Belajar Jujur dan Humanis Dari Polisi Leo di Polres Lembata

Lebih banyak lakukan pendekatan dengan masyarakat yang butuh bantuan dengan kita dengan tidak berpikir mendapatkan sesuatu dari mereka

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Belajar Jujur dan Humanis Dari Polisi Leo di Polres Lembata
POS-KUPANG.COM/RIKARDUS WAWO
Kapolres Lembata AKBP Yoce Marthen (kiri) pose bersama Kasat Sabhara Iptu Ola Angin Leonardus (kanan) usai acara resepsi HUT Ke-74 Bhayangkara di lobi Polres Lembata, Rabu (1/7/2020).

Belajar Jujur dan Humanis Dari Polisi Leo di Polres Lembata

POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--"Uang itu simpan saja untuk keluarga. Saya punya gaji."
Kalimat magis ini diutarakan Polisi Leo saat pada suatu masa ditawari segepok uang dari oknum yang ingin masalah hukumnya diselesaikan secara instan.

Nama lengkapnya Iptu Ola Angin Leonardus dan akrab disapa Polisi Leo. Sudah menjadi polisi sejak tahun 1988 dan sekarang menduduki posisi strategis Kasat Sabhara Polres Lembata.

Di sepanjang kariernya, Polisi Leo berulang kali menolak disogok rupiah. Bagi dia, kejujuran itu harga mati demi menjaga marwah institusi kepolisian dan harga diri pribadinya.

"Dalam tugas banyak kali ditawarkan kasi amplop uang tapi saya tolak," ungkap Polisi Leo saat diwawancarai bertepatan dengan HUT Ke-74 Bhayangkara di Kompleks Mapolres Lembata, Rabu (1/7/2020).

Selain jujur, Polisi kelahiran Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur 54 tahun silam ini juga dikenal sebagai abdi negara yang humanis dan sangat dekat dengan masyarakat.

Saat masih bertugas mengurus pelayanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) bagi masyarakat, Polisi Leo mengaku sering membantu warga yang kekurangan biaya administrasi.

Menurutnya, setelah pemisahan TNI-Polri dan reformasi birokrasi di dalam tubuh kepolisian, paradigma pendekatan pelayanan kepada masyarakat pun berubah. Polisi memang dituntut untuk dekat dengan masyarakat dengan pola komunikasi yang lebih humanis.

Semangat reformasi kepolisian inilah yang merasuk dalam jiwa Polisi Leo dan tampak dalam pelaksanaan tugas di lapangan.

"Saya membantu masyarakat itu sudah tidak memikirkan imbalan lagi. Kalau saya bantu mereka dan mereka mau kasi uang saya tidak mau. Kalau kamu datang bawa rokok, datang bawa makanan kita makan sama-sama. Kalau kasi uang saya tidak akan terima," ungkap mantan Kapolsek Nubatukan dan Buyasuri ini.

Rupanya, suami dari Maria Magdalena Lamahoda (67) selalu memegang prinsip teguh; melayani masyarakat sebagai sebuah kewajiban.

Buah dari integritas seperti ini, lanjutnya, langsung dirasakan saat berada di tengah-tengah masyarakat. Di luar tugas, banyak warga yang sering bertandang ke rumahnya sekadar mengajak diskusi.

Kala bertugas sebagai Kasat Sabhara dan patroli langsung ke pasar atau ke pelosok-pelosok desa, selalu saja ada warga yang menitipkan pisang, ubi, jagung titi dan panganan lain sebagai oleh-oleh kepadanya.

"Mama-mama tua yang di pasar sering mereka kasi jagung, pisang. Mereka bilang, 'Pak Leo ini yang biasa bantu kami," kata Leo yang pernah bertugas selama 12 tahun di Los Palos, Timor Timur sebelum jajak pendapat.

"Siapa pun, saya harus dekat, saya harus ramah," tambahnya.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved