilihat dari sinar ultraviolet.

"Cirinya adalah jelas warna untuk logo, warna nominal. Kami menambahkan intaglio atau tanda kasar pada frasa, dan pada logo lambang Burung Garuda. Banyak aspek yang kita tambahkan di sana," pungkasnya.

* Wajah Siswa SD Negeri Naikoten I Kota Kupang Ini Ada Di Uang Kertas Baru Pecahan Rp 75.000, Oh Ya?

Telly Saubaki Saudila tak pernah menyangka wajah anaknya, Ananda Saubaki (7), tercetak di uang pecahan Rp 75.000 edisi khusus kemerdekaan.

Ananda kini duduk di kelas 2 SD Negeri Naikoten 1, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Anak berusia tujuh tahun itu merupakan anak ketiga dari pasangan suami istri, Moris Saubaki dan Telly Saubaki Saudila, warga Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

Telly bangga dengan pencapaian tersebut. Telly pun menceritakan awal mula wajah anaknya tercetak di pecahan uang edisi khusus itu.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT, kata dia, meminta foto anaknya pada awal 2019.
Foto itu kemudian dikirim ke Bank Indonesia di Jakarta untuk diseleksi.

Tak disangka, Ananda terpilih mewakili Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT dalam seleksi itu.

Pada 7 Agustus 2019, perwakilan Perum Peruri datang ke Kupang untuk memotret anaknya.

"Waktu itu, kami belum tahu tujuan pemotretan itu untuk apa, karena katanya rahasia," kata Telly kepada Kompas.com di Kupang, Selasa (18/8/2020).

* Kaget wajah anaknya di uang Rp 75.000

Saat uang pecahan Rp 75.000 itu keluar, Telly kaget mendapati wajah anaknya di salah satu sisi uang kertas tersebut.

Ia bangga dengan prestasi itu. Apalagi, wajah anaknya bisa dilihat secara luas.

Telly menyebut, ini akan menjadi bukti sejarah dari generasi ke generasi.

"Kami orangtua sangat bangga dan bersyukur, karena anak kami sudah terpilih dan ada fotonya di dalam pecahan uang yang diluncurkan, dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia kali ini," ujar Telly.

Untuk diketahui, Ananda Saubaki (7), siswi kelas 2 SD Negeri Naikoten 1, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan satu di antara sembilan anak yang wajahnya tercetak di uang pecahan Rp 75.000 edisi khusus kemerdekaan RI.

Ananda merupakan anak ketiga dari pasangan suami istri Moris Saubaki dan Telly Saubaki Saudila, warga Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

"Sebagai orangtua, kami kaget juga sangat bangga karena ada wajah anak kami dalam uang kertas pecahan Rp 75.000," ungkap Telly Saubaki Saudila kepada Kompas.com di Kupang, Selasa (18/8/2020).

Telly tak menyangka bahwa wajah anaknya akan terpampang dalam lembaran uang tersebut.

Telly menceritakan, awalnya Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT memintanya mengirim foto anaknya pada awal 2019.
Foto itu kemudian diteruskan ke Bank Indonesia di Jakarta untuk diseleksi.

Setelah itu, Ananda Saubaki terpilih mewakili Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT dalam sesi pemotretan.

Selanjutnya, kata Telly, perwakilan Perum Peruri datang ke Kupang untuk memotret anaknya pada 7 Agustus 2019.

"Waktu itu, kami belum tahu tujuan pemotretan itu untuk apa karena katanya rahasia," ujarnya.

Telly kaget begitu mengetahui gambar anaknya terpampang jelas dalam uang pecahan Rp 75.000 yang diluncurkan pada HUT ke-75 RI.

Ia merasa bangga dengan prestasi itu. Terlebih lagi, wajah anaknya bisa dilihat masyarakat luas.

Telly menyebutkan, ini akan menjadi bukti sejarah dari generasi ke generasi.

"Kami orangtua sangat bangga dan terlalu bersyukur karena anak kami sudah terpilih dan ada fotonya di dalam pecahan uang yang diluncurkan dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke-75 kali ini," ujar Telly. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kami Bangga Karena Ada Wajah Anak Kami Dalam Uang Kertas Pecahan  Rp 75.000: https://regional.kompas.com/read/2020/08/18/16314321/kami-bangga-karena-ada-wajah-anak-kami-dalam-uang-kertas-pecahan-rp-75000?page=all#page2

Sebagian besar Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Menarik Uang Rp 75.000, dari Klarifikasi Baju Adat China hingga Sulit Dipalsukan", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/08/19/053750026/5-fakta-menarik-uang-rp-75000-dari-klarifikasi-baju-adat-china-hingga-sulit?page=all

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved