News

Prostitusi Online Rambah Ende, Beroperasi di Potulando, Modusnya Tongkrong di Pasar, Ini Tarifnya!

Perantara dengan pelanggan berkomukasi via handphone lalu bertemu di kawasan Pasar Potulando untuk tawar-menawar tarif.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Benny Dasman
THINKSTOCK
Ilustrasi prostitusi online 

Secara terpisah, Sekretaris Lurah Potulando, Maria Imakulata, Senin (8/6), kaget mendengar informasi terkait transaksi prostitusi di depan Pasar Potulando.

"Wah, saya terus terang kaget dengar informasi ini, tetapi itu seharusnya tidak boleh. Kami akan tindak lanjut dan koordinasi dengan Babinkamtibmas di sini," ungkap Imakulata.

Sesaa kemudian, Imakulata meminta stafnya menelepon Alfred, Babinkamtibmas Kelurahan Potulando.

Tiba di Kantor Lurah, Alfred membeberkan, terkait informasi yang disampaikan Pos Kupang, sebelumnya warga sudah sampaikan.

"Saya sudah dengar laporan dari warga. Ada warga yang lapor ke saya, saya juga pernah turun. Hanya itu, mereka punya mata-mata sehingga kita susah tertibkan," ungkap Alfred.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak RT dan warga untuk melakukan penertiban dan mencaritahu bagaimana parantara dan anak buahnya beraksi untuk transaksi prostitusi.

Ketua RT 01 Potulando di kediamannya mengaku akan berkoordinasi dengan Babinkamtibmas untuk melakukan penertiban.

Segera Tertibkan
Pengamat Sosial di Ende, Oskar Vigator, mengatakan, pihak Lurah RT dan Babinkamtibmas harus bergerak cepat melakukan pemantauan dan penertiban karena informasi tersebut sudah sampai ke masyarakat.

"Mungkin ada kesulitan soal bukti dan lain-lain, tetapi kalau ada indikasi, tempat mereka transaksi, itu bisa membantu untuk melakukan pemantauan dan pelacakan," ungkapnya.

Menurutnya, dengan kemajuan teknologi dan informasi memang mempermudah para perantara menjalankan aksinya, sehingga sulit dilacak. Oleh karena itu, butuh koordinasi pihak terkait.

Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi mengapa anak-anak muda terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Dua faktor yang menjadi pemicu, yakni tuntutan ekonomi dan gaya hidup konsumerisme.

"Yang paling utama, desakan ekonomi. Di Ende penduduknya padat, tetapi lapangan pekerjaan juga terbatas," ungkapnya.

Kata dia, anak-anak muda juga sudah mulai gaya hidup
mengarah ke konsumerisme. Hasrat mereka untuk memiliki barang-barang mewah begitu tinggi.

"Misalnya ingin punya handphone bagus, merk terkini, supaya bisa ke salon dan lain-lain, nah untuk bisa dapat uang dengan nilai yang besar, cepat dan gampang, mereka akhirnya terjerumus ke dunia itu," kata Oskar. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved