Pekerja Minggat, Proyek Puskesmas Wairiang di Desa Bean Terbengkalai

Pembangunan Puskesmas Wairiang di Desa Bean, Kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata masih Belum tuntas seratus persen

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Pekerja Minggat, Proyek Puskesmas Wairiang di Desa Bean Terbengkalai
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
Tampak depan Puskesmas Wairiang di Desa Bean, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata. Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur memantau langsung proyek pembangunan Puskesmas Wairiang, Senin (8/6/2020)

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Pembangunan Puskesmas Wairiang di Desa Bean, Kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata masih Belum tuntas seratus persen.

Gedung puskesmas sudah didirikan, tetapi masih banyak item pengerjaan yang belum tuntas. Tak seperti pembangunan puskesmas di wilayah lainnya di Lembata, Puskesmas senilai Rp 5,9 miliar lebih itu masih menyisakan banyak pekerjaan rumah dan dipastikan belum bisa diresmikan.

Kuasa Direktur CV Lembah Cermai, Bambang Ismaya, yang bertanggungjawab atas proyek ini, menyebutkan salah satu kendala terbengkalainya proyek puskesmas di pesisir selatan Kecamatan Buyasuri itu adalah minggatnya puluhan pekerja dari Pulau Jawa dari lokasi proyek.

Di Belu, Tidak Ada Dugaan Penyalahgunaan Dana Bantuan Covid-19

Bambang mengungkapkan para pekerja kabur lalu memilih pulang kembali kampung halaman karena merasa tidak betah. Saat ini tersisa lima orang pekerja yang masih bertahan.

"Alasan mereka pulang itu karena di sini tidak ada sinyal, listrik dan air yang buat mereka rasa gatal-gatal, banyak yang kabur," kata Bambang di Puskesmas Wairiang, Desa Bean, Senin (8/6/2020).

Bambang menyatakan awalnya ada 54 pekerja yang semuanya berasal dari Jawa dan kini tersisa lima pekerja saja. Saat ini dia sudah berupaya mendatangkan pekerja lagi dari Jawa dan mereka saat ini sudah ada di Kupang, menunggu jadwal datang ke Lembata.

Puluhan Guru Minta Bupati Sumba Barat Akomodir Sebagai Tenaga Kontrak Daerah 2020

Di samping masalah tenaga kerja, Bambang mengatakan proyek juga sempat terkendala masalah lahan yang sempat tiga kali pindah lahan. Proses pemindahan lahan memakan waktu hampir dua bulan. Masalah lainnya adalah soal akses transportasi jalan yang buruk ke Desa Bean sehingga menyulitkan mereka mendatangkan bahan material seperti pasir, baja dan material yang dipesan langsung dari pabrik.

"Kita beli pasir pesan 10 reit yang datang 1 reit saja, akses ke sini yang susah jadi banyak pemilik truk yang tidak sanggup," beber Bambang.

Dia sudah membuat surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan pekerjaan dan menargetkan pembangunan Puskesmas Wairiang tuntas akhir Bulan Juni 2020 dari target sebenarnya 15 Juni 2020. Sementara diketahui kontraknya sebenarnya dari Juni 2019-Desember 2019.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa Bean, Sahidin, menyampaikan pendapat berbeda perihal kaburnya para tenaga kerja dari Jawa.

Dia membantah pernyataan Bambang yang menyebut para pekerja kabur karena masalah tak ada sinyal telepon, air dan listrik.

"Kalau masalah air, buktinya kami di sini juga baik-baik saja, tidak ada gatal-gatal. Sinyal telepon juga bisa," imbuh Sahidin yang mengaku turut memantau proyek puskesmas tersebut.

Menurut Sahidin, ada alasan prinsip yang tidak dipenuhi pihak kontraktor seperti pembayaran upah kerja yang tidak sesuai kesepakatan dan kebutuhan makan-minum para pekerja.

Disebutkannya, saat bekerja kebutuhan makan para pekerja tidak diperhatikan baik hingga akhirnya mereka harus menumpang makan di rumah warga.

"Akhirnya mereka jual murah barang-barang mereka dan pulang ke Jawa. Sebelum pandemi corona mereka sudah pulang. Ya, katanya memang masalah gaji," ungkap Sahidin.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved