Prediksi Pilpres 2024, Prabowo Subianto Kalah Dari Sandiaga Uno, Anis Baswedan dan Ganjar Pranowo
Salah satu tokoh kuat tetapi diprediksi bakal kalah dalam Pilpres 2024 tersebut, adalah Prabowo Subianto yang kini menjadi Ketua Umum Partai Gerindra.
Prediksi Pilpres 2024, Prabowo Subianto Kalah Dari Sandiaga Uno, Anis Baswedan dan Ganjar Pranowo
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Meski agenda Pemilihan Presiden atau Pilres 2024 masih cukup lama, namun pelbagai isu kini kian menghangat.
Isu itu lebih pada peluang dan prediksi para figur yang akan maju dan bertarung untuk merebut kursi yang akan ditinggalkan Presiden Jokowi.
Salah satu tokoh kuat tetapi yang diprediksi bakal kalah dalam Pilpres 2024 tersebut, adalah Prabowo Subianto yang kini menjadi Ketua Umum Partai Gerindra.
Prabowo Subianto diprediksi akan kalah dari tokoh-tokoh muda yang kini sedang naik daun, yakni Sandiaga Uno, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan sederet politisi kawakan lainnya.
• Inilah Sosok yang Berjasa Lambungkan Nama Betrand Peto hingga Bertemu Ruben Onsu & Sarwendah
• 8 Pasangan Zodiak yang Hubungannya Langgeng,Taurus & Cancer Paling Mesra, Zodiak Kamu & Pasanganmu?
• Peringatan Presiden Soeharto Tahun 1995 Soal Nasib Indonesia di Tahun 2020 Disorot, Terbukti Benar
Disebutkan pula beberapa nama yang bakal mewarnai hajatan politik di Tanah Air, yakni Puan Maharani yang kini Ketua DPR RI, Ahus harimurti Yudhoyono yang kini Ketua Umum Partai Demokrat dan nama lainnya, termasuk Tri Rismaharini, Walikota Surabaya.
Hal itu terlihat dalam hasil survei yang digelar oleh Indonesia Political Opinion (IPO).
"Sejak 2019 sampai 2020, bahkan di awal 100 hari pemerintahan Jokowi-Maaruf Amin, trennya menurun. Jadi ini kalau dilanjutkan, maka lebih besar potensinya untuk kalah," ujar Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah di Kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
IPO mencatat, sebesar 64,5 persen dari total 1.600 responden meyakini Prabowo akan kalah. Sedangkan, peluang kemenangannya hanya sebesar 16,4 persen.
Adapun responden yang ragu-ragu atas kemenangan Prabowo dalam pilpres 2024 nanti, sebesar 9,2 persen dan tergantung pasangan sebesar 9,9 persen.

Dalam survei tersebut, Prabowo masuk dalam deretan klaster tokoh lama bersama Menko Polhukam Mahfud MD dan politisi PKS Hidayat Nur Wahid.
Kemudian disusul Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, politisi PAN Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Ketua MPR Bambang Soesatyo.
Uniknya, kendati diprediksi akan mengalami kekalahan, Prabowo justru meraup popularitas tertinggi di deretan tokoh lama.
• Ahok Makin Romantis, Ucapkan Ini Pada Istrinya Puput Nastiti Dewi: Saya Bersyukur Memiliki Kamu
• Bertahan di Tengah Wabah Corona, Petani Tanaduen Sikka Sulap Lahan Kosong Jadi Kebun Sayur
• TERUNGKAP! Kisah Cinta Rumit Syahrini, Reino Barack dan Luna Maya, Ini Isi DM Eks Ariel ke Inces
Menteri Pertahanan itu meraih kepopuleran sebesar 92,6 persen. Sedangkan Bambang Soesatyo menjadi tokoh lama paling rendah popularitasnya sebesar 21,0 persen.
Dedi mengatakan, faktor kekalahan Prabowo terjadi karena tingkat keterpilihan pada Pilpres 2024 lebih cendeurng mengarah kepada tokoh-tokoh baru.
Tokoh baru itu antara lain, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, politisi Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Mendagri Tito Karnavian.
Lalu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Ketua DPR Puan Maharani, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo.
Dengan begitu, kata Dedi, kondisi tersebut memungkinkan menjadi titik akhir perjalanan politik elektoral Prabowo.
"Jika mendapat pasangan politik dari parpol terkuat sekalipun, Prabowo tetap akan lebih berpeluang kalah dibanding menang," kata dia.
Survei nasional ini dilakukan sejak 10 Januari 2020 hingga 31 Januari 2020 dengan total 1.600 responden yang dipilih secara purposive sampling.
Adapun penyebaran responden terdapat di 27 provinsi dengan tingkat kepercayaan sebesar 97 persen dan margin of error 4,5 persen.
* Singgung Sandiaga Uno Capres 2024, Rocky Gerung Nilai Jokowi Tak Rela Anies Baswedan Jadi Presiden
Pengamat Politik Rocky Gerung menilai Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) sengaja melemparkan wacana Sandiaga sebagai Capres.
Rocky Gerung juga menilai, Jokowi kini tengah berusaha agar tak dilengserkan dari posisinya sebelum masa jabatan berakhir, tahun 2024.
Salah satu upaya itu, kata Rocky Gerung dengan melemparkann wacana yang menjagokan Sandiaga Uno dalam Pilpres 2024. Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menyebut banyak pihak yang sebetulnya ingin Jokowi lengser sebagai presiden.
Namun, menurutnya ada rasa takut jika hal tersebut dianggap makar dan menyalahi aturan.
Hal itu disampaikannya melalui tayangan YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (24/1/2020).
Mulanya, Rocky menyinggung nama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Ia menilai, Anies Baswedan punya potensi besar menjadi presiden di 2024.
Namun, menurut Rocky, Jokowi tak rela jika Anies Baswedan bakal menjadi presiden setelahnya.
Karena itu, Jokowi justru menjagokan Sandiaga Uno di Pilpres 2024.
"Jadi Pak Jokowi juga menginginkan Anies enggak jadi presiden," ucap Rocky.
"Karena dia cari siapa yang bisa ditunjukkan. Sandi kemarin dipuji-puji."
Pernyataan Jokowi itu diduga merupakan bentuk usaha menjatuhkan nama Anies Baswedan.
"Tapi itu kan dipuji dalam rangka, disodorkan untuk melemahkan nama Anies kan," bebernya.
"Jadi orang dengan mudah baca bahwa Pak Jokowi ingin melecehkan Anies dengan mengajukan nama Sandi."
Namun, Rocky menilai apa yang dilakukan Jokowi itu tak ada artinya.
Bahkan, Sandiaga Uno disebutnya juga tak bakal peduli dengan ucapan Jokowi itu.
"Dan orang tahu bahwa ya itu permainan ecek-ecek lah," ucap Rocky.
"Dan Sandi mungkin mengabaikan 'Ah itu lelucon aja'."
Tak hanya itu, Rocky bahkan menduga Jokowi tengah berusaha mengadu domba Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
"Atau dalam upaya untuk adu domba segala macam, kan itu kelihatannya begitu," tutupnya.
Lantas, Rocky menyinggung soal masa jabatan Jokowi hingga 2024 mendatang.
Ia menilai, banyak pihak yang sebenarnya ingin Jokowi lengser sebelum masa jabatan berakhir.
"Karena orang menganggap bahwa jangan lama-lama lah kepresidenan," kata Rocky.
"Jadi psikologi orang sebetulnya menginginkan ada perubahan cepet-cepet kan."
Namun, keinginan orang-orang itu disebutnya terbentur dengan rasa takut dianggap melanggar aturan.
"Tapi orang khawatir 'Jangan-jangan disebut makar, jangan-jangan disebut kriminal'," ucapnya.
"Ya biasa aja orang punya opsi untuk mengganti presiden sebelum jabatannya selesai ya biasa aja kan."
Terkait hal itu, Rocky menduga Jokowi kini tengah berusaha agar tak dilengserkan sebelum masa jabatan habis.
"Setiap orang sekarang juga berpikir seperti itu," bebernya.
"Dan presiden juga berpikir bagaimana supaya dia tidak diganti sebelum masa jabatannya habis."
* Sinyal Persaingan Jokowi dan PDIP
Pada kesempatan itu, sebelumnya Rocky Gerung mengungkap adanya sinyal perpecahan antara PDIP dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menyatakan perpecahan itu terjadi karena Jokowi belum bisa memenuhi ambisi PDIP.
Menurutnya, kini PDIP cenderung berusaha menguasai kejaksaan.
Sedangkan Jokowi, telah berhasil sepenuhnya menguasai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Secara gampang misalnya PDIP akan memakai kejaksaan sebagai peralatan politik," kata Rocky.
"Etis tidak etis itu soal lain, tapi faktanya begitu."
Lantas, Rocky mengungkap persaingan kekuasaan antara PDIP dan Jokowi.
"PDIP ingin menguasai kejaksaan, ceritanya panjang kemarin," ujar Rocky.
"Jokowi secara real sudah menguasai KPK."
Menurutnya, kedua lembaga negara itu memiliki tugas yang berbeda.
Sehingga besar kemungkinan kejaksaan dan KPK untuk saling menjatuhkan.
"Jadi dua peralatan hukum ini, kejaksaan dan KPK bisa saling menyandera," tegasnya.
Rocky menilai, Jokowi dan PDIP memiliki ambisi berbeda yang sama-sama belum terpenuhi.
Di periode kedua kepemimpinannya, Jokowi disebut ingin meninggalkan 'warisan' untuk pemerintahan selanjutnya.
"Karena dua tokoh di situ punya ambisi yang belum terpenuhi," ucap Rocky.
"Jokowi tentu punya ambisi politik baru setelah dua periode selesai dia mesti tanamin ambisi baru pada dinastinya atau lainnya."
Sementara itu, PDIP memiliki ambisi yang lain.
Rocky menyatakan, PDIP kini merasa kecewa karena Jokowi belum berhasil mewujudkan ambisi partai.
"PDIP masih dalam suasana kejengkelan bahwa kadernya itu tidak memberi ruang manuver yang banyak pada PDIP," bebernya.
"Dan PDIP bisa kehilangan banyak akses politik dan ekonomi karena dianggap presiden kurang melayani kepentingan PDIP. Ini real politiknya begitu," sambungnya.
Terkait persaingan PDIP dan Jokowi, Rocky menilai tak ada hubungannya dengan kepentingan rakyat.
Untuk itu, ia menyebut rakyat tinggal menunggu momentum persaingan PDIP dan Jokowi itu meledak.
"Rakyat nonton itu dan rakyat mengerti juga akhirnya," ucap Rocky.
"Jadi rakyat menunggu momentum kapan persaingan itu betul-betul meledak sebagai problem politik."(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prabowo Diprediksi Kalah jika Maju Pada Pilpres 2024, Apa Sebabnya?", https://nasional.kompas.com/read/2020/03/13/19030761/prabow o-diprediksi-kalah-jika-maju-pada-pilpres-2024-apa-sebabnya?p age=2