Renungan Harian Katolik
Memaknai Surat-surat dari Molokai - Hawaii ( 27 ): Mirabilis Gratias Tibi; Ajaib, Terima Kasih
“Gratia gratiam parit “ demikian bunyi sebuah ungkapan klasik Latin yang memiliki makna setiap berkah selalu akan melahirkan berkah yang baru pula.
Renungan Harian Katolik, Senin 15 Juni 2020
Memaknai Surat-Surat dari Molokai - Hawaii ( 27 ): Mirabilis Gratias Tibi; Ajaib, Terima Kasih
Oleh: RD.Maxi Un Bria
POS-KUPANG.COM - “Gratia gratiam parit “ demikian bunyi sebuah ungkapan klasik Latin yang memiliki makna setiap berkah selalu akan melahirkan berkah yang baru pula. Setiap kebaikan yang kita berikan akan melahirkan kebaikan baru yang lain.
Itulah sebabnya orang-orang tua kita di kampung selalu berpesan dan menasihati mereka yang hendak merantau ke tempat yang jauh, agar rajin berbuat baik dan tidak berhenti mengucapkan terima kasih.
Adalah Catharine Kolo seorang nenek sederhana kelahiran As Manlea - Malaka, di penghujung Desember 1988 pernah berpesan kepada beberapa cucunya yang hendak bepergian jauh dengan mengatakan demikian, “Ingatlah, asalmu dari yang kotor dan sederhana ini. Lakukanlah kebaikan di mana pun anda pergi. Dan suatu saat nanti, apabila anda telah menjadi orang, ingatlah mereka yang sederhana, yang hidupnya jauh dari kesejahteraan.”
Tampaknya sederhana nasihat ini. Namun memiliki makna yang mendalam dan berdimensi universal bagi setiap manusia untuk mengembangkan sikap syukur dan terima kasih. Sebab sikap syukur dan terima kasih pada gilirannya dapat menumbuhkan ikhtiar kepedulian dan solidaritas terhadap sesama manusia. Terima kasih menjadi kata ajaib dalam memaknai relasi kemanusiaan dan merawat peradaban dunia.
Pater Damian tidak melewatkan kesempatan pertama untuk menyampaikan apresiasi dan terima kasih terhadap setiap pribadi dan para pihak yang memberikan perhatian dan kepedulian kemanusiaan bagi para penderita kusta di Molokai.
Dalam suratnya kepada Monseigneur Hermann ( Kalawao, 9 Desember 1886), ia menulis, “Terima kasih atas suratmu yang baik dan atas pohako maloko ( kedalaman hati-ketulusan ), juga atas berita penting yang beredar di Belgia, berkaitan dengan pergumulan kemanusiaan di kampung kusta Molokai.
Semoga Tuhan yang maha baik memberkati mereka semua dan semoga Ia berkenan mengasihi saya dalam api penyucian di Kalawao-Molokai.
Saya menjalankan pengobatan dengan air hangat setiap malam menjelang jam 10 dan pada pukul 5 di pagi hari. Kadang-kadang pengobatan itu membuat saya berteriak kesakitan, jika air itu terlalu panas.” ( E. Brion, 1988 ; 72 ).
Kebiasaan Pater Damian untuk selalu merespons dan mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang berbuat baik dan memberikan perhatian, termasuk kepada Monseigneur Hermann , telah berdampak besar bagi hadirnya kebaikan-kebaikan lanjutan bagi segenap insan penderita kusta di Molokai.
Terima kasih nampaknya hanyalah dua kata sederhana yang dapat diucapkan oleh siapa pun untuk menyatakan apresiasi dan penghargaan terhadap orang yang melakukan kebaikan.
Terima kasih juga adalah ungkapan hati yang ikhlas dalam menanggapi perhatian sesama sekecil apa pun bentuknya.
Terima kasih merupakan cerminan luhur orang-orang yang berbudaya dan memiliki tata krama dalam interaksi sosial.
Tanpa ungkapan terima kasih, manusia akan kehilangan daya tarik dan kehalusan budi di dalam hidup.