Petani Rumput Laut di NTT Mengaku Merugi Akibat Pembangunan Jetty PLTU Timor 1
Para petani rumput laut di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ( NTT), mengaku merugi
Penulis: Ryan Nong | Editor: Kanis Jehola

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Para petani rumput laut di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ( NTT), mengaku merugi. Pasalnya, produksi dan kualitas rumput laut mereka menurun usai terkena dampak pembangunan dermaga tanah atau jetty di sekitar lokasi budidaya rumput laut.
Hal tersebut diungkapkan salah satu petani rumput laut, Matheos Laka kepada wartawan pada Rabu (24/6/2020) siang.
• Tak Hanya Bak Air, Banyak Rumah Warga Lifuleo Kupang Rusak Akibat Ledakan
Pria yang juga merupakan sekretaris kelompok budidaya rumput laut Desa Lifuleo ini mengaku, sejak pembangunan dermaga tanah yang tak jauh dari lokasi budidaya, kualitas rumput laut mereka menurun drastis.
Rumput laut yang mereka budidayakan tidak bisa berkembang maksimal sebagaimana biasa akibat lumpur dari pembangunan Jetty tersebut. Rumput laut yang mereka budidayakan bahkan bisa noe (mengecil dan menyusut ukurannya) apabila tidak segera dipanen saat berusia tiga pekan. Padahal, idealnya, masa panen rumput laut biasanya dilakukan setiap lima hingga enam pekan.
• OJK Junjung Tinggi Azas Praduga tidak Bersalah
Tak hanya itu, jika biasanya rumput laut yang mereka budidayakan pada tiga tali bisa memenuhi satu para-para (bale bale untuk jemur) ukuran 50x8 meter, maka sejak pembangunan Jetty tersebut, satu para-para baru bisa dipenuhi oleh rumput laut dari 11 tali.
Selain itu, penampang rumput laut yang biasanya hijau segar juga berubah karena dilekati oleh pasir atau lumpur putih. Bahkan mereka harus mencucinya berulang ulang setiap periode penjemuran untuk menghilangkan lumpur yang menempeli rumput laut.
"Yang ini baru jalan 3 minggu. Kalau tidak paksa kas keluar dari tali maka ilang semua, noe. Jadi terpaksa kodisi begini kita panen sa," ujar Matheos sambil menunjuk hamparan rumput laut yang tampak tidak begitu sehat.
Ia mengaku, biasanya setiap kali penen pertama ia bisa mendapat pemasukan dari penjualan rumput laut hingga Rp 5 juta, namun kini tidak sampai setengahnya. Apalagi dengan kualitas yang tidak memadai, harga per kilogram juga mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Ia mengaku, bersama dengan para petani lainnya telah menyampaikan keluhan itu kepada pihak perusahaan yang mengerjakan proyek. Bahkan, katanya, pihak perusahaan juga dapat melakukan survey di lokasi mereka. Namun, janji janji ketika survey tidak kunjung terealisasi.
"Mereka sudah datang liat sendiri, tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjut," ungkap Matheos.
Peta petani, lanjut Matheos mengancam akan melakukan penutupan jalan jika tidak juga ada tindak lanjut dari perusahaan yang mengerjakan proyek tersebut. Pasalnya, sejak memberikan janji, pihak perusahaan tidak lagi menemui para petani untuk merealisasikan janji mereka.
Para petani hanya berharap perusahaan mengganti kerugian dan memberi kompensasi kepada mereka.
Dihubungi terpisah, Manajemen Proyek PLTU TIMOR-1 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk Dian Prihatianto Pamungkas mengatakan pihaknya selalu mengedepankan SOP yang baik, sesuai standar perusahaan dan aturan-aturan yang berlaku dalam proyek pembangunan yang mereka kerjakan.
Pihaknya juga selalu bekerja di bawah pengawasan dan persetujuan tim pengawas dan PT PLN selaku pemilik proyek.
Ia menjelaskan, lokasi pembangunan pembangkit listrik PLTU Timor 1 yang berada di Dusun Panaf, Desa Lifuleo itu berjarak kurang lebih 650 meter dari pemukiman warga terdekat dan sekitar hampir 1,5 kilometer dari lokasi pertanian rumput laut warga di Pantai Oesina.
"Dengan pertimbangan jarak lokasi yang cukup jauh antara temporary jetty dan lokasi budidaya rumput laut masyarakat sekitar, tentunya sangat minim sekali dampak negatif aktivitas proyek tersebut terhadap pertumbuhan rumput laut petani sekitar," ujar Dian.
Namun demikian, pihak perusahaan akan tetap berkomitmen untuk selalu menjaga komunikasi dan koordinasi dengan warga sekitar, selama masa pembangunan pembangkit tersebut, serta berharap dukungan masyarakat. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong)