Rocky Gerung
Sindir Pidato Presiden Jokowi, Rocky Gerung: Wacana Berubah Tetapi Mental Tetap
Sindir Pidato Jokowi, Rocky Gerung: Wacana Meroket Sekarang Diganti dengan Lompatan Kodok, mental tetap
"Kalau lompatan besar kan cuman kodok yang mampu," imbunya.
"Kira-kira begitu, wacana berubah tetapi mental tetap," tutup Rocky Gerung.
Simak videonya mulai menit ke- 23.34
Rocky Gerung Bandingkan Jokowi dengan SBY dalam Dunia Internasional
Akademisi Rocky Gerung menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang terlibat dalam dunia internasional.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan kepada Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, diunggah Sabtu (15/8/2020).
Awalnya Hersubeno Arief menyinggung keterlibatan Indonesia dalam sidang Persatuan Bangsa-bangsa (PBB).

"Saya ingin menyoroti kecenderungan Presiden Jokowi yang menghindari pertemuan forum internasional," kata Hersubeno Arief.
"Tercatat Jokowi selama lima tahun berturut-turut tidak pernah menghadiri sidang tahunan PBB dan sebagainya," paparnya.
Jurnalis tersebut menyinggung saat ini tidak mungkin Indonesia tidak terlibat dalam politik global.
"Postur kita bahkan di Asia Tenggara bahkan hilang. Dulu kita ditakuti di zaman ASEAN, dianggap secara ekonomi kita menentukan pasar ASEAN," kata Rocky Gerung menanggapi.
Ia menyebutkan dulu Indonesia sangat diperhitungkan di Asia Tenggara dalam hal geopolitik.
Hal itu ditunjukkan dengan Sekretariat Politik ASEAN ditempatkan di Jakarta, sementara Sekreariat Bisnis ditempatkan di Singapura.
Rocky membenarkan ada kemungkinan Jokowi sengaja menghindari terlibat dalam kancah politik internasional.
"Penghindaran itu dibaca oleh Australia sebagai gagal menjadi tokoh," komentar akademisi tersebut.
"Apa problemnya? Mungkin karena kemampuan debatnya kurang, kemampuan untuk membaca kemampuan politiknya kurang," paparnya.
• Gagal Nikahi Gadis Aceh, Sahrul Gunawan Godain Pengantin Wanita; Apakah Harus Seperti Ini Sikapnya
Ia mengungkit seorang pemimpin negara akan semakin disorot jika terjun dalam politik dunia.
Selain itu, Rocky menyebutkan keterlibatan itu akan membuat seorang tokoh negara harus lebih banyak menjawab pertanyaan terkait sikapnya dalam urusan politik global.