Tentara China Kelewat Sadis, Usai Bunuh , Tubuh Prajurit India Dimutilasi, New Delhi Protes
Akibatnya banyak tentara India yang tewas. Tidak puas menewaskan tentara India, pasukan China juga memutali para prajurit yang gugur tersebut
Perkelahian tak terelakkan dan beberapa orang terluka, tapi China yang mundur kemudian kembali dengan jumlah pasukan yang lebih besar selama akhir pekan dan pada Minggu lalu mereka mulai melempari pasukan India dengan batu.
Pada Senin, pertempuran kecil ini jadi semakin memanas akibat perkelahian skala penuh di atas Sungai Galwan. Banyak orang tewas setelah terjun ke perairan gletser yang sangat dingin di bawahnya.
"Mereka meluncur dengan cepat seperti benda yang jatuh bebas," kata satu sumber kepada media Perancis AFP.

Hasil otopsi mengatakan bahwa alasan utama kenapa mereka bisa mati tenggelam karena jatuh dari ketinggian dan mengalami cedera kepala saat jatuh ke dalam air.
Kolonel B Santosh Babu yang tewas dalam insiden itu sebelumnya telah berupaya menemui komandan tentara China dalam upaya mengatasi ketegangan baru-baru ini.
Namun, sang kolonel yang berusia 37 tahun itu terluka parah bersama seorang prajurit lainnya ketika pasukan tentara China mengambil alat pemukul dari besi yang dipasangi paku dan melemparkan batu berisi kawat berduri di depan rekan-rekan mereka.
Sekitar 40 menit pasca kolonel Babu diserang, pasukan India bersama seorang Mayor menyerang tentara China di kamp mereka.
Orang-orang India menyerang pos terdepan China dengan ganas dan menurut catatan mereka, akibat serangan itu sebanyak 60 tentara China terluka.
Pertempuran itu terjadi di Lembah Sungai Galwan dan berlangsung lebih dari 3 jam meski pun sempat ada upaya dari seorang Brigadir China untuk mengibarkan bendera putih.
Pada saat pertempuran mereda setelah tengah malam, banyak dari orang-orang yang jatuh ke sungai sudah menyerah karena hipotermia (kedinginan).
Sejauh ini 6 tentara India dinyatakan masih hilang. Kepada New Indian Express, ibu dari Kolonel Babu, Manjula, mengatakan, "Saya telah kehilangan anak saya, saya tak kuasa menahannya. Namun, dia mati demi negara dan itu yang membuat saya bangga dan bahagia padanya." Ayahnya, B Upendar, dengan tenang memberi tahu The Times of India, "Saya selalu sadar bahwa suatu hari saya bisa mendengar apa yang saya dengar hari ini, dan saya siap secara mental untuk itu."
"Semua orang mati tetapi merupakan hak istimewa untuk mati bagi negara dan saya bangga pada putra saya," imbuhnya.
Kolonel itu meninggalkan ibunya Manjula, ayahnya Upendar, istrinya Santoshi, Abhigna, anak perempuan yang berusia sembilan tahun, dan Anirudh, anak laki-laki berusia empat tahun.

Respons China
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi pada Kamis (18/6/2020) memperingatkan New Delhi untuk tidak meremehkan tekad Beijing dalam melindungi apa yang dianggap mereka berdaulat.