Ahmad Atang Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kupang: Tidak Inheren
NEWS ANALYSIS Ahmad Atang Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kupang: Tidak Inheren
NEWS ANALYSIS Ahmad Atang Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kupang: Tidak Inheren
POS-KUPANG.COM - FENOMENA sepinya calon independen dalam Pilkada serentak bukan hanya terjadi di NTT, namun hampir merata di suluruh Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab.
Adanya faktor menguatnya politik oligarki yang ditandai dengan politik uang, politik dinasti, upaya borong partai yang menghasilkan calon tunggal dan dinamika demokrasi ditentukan oleh para elit.
• Thomas Djawa: Tak Ada Pelanggaran
Selain itu, rumitnya persyaratan yang membebani calon perorangan sehingga dirasakan sebagai upaya terselubung untuk meniadakan keinginan masyarakat melalui jalan ini.
Lebih dari itu, adanya pragmatisme partai politik yang akan mendukung figur yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi dengan tidak mementingkan kader atau non kader.
Sungguhpun begitu, di NTT terdapat di beberapa daerah adanya calon independen. Banyak yang gugur di tengah jalan karena terkendala syarat yang tidak terpenuhi, sehingga hanya dua kabupaten saja yang memiliki calon independen.
• Update Corona Sumba Timur - Ini Jumlah Pelaku Perjalanan di Sumba Timur
Untuk memuluskan langkah calon independen, tentu banyak hal yang harus dilakukan, karena syarat dukungan tidak selalu inheren dengan hasil Pilkada.
Kerja politik calon independen bersandar pada loyalitas basis dukungan dan jaringan yang dibangun secara swadaya. Berbeda dengan partai politik yang memiliki infrastruktur hingga di desa, sehingga mobilisasi menjadi mudah dikoordinasikan.
Sementara calon perorangan mengandalkan kerja sosial yang dibangun atas dasar relasi sosial, kekerabatan dan empati publik. (yon)