Apresiasi Fadli Zon di Ulang Tahun ke-85 Taufiq Islmail, Waketum Gerindra Gandeng Budayawan Ternama
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon punya cara khusus untuk memberikan apresiasi kepada Sastrawan Taufiq Ismail yang genap berusia 85 tahun.
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Iapun menulis lirik buat Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad Albar) dan Ucok Harahap.
Menurutnya kerja sama semacam ini penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.
Taufiq sering membaca puisi di depan umum.
Di luar negeri, ia telah baca puisi di berbagai festival dan acara sastra di 24 kota Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak 1970.
Baginya, puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika setelah ditulis, dibaca di depan orang.
Pada April 1993 ia membaca puisi tentang Syekh Yusuf dan Tuan Guru, para pejuang yang dibuang VOC ke Afrika Selatan tiga abad sebelumnya, di 3 tempat di Cape Town (1993), saat apartheid baru dibongkar.
Pada Agustus 1994 membaca puisi tentang Laksamana Cheng Ho di masjid kampung kelahiran penjelajah samudra legendaris itu di Yunan, Tiongkok, yang dibacakan juga terjemahan Mandarinnya oleh Chan Maw Yoh.
Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an menggarap humor dalam puisinya.
Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi berkabar atau narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di Indonesia.
Antologi puisinya berjudul Rendez-Vous diterbitkan di Rusia dalam terjemahan Victor Pogadaev dan dengan ilustrasi oleh Aris Aziz dari Malaysia (Rendez-Vous. Puisi Pilihan Taufiq Ismail.
Moskow: Humanitary, 2004.).
Di deretan jejak langkah Taufiq yang panjang tersebut, penyair dan kritikus sastra Indonesia Saut Situmorang memberitakan dalam media sastra yang diempunya bersama Katrin Bandel, Boemipoetra, bahwa Taufiq melakukan aksi plagiarisme atas karya penyair Amerika bernama Douglas Malloch (1877 – 1938) berjudul Be the Best of Whatever You Are.
Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994).
Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993). Tahun 2003, Taufiq Ismail mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Tahun 2016 Taufik Ismail menjadi sorotan nasional, utamanya kalangan sastrawan dan tokoh agama, menyusul pernyataannya bahwa lagu Bagimu Negeri ciptaan Kusbini dinilai sesat.