Renungan Harian Katolik
Menggapai Hati Tuhan
St. Agustinus mengatakan, hanya ada tiga syarat untuk menggapai hati Allah: rendah hati, rendah hati dan rendah hati.
Bila demikian, sebenarnya ia sementara tidak sehat dan bahkan telah kehilangan kemanusiaannya. Ia sudah tidak punya hati. Ia sudah kehilangan hasrat dan karena itu ia pun ketiadaan gairah untuk memperoleh rahmat.
Inilah rupa dominan yang menggejala pada manusia zaman now, manusia modern, manusia milenial, manusia teknologi, super man.
Menarik bahwa dua penderita dalam kisah Injil hari ini semuanya wanita. Secara simbolik, sosok wanita mewakili kaum lemah. Mereka ini sangat bergantung pada kekuatan lain di luar dirinya.
Nabi Hosea menganalogikannya dengan seorang istri yang bergantung sepenuhnya kepada suaminya, (Hos, 2:13,14b-15,18-19).
Wanita (isteri) adalah wakil semua manusia lemah yang sudah semestinya bergantung penuh pada Tuhan (Lambang hubungan gereja dan Tuhan).
Inti refleksi manusia sesungguhnya terletak pada keinsyafannya bahwa ia lemah. Karena ia lemah maka ia berhak dirahmati.
Rahmat itu hak prerogatif Tuhan. Rahmat itu tersembunyi di hati-Nya. Dan manusia perlu datang, merendahkan diri di hadapan-Nya sembari mengetuk pintu hati-Nya.
Rahmat Tuhan memang tidak murah, tetapi juga tidak mahal. Tidak dilihat tetapi juga tidak sulit untuk dirasakan. Tidak jauh tetapi tidak gampang juga untuk diraih. Tuhan bebas memberikannya kepada siapa saja karena Ia murah hati tetapi manusia perlu memintanya dengan penuh kerendahan hati.
Tuhan memang selalu menyediakannya tetapi manusia perlu mendambakannya dengan rasa hati sebagai yang hina dina.
St. Agustinus mengatakan, hanya ada tiga syarat untuk menggapai hati Allah: rendah hati, rendah hati dan rendah hati. Tuhan memberkati. Salve!
NONTON JUGA VIDEO BERIKUT: