Irjen Hamidin Puji Keindahan Laut NTT, Nyelam Sampai 12 Jam
PEMIMPIN redaksi Pos Kupang Hasyim Ashari dan Pemimpin Perusahaan Pos Kupang Erniwaty Madjaga bertemu Kapolda NTT Irjen Pol Hamidin
POS-KUPANG.COM - PEMIMPIN redaksi Pos Kupang Hasyim Ashari dan Pemimpin Perusahaan Pos Kupang Erniwaty Madjaga bertemu Kapolda NTT Irjen Pol Hamidin di ruang kerjanya, Jumat (3/7/2020) siang.
Kunjungan silaturahmi tersebut untuk memberi ucapan selamat HUT ke-74 Bhayangkara yang diperingati tanggal 1 Juli 2020. Erniwaty menyerahkan kue ulang tahun kepada Hamidin.
Hamidin meniup lilin bertuliskan angka 74 di atas kue. "Kalau manusia, umur 74 itu sudah kakek-kakek ya..," ucap Hamidin sembari tersenyum. Suasana pertemuan sangat cair. Penuh canda dan tawa.
Hamidin bercerita tentang pariwisata NTT. "Pariwisata harus hidup. Kekuatan pariwisata ada di promosi," ujar Hamidin.
Kecintaannya pada pariwisata NTT bukan tanpa sebab. Mantan Kapolda Sulsel ini ternyata seorang pecinta diving. "Saya semalam nyelam sampai jam 12. Saya penyelam prof (profesional). Saya dive master dan ujian di Australia," ungkap Hamidin.
• 5 Pemda Belum Cair Dana Pilkada, Kemendagri Deadline 15 Juli
Hamidin menuturkan, ia menyukai aktivitas menyelam selama berada di NTT. Bahkan, beberapa spot menyelam baru telah ia temukan.
Ia menjelaskan pula apa saja yang ia temui selama aktivitasnya tersebut. "Itu pusatnya penyu, banyak sekali penyu. Kalau turun bisa ketemu 40-50 penyu lagi tidur. Karang di tengah laut. Dari Semau ke arah pelabuhan Tenau itu, bagian utara kalau tidak salah. Sekitar 200 meter dari bibir pantai Uiasa," terang Hamidin.
Ia melihat ada gelembung-gelembung putih yang ditemukan saat menyelam di sekitaran Uiasa. "Apakah ini jalur gunung berapi? Kan tidak. Lalu apa ini? Bisa dicek oleh tim geologi," katanya.
Tak hanya Semau. Ia menyebut beberapa tempat berpotensi lain, seperti Pantai Liman, Pantai Wini dan pantai-pantai di Labuan Bajo. Bahkan, Labuan Bajo memiliki terumbu karang bernama Crystal Rock yang sangat indah.
Ia bercerita, pada suatu kesempatan di Labuan Bajo, pria lulusan Akademi Kepolisian tahun 1987 ini pernah menaiki sebuah kapal phinisi dan bertanya-tanya kepada pengelola kapal.
Ternyata, kapal tersebut merupakan kapal pesiar yang merupakan paketan dari Bali. Ia pun bertanya dalam hatinya, apabila semuanya telah dibayar dari Bali, lalu apa yang didapat NTT? Tak ada.
Hal itu membuatnya berpikir, beberapa regulasi sederhana bisa dilakukan untuk memberi dampak pula bagi NTT, semisal setiap orang yang masuk harus membayar dulu dengan ikan atau sebelum menyelam harus membayar Rp 10.000.
Menurutnya, kekuatan NTT ada pada pariwisata. Oleh karena itu, kekuatan promosilah yang menjadi kunci dari pariwisata ini. Sehingga, jualan dunia modern kini ialah melalui sosial media.
Penulis buku Wajah Baru Terorisme ini berharap banyak pihak yang bisa memberikan respon atas berbagai tulisannya tentang pariwisata. Semuanya itu dibutuhkan agar bisa memajukan pariwisata NTT.
"Polisi itu bagian dari pemerintah. Maka, jadikanlah polisi itu sebagai sub-komponen pembangunan daerah NTT," pintanya. (intan nuka)