Jawaban Dr. Fima Untuk Pasien Positif Covid-19 dari Bulan Maret Hingga Bulan Juli

Besoknya saya agak sedikit demam tapi tidak demam tinggi. Saya cuma minum obat tapi belum sembuh

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ELLA UZU RASI
Moderator Webinar dari ETIKA, Ir. Theodorus Widodo 

Jawaban Dr. Fima Untuk Pasien Positif Covid-19 dari Bulan Maret Hingga Bulan Juli

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Etnis Tionghoa Kupang (ETIKA), Harian Umum Pos Kupang dan Forum Akademia NTT (FAN) pada Sabtu (04/07/2020), salah satu peserta, Rudi Halim, dari Jakarta mengaku dinyatakan positif Covid-19 sejak 28 Maret lalu dan hingga saat ini ia masih melakukan swab Test dan hasilnya masih positif.

"Saya pada awalnya itu jogging pada bulan Maret itu saya lalai, saya nggak pakai masker dan ada orang datang cuma bicara sama saya sebentar aja. Di sana saya terkena aerosolnya. Besoknya saya agak sedikit demam tapi tidak demam tinggi. Saya cuma minum obat tapi belum sembuh" ceritanya.

Sejak pertama kali terdiagnosa sampai sekarang, Rudi mencari artikel - artikel yang ada di internet dan menemukan ada beberapa kasus yang sama seperti dirinya.

"Saya baca juga yang di luar negeri, di Indonesia, seperti saya itu beberapa terjadi juga. Di Solo, di Bali" ujarnya.

"Semalam saya berbicara dengan teman saya ahli epidemiologi di Aussie sama di Taiwan. Saya bicarakan kasus saya dia cuma sarankan kalau memang begitu isolasi agar tidak tularkan kepada yang lain" lanjutnya.

"Saya sedikit bertanya dan sedikit sharing juga mengenai Covid yang saya alami setiap bulan nunggu hasil negatifnya" tambahnya lagi.

Menanggapi hal tersebut, Fima bertanya apakah (dahaknya) sudah pernah dikultur atau belum, karena kata Fima, viabilitas virus itu diukur dari seberapa tap dapat dikultur dari media dari lendirnya.

"Mungkin nanti bisa dikonsultasikan dengan dokter tapi coba untuk dikultur, apakah kemampuan dia berkembang biak dan dia mereplikasi itu masih tinggi" kata Fima.

"Ini bisa menceritakan kenapa yang sebenarnya terjadi, mungkin kalau dugaan saya, sebagai Biomolekuler, masih ada virusnya cuma viabilitasnya sudah menurun. Tidak mampu untuk dikeluarkan lagi tapi masih ada" jelasnya.

Fima juga mengatakan, kasus seperti yang terjadi pada Rudi memang ada namun tak banyak.

Sebagai Doktor Biomolekuler, Fima mengatakan, tidak punya kapabilitas untuk mendiagnosa.

"Saya hanya bisa menyampaikan seturut keilmuan saya bahwa materi genetik DNA itu bisa dideteksi ketika bahkan selnya sudah minim atau sudah tidak ada atau sudah mati. Tapi kalau RNA sendiri hanya mungkin terdeteksi ketika selnya masih hidup" urainya.

"Jadi kalau dugaan saya (sekali lagi ini dugaan, perlu dicross check spesialis patologi) bahwa mungkin virusnya masih ada tapi sudah lemah" lanjutnya.

Fima menjelaskan, di laboratorium Biomolekuler RSU Prof. W. Z. Yohanes Kupang, output keluarnya tidak hanya positif dan negatif tetapi ada angka CV (Ukuran sebaran relatif) nya juga.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved