Di Nagekeo Bangkai Babi di Kali Raterunu Kaburea
Bangkai seekor babi ditemukan di Kali dibawa Jembatan Ratenuru Kaburea Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Bangkai seekor babi ditemukan di Kali dibawa Jembatan Ratenuru Kaburea Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo.
Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Humas Setda Nagekeo, Silvester Teda Sada, menyatakan diduga kuat bangkai Babi tersebut dibuang dari atas Jembatan Ratenuru Kaburea Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo tepatnya di perbatasan Kaburea dan Maukaro Kabupaten Ende.
• UD Bina Tani di Nagekeo Kirim 225 Hewan Kurban ke Pulau Jawa
"Waspada, potensi virus Babi ASF di Nagekeo Plt. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo, Polikarpus Meo Una, melalui Kepala Poskeswan Wolowae, drh. Maria Yasinta Manuama, melaporkan bahwa pada Sabtu, 18 Juli 2020, ditemukan bangkai babi dalam sebuah karung plastik, yang diduga dibuang ke kali dari atas jembatan Raterunu, Kaburea oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," kata Silvester kepada POS-KUPANG.COM Selasa (28/7/2020).
• Pelantikan JPTP yang Lowong - Pemkab Sumba Timur Minta Izin Gubernur NTT
Ia mengatakan setelah mendapat kabar adanya bangkai Babi ini, kepala Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kecamatan Wolowae, Yosef Theofilus Kusnandi, langsung menuju lokasi.
Kata dia, tindakan pertama yang diambil yakni pemusnahan bangkai babi dengan cara membakar.
Langkah tindak selanjutnya yakni, melakukan koordinasi dengan petugas peternakan kecamatan tetangga Maukaro.
Ia melanjutkan kemudian, melakukan koordinasi dengan kepala desa Tendakinde guna melakukan sosialisasi tentang penertiban ternak babi langsung pada Minggu, 19 Juli 2020 menggunakan mobil keliling; dan koordinasi antar camat Wolowae dan camat Maukaro dalam hal pengawasan lalu lintas ternak dan penanganan bangkai.
"Selanjutnya, pada Selasa, 21 Juli 2020, camat Wolowae, Gerardus M.Koro dan tim Puskeswan setempat langsung menuju kantor camat Maukaro, bertemu camat setempat, Ignasius Kapo, untuk koordinasi bersama berbagai tindakan pencegahan penyebaran virus ASF di lapangan," ujarnya.
Ia mengatakan hasil yang diperoleh dari koordinasi ini yakni komitmen bersama untuk mencegah penyebaran virus ASF serta memperketat pengawasan di pos lintas batas wilayah dari kemungkinan pergerakan orang maupun kendaraan tranportasi barang khususnya babi di antara kedua wilayah.
"Kami tidak dapat melakukan nekropsi atau bedah bangkai untuk mengetahui penyebab kematian karena bangkainya sudah busuk, sehingga sulit diidentifikasi dan karenanya, langsung dimusnahkan. Demikian laporan singkat dari drh. Shinta, pelaksana pada Puskeswan Wolowae," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)