Orang Asia Timur Diludahi,Didorong Hingga Jatuh di Amerika,Kekerasan Meningkat Selama PendemiCorona

Hal tersebut menimbulkan pandangan yang negatif terhadap orang-orang dari Asia Timur baik sebagai imgran atau warga yang sudah berstatus penduduk perm

Editor: Alfred Dama
kompas.com
Meski abaikan protokol kesehatan, tapi Jepang berhasil 'kalahkan' Covid-19 

Di Texas, seorang anak berusia dua tahun dan enam tahun yang berasal dari satu keluarga Asia ditikam di sebuah supermarket.

ABC News yang memperoleh laporan dari FBI mengatakan bahwa "pelaku mengindikasikan bahwa dia menikam keluarga itu karena dia pikir keluarga itu orang China, dan menularkan Virus Corona kepada orang-orang".

Diketahui keluarga itu berasal dari Asia Tenggara.

Beberapa orang Asia juga melaporkan mereka ditolak dari berbagai layanan seperti kamar hotel, atau naik transportasi Uber, karena etnis mereka.

Matt (bukan nama sebenarnya), seorang dokter keturunan China Amerika yang bertugas di ruang gawat darurat di Connecticut, melihat beberapa pasien minta dirawat di rumah sakit karena mereka mengatakan orang Asia batuk di dekat mereka.

Secara pribadi dia sendiri mengalami bias anti-Asia saat dirinya berupaya merawat seorang pasien yang diduga menderita Covid-19.

"Saya memakai APD, berjalan masuk dan memperkenalkan diri. Begitu mereka mendengar nama keluarga saya, mereka seperti 'jangan sentuh mereka, apakah ada dokter pengganti - bisakah Anda tidak mendekati saya'."

Banyak kalangan minoritas lain menghadapi lebih banyak "jenis diskriminasi terang-terangan yang lebih buruk", ujar Matt - namun dia khawatir insiden seperti yang dia alami akan menurunkan moral para pekerja medis.

"Ini adalah kondisi yang membuat stress - jam kerja kami lebih panjang, mengenakan APD sepanjang waktu, dan banyak dari kami yang terpapar Covid-19."

Jika dia terlihat seperti orang China, dia akan diserang'

Virus ini berasal dari Wuhan, Cina, dan sebagian besar retorika Presiden Trump berfokus pada apa yang dia sebut sebagai kegagalan negara itu untuk mengatasi wabah Covid-19.

Awal tahun ini, Trump berulangkali menyebut Virus Corona sebagai "virus China" - istilah yang menurut para pengamat tidak membedakan antara China, pemerintah China, dan orang-orang dari etnis China.

Dia lantas menyerukan agar orang-orang Asia-Amerika dilindungi, dengan mengatakan "penyebaran virus bukanlah kesalahan mereka dalam bentuk atau bentuk apa pun".

Namun hal itu tidak membuat warga keturunan China Amerika luput dari serangan - mereka ataupun orang-orang dari Asia Timur lainnya tetap menjadi sasaran.

Prof Jeung mengatakan sekitar 40% dari laporan yang dia terima berasal dari etnis China - tetapi sebagian besar kasus berasal dari etnis Asia Timur lainnya.

"Itu adalah contoh profil rasial - bahwa 'jika dia terlihat seperti orang China, dia akan diserang'."

• UPDATE Sebaran Kasus Baru Virus Corona di Indonesia, DKI Jakarta Terbanyak

Mengapa orang Amerika keturunan Asia masih dipandang sebagai orang luar?

Orang Asia di AS berasal dari beragam etnis, negara, dan latar belakang, dan sering kali memiliki keyakinan dan identitas politik yang berbeda.

Sekitar 20 juta penduduk AS - atau sekitar 6% dari populasi AS - adalah orang Asia, menurut data sensus. Angka tersebut termasuk orang Amerika-Asia, serta orang-orang dari Asia Selatan dan Timur yang tinggal, belajar atau bekerja di AS.

Beberapa penduduk Asia, seperti orang Amerika Bhutan, lebih cenderung menjadi imigran yang lahir di luar negeri, sementara yang lain, seperti orang Jepang-Amerika, kemungkinan besar berasal dari keluarga yang telah tinggal di AS selama beberapa generasi.

Sekitar tiga juta wisatawan yang mengunjungi AS setiap tahun berasal dari China.

Tapi prasangka berbasis ras terhadap orang Asia di AS tidak pandang bulu, apakah seseorang mengidentifikasi diri sebagai orang Asia-Amerika, berharap menjadi orang Amerika, atau hanya berkunjung.

Orang-orang Asia Amerika menggambarkan beberapa pengalaman yang lazim terjadi - termasuk bahwa mereka dilihat sebagai "selamanya menjadi orang asing" bahkan sebelum pandemi.

Ras, seperti banyak kategori sosial, (adalah) hal yang mengatakan Anda adalah bagian dari kategori ini (yang) jelas terlihat oleh semua orang," kata Debbie Ma, seorang profesor psikologi di California State University, Northridge.

"Karena itu," tambahnya, "sangat mudah melabeli dan menetapkan stereotip dan asosiasi dengan kategori-kategori itu" - bahwa orang Asia Timur adalah orang asing.

Debbie Ma pernah menyusun sebuah penelitian tahun 2008, dia menemukan bahwa responden yang terdiri dari para mahasiswa AS dari berbagai latar belakang ras dan usia - lebih cenderung secara implisit menganggap Kate Winslet, aktris Inggris, sebagai "orang Amerika", dibanding Lucy Liu, bintang kelahiran New York yang memiliki keturunan China

Peneliti virus corona Bing Liu (37) asal China yang ditemukan tewas tertembak di rumahnya di AS.
Peneliti virus corona Bing Liu (37) asal China yang ditemukan tewas tertembak di rumahnya di AS. (WTAE screenshot video)

Matt mengatakan dia selalu dipuji "Anda berbicara bahasa Inggris dengan baik", dan ditanya dari mana asalnya, bahkan ketika dia menjelaskan bahwa dia dilahirkan di AS.

Sementara itu, Prof Jeung mengatakan: "Meskipun keluarga saya sudah di AS selama lima generasi, saya masih dipandang sebagai orang asing."

Dr Ma mencatat bahwa ini adalah "beban khusus" yang dialami orang Asia di Amerika secara berbeda dari minoritas lainnya. Misalnya, "tidak ada yang terkejut ketika seorang Amerika kulit hitam berbicara bahasa Inggris dengan sangat baik," meskipun orang Afrika-Amerika menghadapi serangkaian prasangka lain, katanya.

Saat ini, beberapa orang Asia-Amerika masih menggambarkan perasaan mereka seperti "dalam masa percobaan", dan perlu membuktikan status mereka sebagai warga AS - sebuah situasi yang telah secara signifikan memburuk di tengah wabah.

Andrew Yang, seorang mantan kandidat Partai Demokrat untuk presiden, menulis pada bulan April di Washington Post, "Beberapa tingkat penghinaan atau keterasingan telah tumbuh menjadi permusuhan langsung dan bahkan agresi."

Dia meminta orang-orang Asia-Amerika untuk "menunjukkan ke-Amerika-an dengan cara-cara yang tidak pernah dimiliki sebelumnya" misalnya, dengan membantu tetangga dan mengenakan "merah putih dan biru".

Namun, dia juga dituduh menyalahkan korban karena muncul untuk menginternalisasi anggapan bahwa orang-orang Asia, berdasarkan etnis mereka, tidak cukup menjadi orang Amerika.

Bagaimana orang-orang Asia di AS menanggapi berbagai serangan?

Bagi sebagian orang, meningkatnya sentimen anti-Asia terasa jelas dan berbahaya.

Tidak ada data komprehensif tentang pembelian senjata di AS, namun berbagai laporan dari para pemilik toko senjata menunjukkan bahwa lebih banyak orang Asia yang menjadi pembeli di tengah kenaikan penjualan.

Donghui Zang, 49, warga Amerika keturunan China mulai mengorganisir patroli di lingkungan sekitarnya di kawasan Queens, New York. Di sana lebih dari 200 anggota kelompok itu bergantian berkeliling dan melaporkan kegiatan mencurigakan kepada polisi. Baru-baru ini anggota patroli termasuk Zang mengajukan izin kepemilikan senjata api.

Zang, yang menyebut dirinya konservatif secara sosial, percaya bahwa orang Amerika keturunan China harus mempersenjatai diri "jika terjadi gejolak sosial dan meroketnya kejahatan".

Max Leung, salah satu pendiri San Francisco Peace Collective, mengatakan kelompoknya melakukan patroli di Chinatown untuk membantu menghentikan kasus vandalisme dan pencurian.

"Budaya yang ingin saya ciptakan dalam kelompok kami adalah mempromosikan perdamaian, bukan melanggengkan kekerasan." ujar Leung.

Seniman dan komedian juga terinspirasi untuk bersuara - termasuk artis hip hop Jason Chu, yang memulai kampanye Hate is a Virus, dan menulis lirik rap tentang insiden anti-Asia.

Dia mengatakan rap itu bertujuan untuk menunjukkan "konyolnya orang-orang yang menargetkan orang-orang Asia-Amerika", dan juga "menekankan fakta bahwa orang-orang Asia-Amerika adalah warga di sini".

"Kami bukan tamu di Amerika - kami lahir di sini - di sinilah orang tua kami membesarkan kami. Kami mengatakan bahwa kebencian tidak memiliki tempat di negara kami."

Secara umum, ada harapan bahwa kesadaran baru akan diskriminasi ini akan mengarah pada komunitas Asia yang lebih kuat di AS - dan solidaritas lebih dengan etnis minoritas lainnya.

Prof Jeung mengatakan dia telah melihat contoh-contoh orang Asia-Amerika "mengakui kepentingan bersama mereka, dan memobilisasi sebagai kelompok dan komunitas politik".

Orang-orang Asia dari berbagai lapisan kehidupan sekarang "mendapati diri mereka memiliki pengalaman yang sama" karena diskriminasi yang terkait dengan pandemi.

"Kita semua menghadapi proses ini, profil rasial, bersama-sama. Jadi mudah-mudahan, kita akan bersama-sama memerangi rasisme, dan membangun empati terhadap orang lain."

(*)

Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul "Covid 19 dan sentimen terhadap orang

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Serangan ke Orang Asia Timur di AS Meningkat selama Corona, 'Diludahi, Dipukuli, dan Dikata-katai', https://wow.tribunnews.com/2020/06/01/serangan-ke-orang-asia-timur-di-as-meningkat-selama-corona-diludahi-dipukuli-dan-dikata-katai?page=all.

Editor: Atri Wahyu Mukti

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Serangan ke Orang Asia Timur di AS Meningkat selama Corona, 'Diludahi, Dipukuli, dan Dikata-katai', https://wow.tribunnews.com/2020/06/01/serangan-ke-orang-asia-timur-di-as-meningkat-selama-corona-diludahi-dipukuli-dan-dikata-katai?page=all.

Editor: Atri Wahyu Mukti

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved