Wawancara Eksklusif DR Inche DP Sayuna, SH, MHum: Organisasi Media Relaksasi

TAK banyak perempuan NTT gemar berorganisasi. Satu di antaranya adalah Dr Inche DP Sayuna, SH, MHum

Editor: Kanis Jehola
Dokumentasi keluarga
Inche DP Sayuna 

Dulu tidak banyak perempuan yang berminat organisasi. Karena saya punya minat, semua organisasi yang meminta saya bergabung, ya saya gabung. Tetapi sekarang saya hanya fokus ke partai politik dan beberapa ormas, misalnya IWAPI, Perempuan Pengusaha, Kadin, Sinode GMIT, juga usaha. Beberapa yang lain, saya sudah mundur.

Kalau sekarang yang aktif, saya Sekretaris Partai Golkar, Ketua HWK, Ketua IWAPI. Saya juga aktif membantu Sinode GMIT untuk persoalan advokasi, pendidikan, hukum dan HAM, jadi pemegang saham radio Gema Ingu. Selain itu pernah Ketua Perempuan GMIT, ada di wadah orang China NTT, Ikatan Alumni UKAW, KONI Provinsi NTT juga organisasi Paragames. Tapi sudah sangat terbatas aktivitasnya, karena usia dan kesibukan di partai dan DPRD NTT.

Apa suka dukanya berorganisasi?

Karena tidak banyak perempuan yang ada di situ (organisasi), saya menjadi istimewa. Ya...karena tidak banyak yang ikut. Kalau dukanya, karena saya harus berhadapan dengan teman-teman yang datang dari berbagai latar. Tapi bagi saya, dukanya sedikit karena ada banyak teman lalu organisasi menjadi sebuah media relaksasi.

Duka itu lebih banyak di partai politik, karena di partai ada banyak warna. Kalau tidak peka maka kita akan menjadi buta warna, karena ada banyak tekanan demi tekanan, apalagi sebagai pemimpin perempuan. Tekanannya dua kali lebih dari laki-laki, kita bisa stres. Kita harus tahu memilah milah warna sehingga tidak stres. Tetapi saya menikmati betul, akrobat politik itu saya coba tidak bawa dalam stres. Saya menikmati sebagai sebuah seni. Seni untuk melihat arusnya juga.

Bagaimana Anda membagi waktu untuk keluarga?

Dari muda, ketika saya akan menikah, saya sudah menjadi wanita karir. Saya punya calon suami waktu itu sudah saya bilang. Jadi kami dari awal sudah punya komitmen untuk saling mendukung satu dengan yang lain. Dan saya punya suami, betul-betul mendukung dan tidak mengikat untuk harus selalu ada di rumah.

Cara saya untuk membuat seimbang rumah tangga dan karir adalah saya selalu punya waktu untuk keluarga. Dalam satu minggu, dua hari saya siapkan khusus untuk keluarga. Saya selalu manfaatkan waktu hari Sabtu dan Minggu untuk keluarga.

Biasanya, meski ada acara apapun, saya pasti akan sediakan waktu dengan keluarga. Sejak muda, waktu Sabtu Minggu itu dengan keluarga. Itu sudah menjadi komitmen. Jadi biar bagaimana, hari Sabtu Minggu saya siapkan quality time dengan keluarga.

Apa tanggapan suami dan anak-anak Anda?

Anak-anak sudah besar. Di rumah hanya dengan suami, dua anak kuliah di Jakarta. Mereka juga sibuk. Sejak kecil mereka tahu saya sibuk. Mereka mengerti karena saya menjelaskan dengan baik. Karena itu saya punya qualuty time dengan mereka dengan liburan, makan bersama, atau masak sendiri buat mereka atau janjian makan dimana. Jadi ada komunikasi yang perlu saya bangun, itu bagian saya merawat keluarga. Saya harus atur waktu untuk keluarga. Percuma kita omong besar di luar kalau tidak bisa memanej keluarga. Supaya keluarga awet, saya punya komitmen untuk merawat waktu bersama keluarga. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved