Info Kesehatan

Benarkah Pria Botak Sangat Beresiko Terinfeksi Covid-19, Yuk Simak Hasil Penelitian Ini !

Tapi tahukan anda, ternyata pria botak disebut sangat beresiko tinggi terinfeksi virus corona atau covid-19.

Editor: Rosalina Woso
Kompas Lifestyle
Ilustrasi Pria Botak 

Benarkah  Pria Botak Sangat Beresiko Terinfeksi Covid-19, Yuk Simak Hasil Penelitian Ini

POS-KUPANG.COM--Benarkah Pria Botak Sangat Beresiko Terinfeksi Covid-19 Parah, Yuk Simak Hasil Penelitian Ini

Sebagian pria sengaja memilih penampilan berkepala plontos alias botak. Sebagian wanita pula menganggap pria berkepala botak cukup seksi.

Tapi tahukan anda, ternyata pria botak disebut sangat beresiko tinggi terinfeksi virus corona atau covid-19.

Hal ini ditunjukkan bukti yang kuat dengan mengambil faktor risiko yang disebut "tanda Gabrin".

Istilah tersebut digunakan sebagai pengingat dari dokter AS pertama yang meninggal karena Covid-19 di AS, Dr Frank Gabrin.

Diketahui, Gabrin juga memiliki ciri botak.

Dilansir dari Telegraph, (4/6/2020), sebuah riset yang dilakukan oleh Profesor Carlos Wambier dari Brown University, AS mengungkapkan bahwa pihaknya benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediktor sempurna dalam menunjukkan tingkat keparahan Covid-19.

Wambier mengambil data sejak awal wabah yang terjadi di Wuhan, China pada Januari 2020.

Data tersebut menunjukkan bahwa pria lebih mungkin meninggal setelah terinfeksi virus corona.

Sebuah laporan dari Public Health England menemukan, laki-laki dengan usia kerja berpotensi dua kali lebih mungkin untuk mati setelah didiagnosis Covid-19 pada Juni 2020.

Perubahan gaya hidup

Sampai saat ini, para ilmuwan belum mengetahui mengapa hal ini terjadi.

Namun, mereka menunjuk pada faktor-faktor seperti gaya hidup, merokok, dan perbedaan sistem imunitas di antara kedua jenis kelamin.

Tetapi, semakin mereka percaya pada faktor-faktor tersebut bisa terjadi karena androgen (hormon seks pria seperti testosteron) mungkin berperan tidak hanya dalam kerontokan rambut, melainkan dalam meningkatkan kemampuan virus corona untuk menyerang sel.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa perawatan yang menekan hormon-hormon ini, seperti yang digunakan untuk kebotakan serta penyakit seperti kanker prostat, dapat digunakan untuk memperlambat virus, dan memberi pasien waktu untuk melawannya.

Halaman
123
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved