News
Prostitusi Online Rambah Ende, Beroperasi di Potulando, Modusnya Tongkrong di Pasar, Ini Tarifnya!
Perantara dengan pelanggan berkomukasi via handphone lalu bertemu di kawasan Pasar Potulando untuk tawar-menawar tarif.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Benny Dasman
Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Oris Goti
POS KUPANG, CVOM, ENDE - Lokasi parkir depan Pasar Potulando, Kabupaten Ende, diduga menjadi tempat transaksi prostitusi antara pelanggan dan penyedia jasa atau perantara.
Perantara dengan pelanggan berkomukasi via handphone lalu bertemu di kawasan Pasar Potulando untuk tawar-menawar tarif.
Selanjutnya, jika sudah sepakat, perantara menghubungi 'anak buahnya,' lalu bersama pelanggan ke tempat kos atau penginapan.
Biaya penginapan ditanggung pelanggan. Jika ada pihak keamanan yang datang dan bertanya mereka mengaku bahwa hanya duduk nongkrong saja.
Terkait dugaan itu, Pos Kupang sempat mendatangi lokasi itu, Sabtu (6/6) dini hari. Saat itu terlihat sejumlah muda-mudi duduk berkumpul di emperan depan pasar, mereka asyik bercanda dan tertawa.
Saat itu juga, msih terlihat ada kios yang beroperasi meskipun pukul 01.00 Wita dini hari, kios itu tak jauh dari emperan tempat para kawula muda itu duduk. Disana juga ada satu tempat parkir kendaraan.
Selang beberapa saat, Pos Kupang sempat didatangi seseorang yang terlihat bertubuh kekar berinisial R. R mengaku sebagai mucikari dari para gadis itu. "Kaka tunggu siapa di sini? Maaf, saya boleh duduk di samping kaka," tanya R.
Pos Kupang sempat berbincang dengan sejumlah pemudi yang duduk nongkrong. Saat ditanya, mengapa mereka masih berada di tempat itu meski sudah dini hari, tiba-tiba R menimpal dan mengubar senyum.
Saat itu R ternyata sedang menunggu dua anak buahnya yang sedang melayani tamu.
"Saya ini 'kan mami mereka, saya sedang tunggu anak-anak saya pulang layani tamu. Jadi kalau sudah selesai layani, saya jemput mereka pulang," ungkapnya.
Menurut R tarif anak buahnya, berkisar Rp 300 hingga Rp 500 ribu sekali kencan. Ia mengaku hanya menjadi perantara untuk membantu.
"Saya tidak jual orang, tapi bantu saja, nanti baku bagi uangnya. Kalau kaka juga mau saya kontak dua nona. Nanti kita tunggu di kos saya di belakang pasar ini," ajak R seraya merahasiakan latar belakang anak buahnya.
Ditanya apakah tidak takut kalau razia oleh pihak keamanan, R mengaku sudah beberapa kali pihak keamanan melakukan razia, namun mereka selalu berhasil menghindar.
"Kami sudah tau kapan ada razia dan tanda-tanda kalau ada razia, jadi aman. Kalau lokasi untuk itu, kalau sudah deal, harganya, bisa pilih sendiri, bisa di penginapan. Kalau ada yang razia, kami bilang kami duduk nongkrong," ungkapnya.
Secara terpisah, Sekretaris Lurah Potulando, Maria Imakulata, Senin (8/6), kaget mendengar informasi terkait transaksi prostitusi di depan Pasar Potulando.
"Wah, saya terus terang kaget dengar informasi ini, tetapi itu seharusnya tidak boleh. Kami akan tindak lanjut dan koordinasi dengan Babinkamtibmas di sini," ungkap Imakulata.
Sesaa kemudian, Imakulata meminta stafnya menelepon Alfred, Babinkamtibmas Kelurahan Potulando.
Tiba di Kantor Lurah, Alfred membeberkan, terkait informasi yang disampaikan Pos Kupang, sebelumnya warga sudah sampaikan.
"Saya sudah dengar laporan dari warga. Ada warga yang lapor ke saya, saya juga pernah turun. Hanya itu, mereka punya mata-mata sehingga kita susah tertibkan," ungkap Alfred.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak RT dan warga untuk melakukan penertiban dan mencaritahu bagaimana parantara dan anak buahnya beraksi untuk transaksi prostitusi.
Ketua RT 01 Potulando di kediamannya mengaku akan berkoordinasi dengan Babinkamtibmas untuk melakukan penertiban.
Segera Tertibkan
Pengamat Sosial di Ende, Oskar Vigator, mengatakan, pihak Lurah RT dan Babinkamtibmas harus bergerak cepat melakukan pemantauan dan penertiban karena informasi tersebut sudah sampai ke masyarakat.
"Mungkin ada kesulitan soal bukti dan lain-lain, tetapi kalau ada indikasi, tempat mereka transaksi, itu bisa membantu untuk melakukan pemantauan dan pelacakan," ungkapnya.
Menurutnya, dengan kemajuan teknologi dan informasi memang mempermudah para perantara menjalankan aksinya, sehingga sulit dilacak. Oleh karena itu, butuh koordinasi pihak terkait.
Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi mengapa anak-anak muda terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Dua faktor yang menjadi pemicu, yakni tuntutan ekonomi dan gaya hidup konsumerisme.
"Yang paling utama, desakan ekonomi. Di Ende penduduknya padat, tetapi lapangan pekerjaan juga terbatas," ungkapnya.
Kata dia, anak-anak muda juga sudah mulai gaya hidup
mengarah ke konsumerisme. Hasrat mereka untuk memiliki barang-barang mewah begitu tinggi.
"Misalnya ingin punya handphone bagus, merk terkini, supaya bisa ke salon dan lain-lain, nah untuk bisa dapat uang dengan nilai yang besar, cepat dan gampang, mereka akhirnya terjerumus ke dunia itu," kata Oskar. *