Dexamethasone Direkomendasikan University of Oxford dan PM Inggris, Ini Kata Hotman Paris
Hotman Paris Hutapea membongkar obat Virus Corona yang direkomendasikan para guru besar (profesor) di perguruan ternama Inggris University of Oxford
- Erlimpek: nama produk Dexteem (tablet) Graha Farma: nama produk Grathazon (kaplet)
- Tempo Scan: nama produk Scandexon (kaplet dan tablet)
- Tropica Mas: nama produk Trodex (kaplet)
- Promedrahardjo: nama produk Dexamethasone Promed (kaplet)
- Molex Ayus: nama produk Molacort (kaplet)
- Rama Emerald: nama produk Dexclosan (kaplet)
- Sanbe Farma: nama produk Cortidex (tablet) Erela; Dexamethasone (tablet)
- Holi Pharma; Dexamethasone (tablet)
Sementara itu, Corporate Secretary Phapros Zahmilia Akbar membenarkan produknya mengandung dexamethasone.
"Betul. Phapros memiliki produk dengan kandungan dexamethasone tunggal yaitu Corsona (nama dagang) dan generiknya (tablet dan injeksi)," ujar dia pada Kompas.com, Rabu (17/6/2020).
Lanjutnya, selain itu ada juga produk dengan kandungan dexamethasone kombinasi yaitu Dextamine (tablet dan sirup).
Mila juga mengatakan, di Indonesia banyak produk dengan kandungan dexamethasone, baik dengan nama dagang ataupun generik. Bentuknya bisa berupa tablet, sediaan solid, maupun injeksi. (*)
Apa itu Dexamethasone atau deksametason?
Dexamethasone adalah obat generik yang mengandung Dexamethasone 0.5 mg.
Dexamethasone adalah salah obat anti inflamasi golongan kortikosteroid yang berperan dalam mengurangi atau menekan proses peradangan dan alergi yang terjadi pada tubuh.
Halodoc.com menulis, pada tingkat molekular, diduga glukokortikoid mempengaruhi sintesa protein pada proses transkripsi RNA.
Obat ini digunakan untuk meredakan peradangan dan reaksi alergi berupa gatal-gatal di kulit, dermatitis, asma bronkhial, dan sebagainya.
Penggunaan obat ini harus sesuai resep dokter karena termasuk obat berlaber "K" atau obat keras.
Deksamethasone dengan kortikosteroid
Terkait hal ini, dokter yang tengah menempuh program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dermatolog dan venereolog Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Agung Mohamad Rheza mengisahkan mengenai peran kandungan yang ada pada deksametason beserta efek samping penggunaannya.
Rheza menjelaskan deksametason termasuk obat kortikosteroid.
"Secara umum, kortikosteroid digunakan sebagai obat untuk antiradang dan penyakit autoimun. Biasanya untuk penyakit yang telah diketahui memiliki perjalanan kronik, akan diobati dengan kortikosteroid jangka panjang pula (misal asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan lainnya)," ujar Rheza kepada Kompas.com, Kamis (18/6/2020).
Ia pun sempat menuliskan penjelasan tersebut melalui akun Twitter-nya, @agungmrheza pada Kamis (18/6/2020).
Menurutnya, kortikosteroid merupakan hormon yang dihasilkan dari sintesis kolesterol di kelenjar adrenal.
"Kortikosteroid ini dibagi menjadi glukokortikoid, mineralkortikoid, dan steroid sex, di mana dalam perjalanannya memiliki banyak manfaat terapeutik," kata dia.
Rheza. Ia menjelaskan, manfaat terapeutik ini dituliskan dalam bentuk jurnal berjudul "Effect of Various Adrenal Stereoids on the Electrodiagram of Adrenalectomized Dogs" pada 1930.
Dalam jurnal tersebut, dituliskan bahwa manfaatnya ditemukan ketika para peneliti yakni Swingle dkk, mengobati hewan dengan kondisi parah.
Kemudian, peneliti lain mengimplementasikan hal serupa pada manusia.
Hasilnya, ternyata ditemukan banyak senyawa steroid di kelenjar adrenal.
Pada 1948, penelitian steroid yang dilakukan oleh Hench dkk berhasil mengobati perempuan yang mengalami radang sendi dan mampu berjalan kembali.
Saat itulah steroid diketahui memiliki sifat antiradang.
Berkat penemuan tersebut, semakin banyak senyawa steroid yang dibuat secara sintetis hingga saat ini.
Sejauh ini, kortikosteroid dapat ditemukan di berbagai preparat, seperti obat minum, obat suntik, obat oles, tetes mata, obat hirup dan lainnya dengan indikasi, lokasi, dan tujuan masing-masing.
Efek samping kortikosteroid Ketika mampu mengobati peradangan pada manusia, peran kortikosteroid menjadi perhatian karena muncul efek samping yang dikabarkan pada 1973.
Pada sejumlah kasus, penggunaan kortikosteroid dapat menimbulkan atrofi kulit, infeksi jamur, dan skabies pada pasien dengan pemakaian steroid jangka panjang. Atrofi kulit dan telangiektasis Biasanya muncul bersamaan.
Atrofi berupa penipisan kulit sehingga pembuluh darah dapat terlihat lebih jelas.
Telangiektasis berarti pembuluh darah semakin banyak dan berkelok-kelok.
Striae Kondisi skar bergaris yang terbentuk karena kerusakan di lapisan dermis.
Epidermis menipis, dan kolagen bertambah.
Saat akut berwarna merah dan padat, kemudian mendatar dan lunak.
Gangguan pada kulit yang disebabkan karena berkurangnya glikosaminoglikans di dermis sehingga pembuluh darah ruptur dan terjadi kebocoran darah.
Trauma ringan (terbentur, tergaruk) dapat menyebabkan kondisi ini.
Hipopigmentasi
Efek samping atau gangguan lainnya dari penggunaan steroid yakni adanya hambatan sintesis melanin (senyawa pemberi warna kulit) sehingga menurunkan jumlahnya.
Akibatnya, warna kulit di area tersebut tampak lebih putih dibanding sekitarnya.
Efek ini bersifat reversibel setelah penghentian obat beberapa minggu.
Hipertrikosis
Kondisi kulit di mana timbul peningkatan rambut yang sebelumnya sudah ada menjadi lebih tebal, padat, dan panjang. Kondisi ini akan berangsur menghilang dalam waktu 2-3 tahun sejak obat dihentikan.
Erupsi Akneiformis
Sebuah reaksi radang folikel rambut yang ditandai dengan bintil (papul) dan bintil bernanah (pustul). Beda dengan jerawat yang ada komedonya.
Dapat disebabkan obat lain selain steroid.
Tak hanya itu, dalam kemasan obat kortikosteroid terdapat lambang obat keras atau lingkaran K merah.
"Ada lingkaran marahnya kan itu, dengan huruf K (keras) di tengahnya, sehingga pemakaian steroid tidak boleh sembarangan, mengingat banyaknya efek samping yang dapat muncul bila dipakai dalam jangka panjang, tidak tepat indikasi (jika beli tanpa resep), dan tanpa pengawasan dokter," ujar Rheza.
Keefektifan Dexamethasone Terkait kabar dexamethasone dapat menurunkan angka kematian pasien Covid-19, Rheza mengatakan, proses ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
"Obat itu mulai dari ditemukan sampai bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit, perjalanannya panjang. Butuh empat fase clinical trial. Covid-19 ini kan penyakit baru, jadi semua obat sedang diuji coba, ada yang berhasl, ada yang tidak," ujar Rezha.
Ia mengungkapkan, dalam penelitian yang berhasil, menurutnya hal itu hanyalah laporan kasus.
Sementara, untuk mengetahui efektivitas dan efek samping dari obat yang diuji membutuhkan penelitian yang lebih besar sampelnya dan multi center.

"Pada berita yang ada saat ini, hanya laporan di UK saja, belum bisa dibilang efektif untuk Covid-19, karena harus dilakukan penelitian di beberapa negara, baru bisa disahkan secara global," imbuhnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Dexamethasone, Obat Kortikosteroid dan Efek Sampingnya..." Penulis : Retia Kartika, Dewi Tribuncirebon.com dengan judul "Dexamethasone Disebut Obat Penyembuh Corona, Ini Daftar Obat Berbasis Dexamethasone di Indonesia"
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul HOTMAN Paris Ungkap Obat Virus Corona Rekomendasi Universitas Oxford Inggris, Harga Cuma Rp 2.500, https://wartakota.tribunnews.com/2020/06/19/hotman-paris-ungkap-obat-virus-corona-rekomendasi-universitas-oxford-inggris-harga-cuma-rp-2500?page=all.
Editor: Suprapto