Perang China dan India di Perbatasan Negara Bisa Sampai LCS, Indonesia Harus Siaga

Bentrokan antara tentara China dan India di perbatasan di bagian barat Himalayah telah memakan korban di kedua pihak meskipun sama-sama tidak mengguna

Editor: Alfred Dama
ist
Parade Tentara China dan India 

Perang China dan India di Perbatasan Negara Bisa Sampai LCS, Indonesia Harus Siaga

POS KUPANG.COM -- Bentrokan antara tentara China dan India di perbatasan di bagian barat Himalayah telah memakan korban di kedua pihak meskipun sama-sama tidak menggunakan senjata api.

Kedua negara saling tuduh sebagai penyebab bentrokan, namun korban di kubu China diyakini lebih banyak padahal tentara negara itu menggunakan palu logam berpaku

Konflik dua negara raksasa tersebut kemungkinan bisa terus membesar bahkan meluas ke wilayah Laut China Selatan

Indonesia yang berbatsan dengan Laut China Selatan harus bersiaga untuk mengantisipasi ancaman perang di dekat wilayah NKRI

Pertempuran panas yang sedang terjadi antara India dan China di perbatasan pekan lalu dinilai pakar politik Internasional bisa merembet ke Laut China Selatan.

Senjata yang digunakan China dalam betrokan dengan India.
Senjata yang digunakan China dalam betrokan dengan India. (24h)

Melansir Kontan.co.id, menurut Profesor Kent E. Calder, seorang Direktur Pusat Studi Asia Timur Reischauer di SAIS, bentrokan India-China berdampak dan memperburuk hubungan AS-China.

Didi Riyadi Bakal Jadi Suami Bari Ayu Ting Ting, Ayah Rozak Beri Isyarat Lampu Hijau Calon Mantu

Isu Pindah Agama, Salmafina Sunan Dicap Durhaga Saat Ucapkan Selamat Ultha untuk Ibunya

LCS Terus memanas, AL Amerika Siaga Perang, Dua Kapal Perang Siapkan Operasi Tempur,China Juga Siaga

Raffi Ahmad Dikabarkan Berciuman dengan Janda Muda di Luar Negeri, Padahal Sudah Beristri Nagita

Mengutip The Sunday Guardian, Calder mengatakan bahwa pakar dunia prihatin tentang potensi konflik antara dua negara raksasa bersenjata nuklir (India dan China).

Akan tetapi, mereka menilai prospek untuk peningkatan eskalasi lebih lanjut antar keduanya sangat rendah.

Calder menjelaskan, karena China dan India merupakan dua kekuatan global dan dua negara terpadat di dunia, bentrokan yang terjadi secara alami memiliki beberapa implikasi internasional.

Militer China berusaha keras menyaingi AS, mereka sudah bosan menjadi inferior dimata Paman Sam
Militer China berusaha keras menyaingi AS, mereka sudah bosan menjadi inferior dimata Paman Sam (Defense Intelligence Agency 2019 China Military Power report)

"Ini meresahkan pasar keuangan, khususnya di Asia sendiri, yang selalu peka terhadap risiko.

"Implikasinya terbatas, bagaimanapun, oleh lokasi yang relatif terpencil di Lembah Galwan di tengah-tengah Ladakh, dan fakta bahwa persenjataan normal tidak digunakan," paparnya kepada The Sunday Guardian.

Dia menambahkan, jika ada peningkatan konflik yang signifikan, semisal dengan penggunaan persenjataan yang lebih kuat, atau wabah paralel di sepanjang bagian lain dari garis gencatan senjata China-India yang panjang, dampaknya terhadap global tidak diragukan lagi akan sangat signifikan.

Saat ditanyakan apakah bentrokan di perbatasan Ladakh akan merembet ke Laut China Selatan, Calder menjawab bahwa dia telah melihat ketegasan China yang lebih besar di Laut Cina Selatan seperti saat melawan atas Malaysia dan Vietnam, dan di Hong Kong dengan Hukum Keamanan Nasional.

Selanjutnya menurutnya, peran mediator dinilai sangat penting dalam situasi seperti sekarang.

"Apakah kita melihat lebih banyak gema tergantung pada apa yang terjadi selanjutnya di Himalaya.

"Singapura lebih suka menjadi mediator yang tenang daripada menjadi pemimpin anti-China.

"Saya tidak melihatnya melawan China secara terbuka.

"Singapura memiliki ahli strategi yang cerdik, kepemimpinan yang kuat, dan kontak internasional yang luas, serta ekonomi yang sangat kuat dan militer yang kuat untuk negara-negara kecil dengan penduduk kurang dari enam juta penduduk," paparnya.

Dia menilai, Singapura mampu memimpin ASEAN meskipun memimpin dari belakang, seperti mengatur konsensus ASEAN, dan kemudian mengkomunikasikannya kepada para pemimpin di seluruh dunia.

"Singapura dapat memainkan peran mediasi penting dengan China, dan secara halus dapat menghambat kemajuan China, tetapi itu saja.

"Peran proaktif yang lebih terbuka kemungkinan besar akan menjadi milik India," urainya.

Sementara itu, mengutip The Guardian, beberapa analis percaya bahwa agresi di perbatasan India adalah respons terhadap tekanan domestik ini, dari seorang pemimpin yang putus asa untuk tidak terlihat lemah pada kedaulatan nasional.

"Saya merasa umumnya ini merupakan respons terhadap tekanan yang dirasakan Xi," kata Taylor Fravel, direktur program studi keamanan di Massachusetts Institute of Technology.

“Karena Covid dan kritik yang dihadapi China secara internasional, krisis ekonomi di dalam negeri, dan kemunduran yang terjadi pada hubungan Tiongkok-AS, (Beijing) mengambil sikap keras terhadap sejumlah masalah kedaulatan sebagai cara memberi sinyal bahwa China tidak akan takut," kata Fravel kepada The Guardian.

Seruan boikot

Mengutip Indian Express, Minggu (21/6/2020), pemerintah India tengah berupaya menekan Beijing dengan mendorong warganya melakukan boikot pada barang-barang buatan dari China.

Captiontangkapan layar video protestan India yang sebut Kim Jong-Un Perdana Menteri China

Wacana memulai perang dagang dengan China juga mulai disuarakan publik India.

Menteri Persatuan India, Ramdas Bandu Athwale, meminta masyarakat tak pergi ke restoran yang menjual makanan China tanpa pengecualian, meski pemiliknya maupun kokinya adalah seorang warga negara India.

Seruan boikot juga menggema untuk mencegah warga India membeli barang elektronik dari pabrikan China.

Sebagian Artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id dengan judul: Bikin Kalut, Pertempuran di Perbatasan India-China Disebut Bisa Merembet ke Laut China Selatan, Mengapa Demikian? https://intisari.grid.id/read/032209621/bikin-kalut-pertempuran-di-perbatasan-india-china-disebut-bisa-merembet-ke-laut-china-selatan-mengapa-demikian?page=all 

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved