DR Simon Nahak, SH, MH: Anak Petani Tembakau yang Sukses
TAK banyak orang yang tahu suka dan duka sebuah perjuangan. Terkadang, orang hanya melihat tangga sukses yang diraih
Keinginan yang kuat untuk sekolah itu akhirnya mendapat restu orangtua. Ia akhirnya mendaftar di SMP Santo Fransiskus Xaverius di Kota Kefamenanu, Ibukota Kabupaten TTU tahun 1981. Pada tahun 1984, Simon menyelesaikan pendidikan SMP.
Usai tamat SMP, ia mendaftar ke SMA Giovanni Kupang, sebuah lembaga pendidikan yang terbilang bergengsi di bawah asuhan para imam Katolik. Letak sekolah itu jauh dari kampungnya, sekitar 300 lebih kilometer. Namun, niat itu batal. Ibu dan ayah menginginkan ia kembali untuk menyelesaikan di SMU Sinar Pancasila Betun, Malaka.
Tak banyak protes. Simon mengikuti saja karena atas berbagai pertimbangan. Ia memahami kesulitan ekonomi kedua orangtua. Apalagi adik-adiknya juga membutuhkan biaya untuk pendidikannya. Simon akhirnya tamat pada SMU Sinar Pancasila, Betun tahun 1987.
Dari Betun ia ingin mencari pengalaman yang lebih jauh dan menantang. Keluar dari Pulau Timor. Ia menuju ke Pulau Dewata dan mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Warmadewa, Denpasar. Saat itu ia dibiayai oleh sang Guru Anis Mau dan Drs. Jhon Letto. Anak petani ini merasakan bagai mimpi ketika tiba di Denpasar dan mulai mengikuti kuliah.
Karena kecerdasannya, Simon diangkat menjadi asisten dosen pada semester empat di Kampus Universitas Warmadewa, sambil menyelesaikan pendidikan strata satu. Simon lulus tahun 1992 dengan menyandang predikat cumlaude.
Simon terus mengabdi di almamater tercinta. Pria bersahaja ini mencoba terjun ke dunia advokat, hingga namanya dikenal luas oleh masyarakat Bali. Di dunia kepengacaraan ini ia banyak belajar berinteraksi dan membangun komunikasi timbal balik dengan berbagai pihak.
Perkara yang ditangani tak hanya menimpa Warga Negara Indonesia saja, namun ia mengadvokasi pula sejumlah Warna Negara Asing. Jadi, betapa pergaulan lelaki ini sudah melintas antarnegara.
Berbekal jerih payah sebagai dosen dan advokat, Simon melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program Studi Magister Hukum Universitas Udayana (Unud) Bali, tahun 2001 hingga 2004. Seolah tak puas dengan capaian akademik yang ada, Simon melaju lagi ke Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur untuk menempuh studi S3 kajian Ilmu Hukum Pidana pada tahun 2010. Ia tamat (2014) dengan predikat cumlaude.
Bintangnya terus meroket. Ia tercatat sebagai pengacara yang populer di Pulau Dewata itu. Ia juga pernah duduk di DPP Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Bali, Nusa Tenggara (2010-2015) dan Ketua AAI Kota Denpasar (2014-2019). Simon juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Peradi (Perhimpunan Advokat Indonesia) Kota Denpasar (2015-2018).
Simon tak meninggalkan almamaternya, Universitas Warmadewa yang telah membesarkannya. Ia tetap sebagai dosen di kampus ini hingga akhirnya diangkat menjadi Ketua Program Studi Magister Hukum (2015) hingga sekarang. Meski sudah menyandang gelar doktor dan masuk daftar advokat kawakan di Bali serta strata sosial yang tinggi, Simon selalu low profile. Kerendahan hati merupakan ciri khas yang melekat pada calon profesor ini. Ia memang anak petani tembakau dan perajin tenun yang sukses dalam meniti karier. (pol)
BIOFILE
Nama: Simon Nahak
Lahir : Desa Weulun, Kabupaten Malaka, 13 Juni 1964
Pendidikan :
- SD Weoe (1977)
- SMP Santo Fransiskus Xaverius Kefamenanu (1984)
- SMA Giovanni Kupang dan SMA Sinar Pancasila Betun (1987)
- Fakultas Hukum Warmadewa, Denpasar (1992)
- Pascasarjana Udayana, Denpasar (2004)
- Doktor Hukum Pidana Unbraw, Malang (2014)
Jabatan
- Ketua Program Studi Magister Hukum Warmadewa (2015-kini)
- DPP AAI Bali, Nusa Tenggara (2010-2015)
- Ketua AAI Kota Denpasar (2014-20`9)
- Ketua Dewan Pakar Peradi Kota Denpasar (2015-2018)