Pilpres 2024
VIRAL Prabowo Subianto Nyapres 2024, Kekecewaan Pendukung hingga Rajai Survei Ungguli Anies Baswedan
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto didukung Gerindra untuk maju sebagai Calon Presiden ( Capres ) pada Pilpres 2024 mendatang.
Dengan tidak adanya calon lain sebagai ketua umum Gerindra, kata Muzani, Prabowo akan dipilih secara aklamasi oleh seluruh kader partai berlambang kepala burung Garuda.
Sementara, terkait jadwal kongres Gerindra, Muzani menyebut hal tersebut akan dirapatkan bersama pimpinan di daerah.
"Tahun ini kongres, tapi waktu dan tempat akan kami rapatkan."
"Kami lakukan rapimnas untuk memutuskan pelaksanaan kongres," jelas Muzani.
Unggul di Survei
Media Survei Nasional (Median) merilis hasil survei 'Kuda hitam capres 2024 dan persepsi publik atas dinamika sosial politik pasca 100 hari Jokowi-Maruf.'
Berdasarkan hasil survei Median terhadap pertanyaan "Jika pemilihan presiden dilakukan saat ini, siapa yang akan anda pilih sebagai presiden?", ada lima tokoh yang mendapat elektabilitas tinggi.
"Dari hasil survei kami, ada lima tokoh yang menempati elektabilitas tertinggi," ungkap Direktur Eksekutif Median Rico Marbun, di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2020).
Prabowo Subianto mendapat elektabilitas paling tinggi dengan perolehan 18,8 persen suara.
Disusul Anies Baswedan (15,8 persen), dan Sandiaga Uno (9,6 persen).
Lalu, Agus Harimurti Yudhoyono (8,3 persen), dan Ridwan Kamil (5,7 persen).
Jika Prabowo dikecualikan dari daftar nama tokoh yang disodorkan ke responden, Anies Baswedan mendapat tingkat keterpilihan tinggi dengan 18,0 persen.
Di bawah Anies Baswedan ada mantan partnernya di DKI, yakni Sandiaga Uno (17,7 persen).
Disusul AHY 9,7 persen, Ridwan Kamil 6,8 persen, dan Ganjar Pranowo 6,3 persen.
Mengacu pada demografi pemilih, Prabowo unggul di kota (20,3 persen).
Sedangkan Anies Baswedan di desa (17,8 persen).
Untuk sebarannya, pemilih Prabowo mayoritas ada di Pulau Jawa (19,2 persen).
Sedangkan Anies Baswedan justru unggul di luar Pulau Jawa (22,2 persen).
Survei dilakukan pada rentang pekan I-II Februari 2020, dengan melibatkan 1.200 responden.
Populasi survei adalah seluruh warga yang memiliki hak pilih dan tersebar di 34 provinsi.
Metode yang digunakan adalah teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.
Adapun survei ini punya margin of error (moe) sebesar 2,8 persen di tingkat kepercayaan 95 persen.
Quality control dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada.
Demografi responden ada di tingkat desa (51,9 persen) dan kota 48,1 persen.
Responden beragama Islam 88,4 persen, Kristen Katolik 2,6 persen, Kristen Protestan 7,3 persen, dan Hindu 1,7 persen.
Survei Indo Barometer
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi calon presiden (capres) tahun 2024 yang paling banyak didukung oleh publik.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, pada sesi pemaparan hasil Survei Nasional 'Mencari Pemimpin: Road to Capres 2024 dan Parpol 2024.'
Qodari menyatakan, dalam pertanyaan tertutup, tanpa Jokowi sebagai Presiden yang sudah dua periode, sebanyak 22,5 persen publik mengaku akan memilih Prabowo Subianto.
"Dari pertanyaan tertutup terhadap 22 nama calon Presiden."
"Prabowo Subianto unggul dengan presentase 22,5 persen," kata Qodari di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, Minggu (23/2/2020) siang.
Setelah Prabowo, di urutan kedua ada nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 14,3 persen dan Sandiaga Uno 8,1 persen.
Di peringkat empat, Ganjar Pranowo 7,7 Persen dan posisi kelima dihuni Tri Rismaharini 6,8 Persen.
Sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menempati posisi keenam dengan persentase 5,7 persen.
Survei nasional ini digelar pada 9 sampai 15 Januari 2020.
Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan 1.200 responden.
Margin of error sebesar ± 2.83 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Ada pun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner.
Responden survei adalah warga negara Indonesia yang sudah mempunyai hak pilih.
Yakni, warga yang minimal berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah pada saat survei dilakukan.
* Capres Kombinasi Militer - Sipil Diprediksi Meraih Elektabilitas Tinggi Saat Pilpres 2024, Benarkah?
Di tengah gegap gempitanya sorotan publik terhadap figur yang tampil pada Pilpres 2024, muncul wacana mengenai pasangan calon yang disebut layak untuk Indonesia ke depan.
Berdasarkan hasil survei, publik cenderung memilih pasangan yang merupakan kombinasi antara militer sipil.
Bila ada duet yang demikian, maka calon presiden yang memiliki latar belakang militer, diprediksi akan mendapatkan elektabilitas tinggi pada Pilpres 2024 nanti.
Apalagi bila calon presiden itu bersanding dengan kandidat yang punya latar belakang sipil sebagai calon wakil presiden.
Survei yang dilakukan Politika Research Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) menunjukkan, pasangan calon militer-sipil menjadi kombinasi yang paling disukai dengan persentase 30,9 persen.
"Ini cukup sederhana, semacam ada kerinduan atau semacam era siklus sepuluh tahunan di republik ini," kata Direktur Eksekutif PPI, Adi Prayitno, saat menyampaikan hasil survei di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta.
Kombinasi latar belakang tersebut sejalan dengan preferensi masyarakat dalam memilih kombinasi militer-sipil saat pilpres mendatang.
Adi menjelaskan, setelah Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden kelima RI, posisinya digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki latar belakang militer selama sepuluh tahun.
Kini, setelah militer tak lagi memimpin dan digantikan Presiden Joko Widodo untuk periode kedua hingga 2024 nanti, ada semacam keinginan publik agar Indonesia kembali dipimpin oleh sosok capres yang memiliki latar belakang militer.
"Sepertinya siklus sepuluh tahunan ini jadi perhitungan publik supaya dalam lima tahun berikutnya itu adalah dari kalangan militer," ujar Adi.
Salah satu alasan mengapa kalangan militer cukup dilirik, karena figur dengan latar belakang tersebut, dianggap dapat dipercaya dalam mengabdi pada bangsa dan negara.
"Selain itu, TNI dianggap tidak rada genit ke politik. Itu yang membuat harapan sosok militer jadi harapan," tutur Adi.
Selain kombinasi pasangan militer-sipil, kombinasi capres dan cawapres dengan latar belakang sipil-sipil juga masih disukai masyarakat (27,9 persen).
Disusul dengan sipil-militer (15,2 persen) dan militer-militer (8,5 persen).
Survei ini dilakukan dengan metode multistage random sampling terhadap 2.197 orang di 220 desa/kelurahan secara proporsional pada 28 Januari hingga 5 Februari 2020.
Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen dengan margin of error sebesar 2,13 persen
Apakah hasil survei tersebut mengartikan sosok Prabowo Subianto layak menjadi presiden yang pantas didampingi oleh sosok sipil, yakni Puan Maharani?
Atau adakah sosok militer lain yang bisa menjadi kuda hitam dan berkemungkinan ikut meramaikan Pilpres 2024?
Menantunya Didatangi Ani Yudhoyono Lewat Mimpi, SBY Lantunkan Melodi Seruling di Lembah Sunyi untuk Kenang sang Istri: Saya Ingin Mengenang dan Mengungkapkan Rasa Cinta (Instagram.com/@aniyudhoyono dan @ruby_26)
Bila benar demikian, apakah figur yang militer itu adalah sosok Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY?
Masih berdasarkan hasil survei, popularitas Prabowo Subianto masih menempati posisi tertinggi, disusul Anis Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Sandiaga Uno.
Dalam tiga riset yang dipublikasikan baru-baru ini, nama Prabowo Subianto menempati posisi teratas dalam setiap survei tersebut.
Survei itu merupakan gabungan dari Politika Research and Consulting (PRC), Parameter Politik Indonesia (PPI); Indo Barometer; serta Media Survei Indonesia (Median).
PRC dan PPI melakukan survei pada 28 Januari hingga 5 Februari 2020 terhadap 2.197 responden di 220 desa/kelurahan secara proporsional dengan margin of error sebesar 2,13 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Adapun survei yang dilakukan Indo Barometer dilangsungkan sekitar 9-15 Januari 2020 terhadap 1.200 responden.
Tingkat margin of error sebesar 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara itu, riset yang dilakukan Median terjadi pada pekan I-II Februari 2020 terhadap 1.200 responden dengan margin of error 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasilnya PRC dan PPI memetakan 30 nama tokoh politik yang berpotensi akan diusung pada saat pemilu mendatang.
Di dalam top of mind calon presiden, nama Presiden Joko Widodo sebenarnya masih muncul dengan perolehan persentase elektabilitas 15,48 persen.
Namun, Jokowi yang sudah dua kali menjabat sebagai presiden tidak dapat dipilih kembali untuk periode ketiga jika merujuk pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Di posisi kedua, nama Prabowo baru muncul dengan elektabilitas 13,78 persen. Tingkat elektabilitas ini sejalan dengan popularitas Prabowo.
Sebesar 89,7 persen responden tahu dengan sosok Ketua Umum Partai Gerindra itu dan 75,5 persen menyatakan suka.
Sedangkan elektabilitas Anies terpaut jauh dibandingkan elektabilitas Prabowo, yakni 6,6 persen. Demikian pula dalam hal popularitasnya.
Anies bahkan kalah populer dibandingkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Meskipun dalam hal top of mind capres dan cawapres, Ahok harus mengakui popularitas Anies.
Popularitas Anies jika dilihat dari pengenalan publik sebesar 74 persen, sedangkan tingkat ketersukaannya mencapai 78,4 persen atau unggul tipis dibandingkan Prabowo.
Sementara itu, jika nama Jokowi dihilangkan dalam bursa capres, maka elektabilitas Prabowo melesat menjadi 17,3 persen.
Anies sendiri harus puas berada di urutan keempat hanya dengan 7,8 persen.
Elektabilitas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini masih kalah bila dibandingkan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerinda, Sandiaga Uno (9,1 persen) dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (8,8 persen).
Sementara itu, Indo Barometer melakukan simulasi terhadap 23 nama dengan langsung meniadakan nama Jokowi.
Prabowo menduduki posisi pertama tingkat elektabilitas dengan hasil 22,5 persen.
Posisi berikutnya diikuti Anies (14,3 persen), Sandiaga (8,1 persen), Ganjar (7,7 persen), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (6,8 persen), Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (5,7 persen), dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (3,3 persen).
Selanjutnya ada nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (2,6 persen), Menteri BUMN Erick Thohir (2,5 persen), Menko Polhukam Mahfud MD (1,6 persen), dan Ketua DPR Puan Maharani (1 persen).
Sementara itu, jika melihat hasil survei Median, Anies (15,8 persen) menempati posisi kedua terbesar tingkat elektabilitas setelah Prabowo (18,8 persen).
Hal itu turut sejalan dengan tingkat popularitas Prabowo yang mencapai 93,6 persen.
Kendati dari sisi elektabilitas Anies lebih unggul, namun ia dianggap tak lebih populer dibandingkan Sandiaga (83,9 persen) yang menduduki urutan ketiga dalam hal elektabilitas (9,6 persen).
Analisis Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyatakan, Anies akan menjadi saingan terberat Prabowo jika keduanya sama-sama mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2024.
Tidak adanya batasan usia maksimum dalam mencalonkan diri yang diatur di dalam UU 7/2017, membuat Prabowo dapat dengan leluasa mencalonkan diri.
"Tampak jika lawan terberat untuk Prabowo Subianto adalah Anies Baswedan," kata Qodari saat memaparkan hasil survei di Century Park Hotel, Jakarta.
Masih masuknya nama Prabowo sebagai sosok yang memiliki elektabilitas tinggi dinilai tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang militer.
Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno menuturkan, saat ini ada kecenderungan masyarakat merindukan sosok pemimpin dengan latar belakang militer untuk kembali memimpin Indonesia.
Hal itu pun turut terafirmasi dengan riset yang mereka lakukan terhadap latar belakang atau profesi dan kombinasi pasangan capres dan cawapres.
Dilihat dari latar belakang, capres dan cawapres yang bersal dari kalangan TNI menduduki peringkat ketiga (15,2 persen) setelah profesional (22,6 persen) dan tokoh agama (17,1 persen).
Sementara, kombinasi militer-sipil menduduki urutan pertama tingkat ketersukaan (30,9 persen) untuk kombinasi capres-cawapres, dibandingkan sipil-sipil (27,9 persen), sipil-militer (15,2 persen), maupun militer-militer (8,5 persen).
"Ini cukup sederhana, ada semacam kerinduan atau semacam era siklus sepuluh tahunan di era republik ini," kata Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno saat menyampaikan hasil survei di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta, Minggu (23/2/2020).
Pasca-Soeharto lengser pada 1998, dalam kurun enam tahun setelahnya Indonesia dipimpin oleh tiga sosok Presiden dengan latar belakang sipil yakni BJ Habibie, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, dan Megawati Soekarnoputri.
Setelah itu, posisi Mega digantikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki latar belakang militer.
SBY pun digantikan oleh sosok yang berlatar belakang sipil setelah memimpin dua periode selama sepuluh tahun, yakni Jokowi.
Kini, setelah Jokowi menduduki posisi yang sama untuk dua periode, menurut Adi, ada semacam kerinduan agar Indonesia kembali dipimpin oleh sosok militer.
"Sepertinya siklus sepuluh tahunan ini jadi perhitungan publik supaya dalam lima tahun berikutnya itu adalah dari kalangan militer," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Median Rico Marbun mengatakan, Prabowo perlu melakukan tiga hal jika ingin elektabilitasnya tetap terjaga hingga 2024 mendatang.
Pertama, Prabowo harus menunjukkan kinerja yang baik sebagai Menteri Pertahanan.
Kedua, Prabowo harus bisa meraih simpati tiga jenis pemilih di masyarakat.
"Ketiganya yakni yang suka (aksi) 212, yang tidak suka 212 dan yang merasa tidak ada hubungannya dengan 212.
Nah, kalau dia bisa menarik perhatian dari tiga kelompok pemilih ini, apalagi pemilihnya Pak Joko Widodo itu belum menjatuhkan pilihannya sampai sekarang, sebagian besar masih tersebar secara merata ke calon-calon lain," jelas Rico.
Alasan lain, kata Rico, karena pemilih Anies tidak memilih berdasarkan kompetensi. "Orang yang memilih Anies karena dianggap religius dan dekat dengan ulama. Tidak ada yang salah juga dengan itu.
Tapi karakter pemilihnya begitu. Alasan lain, karena faktor personalnya Anies Baswedan dianggap tutur katanya lebih bagus," ungkap Rico.
Sehingga, faktor kompetensi ternyata belum terlalu dipertimbangkan oleh pemilih Anies. "Itu juga mungkin yang menyebabkan kenapa elektabilitas Anies nomor dua. Ternyata setelah saya sendiri berhadapan dengan datanya, ternyata nomor satu masih Pak Prabowo, bukan Anies Baswedan," katanya.
Jika ingin elektabilitasnya naik, Anies disarankan untuk bekerja dengan lebih serius di DKI Jakarta.
"Jadi apa yang dia lakukan sekarang ini sudah ada limitnya. Itu dia baru bisa naikkan kalau dia kinerjanya membaik. Seperti misalnya mengatasi banjir barulah dia bisa naik (elektabilitasnya)," tambah Rico.
Hal itu pun diamini oleh Adi, bahwa salah satu yang menyebabkan elektabilitas Anies kalah dibandingkan tokoh lainnya yaitu persoalan banjir.
Menurut dia, sejumlah polemik seperti Formula E dan lem aibon tidak cukup ampuh untuk membuat elektabilitasnya turun.
Namun, lain halnya dengan persoalan banjir yang terjadi sejak awal 2020 hingga saat ini.
"Kalau survei sebelumnya semakin Anies dikritik habis-habisnya, orang semakin simpatik kepada Anies. Tapi sekarang dengan banjir, tanpa di-bully pun Anies turun dengan sendirinya," ujarnya. "Jadi banjir di Jakarta mengalahkan Anies," tutup Adi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Capres dari Militer Diprediksi Mendapat Elektabilitas Tinggi pada Pilpres 2024", https://nasional.kompas.com/read/2020/02/23/22105831/capres- dari-militer-diprediksi-mendapat-elektabilitas-tinggi-pada-pilpres
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Diduga Bakal Maju Lagi di Pilpres 2024, Prabowo Trending, Muncul Kekecewaan Mantan Pendukungnya, https://wartakota.tribunnews.com/2020/06/06/diduga-bakal-maju-lagi-di-pilpres-2024-prabowo-trending-muncul-kekecewaan-mantan-pendukungnya?page=all