Covid 19

Safrudin Jahit 5000 Masker di Masa Pandemi Covid-19

Penjahit masker kain pertama di Kota Kupang, Safrudin Tonu, sudah menjahit lebih dari 5000 masker kain.

Penulis: PosKupang | Editor: Apolonia Matilde
pos kupang
Safrudin Tonu atau yang lebih akrab disapa Opa sedang menjahit kopiah. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ela Uzu Rasi

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Penjahit masker kain pertama di Kota Kupang, Safrudin Tonu, sudah menjahit lebih dari 5000 masker kain seorang diri.

Pria asal Alor tersebut menjahit masker kain ketika wabah Covid-19 mulai melanda Kota Kupang, sedangkan ketersediaan masker sangat minim.

"Saya menjahit masker ketika pas wabah dan memang masker langka sehingga saya mengambil keputusan dan mencoba-coba membuat makser tanpa belajar sebelumnya," kata Safrudin kepada Pos Kupang, Senin (1/6).

Update Covid-19 NTT: Dua Kasus Positif Baru dari Transmisi Lokal, Total Positif NTT Capai Angka 99

Ia mengatakan, model masker dilihatnya di internet kemudian didownload dan langsung membuat makser berdasarkan gambar yang dilihatnya.

"Langsung mengunduh di internet dan langsung bikin masker," ujarnya.

Ia menceritakan, awalnya agak takut menjahit masker sebelum pemerintah menginstruksikan untuk menjahit masker kain karena saat itu masker yang disarankan adalah yang memenuhi standar kesehatan.

"Masker kain itu saya duluan bikin. Pertama kali itu takut setengah mati karena harus memakai yang standar kesehatan," ceritanya.

Mencegah Virus Corona Lebih Aman Olahraga Pakai Masker, Ini Penjelasanya!

"Jadi awalnya sebelum pemerintah meminta membuat masker kain, saya sudah membuatnya. Hanya saja masih kuatir, tetapi ternyata sekarang masker menjadi kebutuhan darurat," sambungnya.

Safrudin belajar menjahit secara otodidak karena saat bersekolah di Dili, ia tinggal bersama penjahit sehingga dari situ ia mulai belajar menjahit.

Meski baru terjun ke dunia menjahit secara serius pada 2016 silam, hasil karyanya tidak kalah bersaing dengan para penjahit profesional yang sudah berkecimpung di dunia menjahit.

Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa hasil karyanya dibawah naungan Rumah Kreatif Hulnani, sudah dijual di Dekranasda NTT berupa topi, kopiah, tas, dompet maupun masker.

Poltekkes Kemenkes Kupang Cetak Lulusan Kompeten

"Sebenarnya ini khusus topi kopiah tas dan dompet.

Kalau masker ini pas corona saja," ungkapnya.

Saat ini, Opa, begitu sapaan akrabnya sedang membuat kopiah yang sudah dipesan sebelumnya.

Setelah proses finishing kopiah selesai, ia membuat masker.

Di sela waktu senggangnya ia memodifikasi kain-kain bekas untuk dijadikan masker.

Sebagian untuk dijual, sebagian lagi untuk disumbangkan.

Menurutnya, untuk membuat satu masker earloop berukuran 18 x 25 cm, ia membutuhkan waktu 8 menit sedangkan untuk masker dengan pola lipit-lipit membutuhkan 11 menit.

Intip Ramalan Zodiak Cinta Kamis 4 Juni 2020: Capricorn Komunikasi Membaik, Leo Kejutan Romantis

Satu meter kain dapat dibuat 15 masker kain earloop ukuran 18 x 25 cm.

Founder Rumah Kreatif Hulnani ini mengakui, masker yang dijahitnya sudah dikirim ke beberapa daerah selain Kota Kupang seperti Sumba, Alor dan Lembata.

Sebagian besar hasil kerjanya terutama masker disumbangkan secara cuma-cuma meski ia sendiri tidak berkelimpahan.

"Saya kerja tapi sebagian untuk kegiatan sosial jadi disumbangkan," katanya.

Ia mengakui sudah terbiasa hidup berbagi sehingga tidak menjadi satu beban baginya meski ia berbagi dalam keadaan pas-pasan.

Guru SMP di TTS Tewas Terpeleset Saat Selfi

Safrudin menceritakan, ia mendapatkan hadiah berupa mesin jahit listrik dari Pendeta Jimmy Kilapong dari Yayasan Generasi Unggul.

Ia mengatakan, ini adalah berkah yang didapatkan di tengah wabah Covid-19.

Safrudin berprinsip, ketika ia memberi dengan ikhlas, Tuhan akan menggantikan dengan cara lain sehingga saat mendapat mesin jahit ia mengaku tidak kaget.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved