TKA China

Awalnya Mati-matian Menolak, Gubernur Sultra Berubah,Izinkan 500 TKA China Kerja di Konawe, Ada Apa?

Gubernut Sulawesi Tenggara ( Sultra), Ali Mazi yang sempat menolak 500 TKA Cina ke Konawe tiba-tiba berubah sikap

Editor: Adiana Ahmad
Kompas.com
Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi 

Setelah diizinkan, 500 TKA asal China itu akan datang secara bertahap ke Konawe.

Pada tahap pertama, ada 146 tenaga kerja yang didampingi empat tenaga medis.

Mereka dijadwalkan tiba pada 23 Juni 2020.

Sementara itu, External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto mengatakan, para TKA tersebut sedianya akan mengerjakan 33 tungku smelter milik PT OSS.

Pengerjaan tungku smelter tersebut diklaim dapat menyerap ribuan tenaga kerja lokal.

Terkait penerimaan ribuan karyawan itu, menurut dia, saat ini sudah selesai dilakukan perekrutan.

"Jika 500 TKA China sampai tidak jadi didatangkan, maka sebanyak 3.000 lebih tenaga kerja lokal terancam kehilangan pekerjaannya," kata Indrayanto dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Senin (11/5/2020).

Datangkan 500 TKA China, Kebijakan 2 Menteri Jokowi, Luhut Pandjaitan dan Ida Fauziah Tuai Protes

"Bisa ada kemungkinan mereka dirumahkan dahulu tanpa mendapat gaji, atau bahkan bisa PHK."

"Tentunya hal ini tidak kami harapkan, perusahaan juga berusaha agar hal ini tidak terjadi," sambungnya.

Lebih lanjut dikatakan, 500 TKA China itu merupakan tenaga teknis yang bekerja secara temporer dan bukan untuk waktu lama.

Senada dengan Indrayanto, juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan, 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China sangat dibutuhkan di tengah upaya hilirisasi tambang di Indonesia.

Sebab kata Jubir Luhut itu, 500 TKA China yang rencananya datang pada akhir Juni atau awal Juli 2020 itu akan mempercepat pembangunan smelter nikel di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

"Saya akan bicara apa adanya saja. Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) dari China," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (28/5/2020).

Menurut jodi, teknologi RKEF akan membuat pembangunan smelter menjadi lebih ekonomis, cepat dan memiliki standar lingkungan yang baik. Bahkan kata dia, teknologi itu juga akan menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional.

Rizal Ramli Kritik Cara Pemerintah Jokowi Atasi Virus Corona, Sebut TKA China Bebas Masuk Indonesia

"Kenapa butuh TKA dimaksud? Karena mereka bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud," kata dia.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved