Berkurban, Mendekatkan Diri kepada Allah

Khotib saat Sholat Idul Adha di Masjid Agung Al-Ghuraba Bajawa adalah Dr. Mahmud Hadi Riyanto, hakim di Pengadilan Agama Bajawa

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Gordi Donofan
Suasana sholat Idul Adha di Masjid Agung Al-Ghuraba Bajawa Kabupaten Ngada, Jumat (31/7/2020). 

Ini memberikan hikmah kepada calon jamaah haji yang ditunda keberangkatannya, untuk semakin melatih kesabaran sebelum waktunya berangkat nanti.

"Insyaallah kesabaran dalam menerima penundaan ini nantinya akan menjadi wasilah kemabruran haji kelak," ujarnya.

Ia mengatakan hikmah kedua adalah kepasrahan atau tawakkal kepada Allah subhanahu wata'ala. Terkait dengan hal ini Allah subhanahu wata'ala pun telah memberikan panduan, jika kita memiliki tekad bulat dalam melaksanakan sesuatu, maka kita harus pasrah diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Hal ini termaktub dalam QS Ali Imran ayat 159:

"Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal."

"Dengan ditundanya haji tahun ini, para calon jamaah haji harus yakin dan pasrah pada Allah karena ini juga merupakan ketetapan Allah. Haji sendiri adalah ibadah yang harus diawali dengan kepasrahan karena harus pergi jauh meninggalkan orang-orang yang dicintai dan harus berjuang menyelesaikan rangkaian kewajiban dan rukun haji," ujarnya.

Ia mengatakan kain ihram warna putih yang dipakai jamaah pun sudah menandai bahwa para jamaah Haji pasrah atas takdir Allah seperti mayit yang terbungkus kain kafan. Dengan kepasrahan ini tentunya akan menjadikan para calon jamaah haji lebih tenang dalam beribadah.

Ia mengatakan ibadah kedua yang kita lakukan di tengah pandemi adalah ibadah kurban. Di tengah wabah ini, ibadah kurban akan lebih bermakna dan terasa bagi masyarakat ekonomi lemah.

lSelama pandemi, berbagai sektor tak terkecuali sektor ekonomi ikut terkena imbas. Banyak masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya karena harus kehilangan mata pencarian.

Kurban bisa menjadi bukti kepekaan sosial masyarakat mampu terhadap yang lemah. Kurban semakin memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta yang kita miliki bukanlah mutlak milik kita. Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah subhanahu wata'ala yang di dalamnya terdapat hak orang lain.

"Kenikmatan yang kita rasakan tidak akan berkurang sedikitpun ketika harus dibagi dengan orang lain melalui pembelian hewan kurban. Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya hakikat memberi adalah menerima," jelasnya.

Ia mengungkapkan manusia tidak perlu khawatir karena nikmat Allah subhanahu wata'ala sangatlah banyak. Saking banyaknya nikmat Allah, kita tidak akan bisa menghitungnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS: An-Nahl : 18)

"Dengan pengorbanan harta melalui hewan kurban ini, kita juga akan mampu semakin dekat dengan Allah subhanahu wata'ala. Hal ini selaras dengan makna kurban itu sendiri yakni berasal dari bahasa Arab qariba-yaqrabu -qurban wa qurbanan wa qirbanan,yang artinya dekat. Sehingga kurban adalah mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya," ujarnya.

Ia melanjutkan dari hal ini kita bisa menarik dua hikmah dari ibadah kurban di masa pandemi. Yang pertama adalah hikmah vertikal, yakni semakin dekatnya kita kepada Allah subhanahu wata'ala, dan hikmah horizontal yakni kedekatan dengan sesama manusia dengan saling berbagi rezeki di tengah situasi sulit akibat pandemi ini. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved